Monday, April 20, 2020

Mengapa Allah mengizinkan penderitaan seperti virus Covid 19?

Eksposisi singkat Mazmur 86:1
 
Oleh: Izar Tirta

Doa Daud. Sendengkanlah telinga-Mu, ya TUHAN, jawablah aku, sebab sengsara dan miskin aku. (Mazmur 86:1)

Di dalam doanya Daud meminta agar Tuhan menyendengkan telinga kepadanya. Darimana Daud bisa mempunyai keberanian untuk meminta seperti itu? Kita hanya manusia belaka, sedangkan Yahwe adalah Pencipta Yang Mahakuasa. Patutkah manusia meminta sesuatu kepada Allah?

Sebagai manusia yang berdosa, kita seringkali merasa bahwa kita adalah pusat alam semesta, yang harus senantiasa diperhatikan, dilindungi dan ditolong. Bahkan Allah pun sepertinya berkewajiban untuk mendengarkan persoalan kita.

Namun di sisi lain, Kitab Kejadian mengajarkan bahwa kita ini hanya debu belaka. Dan bukan hanya itu, kita ini juga adalah makhluk yang berdosa adanya. Kita telah terlalu sering mengabaikan Allah, hanya asik dengan urusan kita sendiri, rencana kita sendiri, proyek kita sendiri saja. Kita tidak peduli pada perkataan-Nya, kita tidak mengharapkan kehadiran-Nya dan tidak sungguh-sungguh ingin mengenal Dia.

Demi semua itu, kita sama sekali tidak layak di hadapan Allah. Kita bukan lawan bicara yang sepadan dengan Allah Yang Mahasuci itu. Maka, apabila kita mengalami bencana, entah itu karena teroris, bencana alam ataupun karena meluasnya infeksi virus, Allah tidak ada kewajiban untuk menolong kita yang berdosa ini.

Jika demikian, apakah doa Daud ini adalah doa yang keliru?
Doa Daud tidak keliru, sebab ketika Daud meminta Allah mengarahkan perhatian kepada dirinya, hal itu di dasarkan pada relasi yang sudah terjalin antara Allah dan dirinya. Bagi Daud, Allah bukan Pribadi yang asing. Daud sudah mengenal Allah semenjak ia masih sangat muda. Daud mengasihi Allah dan ia siap melakukan apa yang perlu demi mempermuliakan Allah yang ia kenal itu.

Oleh karena itu permintaan Daud kepada Yahwe adalah permintaan yang dialaskan pada suatu relasi kasih. Ia tahu bahwa Allah mengasihi dia secara pribadi dan melalui kasih yang terjalin itu Daud memiliki keberanian untuk meminta.

Bagi Daud, Allah bukanlah pelengkap di dalam kehidupan. Allah bukan Sang Pembantu serba bisa yang siap dipanggil jika dia ada masalah. Sebaliknya, Allah selalu ada di dalam kehidupan Daud, baik ketika ia dalam kondisi kerohanian yang baik, maupun ketika ia sedang jatuh ke dalam pencobaan. Allah adalah tempat Daud bernaung senantiasa di dalam susah maupun di dalam senang.

Bagaimana dengan kita? Seperti apa jenis hubungan kita dengan Tuhan selama ini? Apakah Dia sungguh-sungguh merupakan realitas di dalam kehidupan kita? Ataukah Dia hanya sosok asing dalam kehidupan yang kita panggil hanya ketika hidup kita terancam penyakit mematikan saja?

Pada saat ini, seluruh dunia sedang diancam oleh suatu penyakit yang menakutkan. Sekolah diliburkan, kantor ditutup, bahkan beberapa negara pun melakukan lock down. Sungguh suatu peristiwa yang tidak biasa. Bagi orang yang tidak mengenal Tuhan, pertanyaan yang segera muncul adalah: “Mengapa Tuhan mengizinkan hal ini terjadi?” Tetapi bagi kita yang mengenal Dia, kita tahu bahwa Allah memang berhak untuk melakukan hal ini.

Ketimbang mempertanyakan Tuhan, lebih baik kita bertanya pada diri sendiri, “Pesan apa yang kita tangkap dari Tuhan melalui peristiwa ini?” Ada beberapa pesan yang dapat kita renungkan:

Bahwa manusia pada dasarnya adalah rapuh.
Tanpa ada sakit penyakit yang mengancam, manusia seringkali merasa begitu kuat, tangguh, pandai, tak terkalahkan dan bahkan sanggup menjadi tuhan atas diri sendiri. Tetapi kini, kita melihat bahwa jangankan ingin menjadi seperti Tuhan, untuk mengalahkan organisme yang sangat kecil sekalipun ternyata kita kesulitan sekali.

Bahwa hidup kita pada saatnya akan berakhir
Sering kali kita lupa bahwa hidup kita pada suatu saat akan berakhir. Kenyataan semacam itu seringkali kita kubur dalam-dalam di wilayah bawah sadar kita. Mengapa? Karena memikirkan tentang kematian merupakan hal yang tidak enak. Meskipun demikian kita harus sadar bahwa terlepas dari enak atau tidak enak, kematian adalah sebuah kenyataan. Dan bencana penyakit global adalah pesan dari Allah untuk mengingatkan kita semua akan hal itu.

Bahwa kesempatan yang diberikan kepada kita ada batasnya
Karena hidup kita pada suatu saat akan berakhir, maka secara otomatis kesempatan kita untuk melakukan apapun di dunia ini juga ada batasnya. Lantas, apa yang telah kita kerjakan selama ini? Hal-hal yang baikkah? Atau hal-hal yang jahat? Terlepas dari kenyataan bahwa kita diselamatkan oleh anugerah dan terlepas dari kenyataan bahwa tidak ada manusia yang sempurna, perbuatan kita selama hidup akan tetap diperhitungkan oleh Tuhan. Selama Tuhan memberi kita kesempatan untuk hidup, apakah kita sibuk melayani diri sendiri, ataukah kita berusaha untuk melayani Dia? Apakah kita sangat sibuk membangun kerajaan kita sendiri? Ataukah kita peduli pada kemajuan Kerajaan-Nya?

Bahwa pada akhirnya kita harus berdiri di hadapan Sang Hakim
Dalam ancaman virus ini kita tahu bahwa manusia terbelah menjadi dua kelompok, yang meninggal dan yang masih hidup. Kita bersyukur bahwa saat ini masih tergolong dalam kelompok yang hidup, tetapi jangan kita lupa bahwa ada juga yang sudah tidak hidup lagi.

Meskipun urusan kena virus atau tidak kena virus adalah hal yang menakutkan, tetapi Alkitab mengajarkan bahwa ada suatu moment yang jauh lebih mengerikan dari hal itu, yaitu moment ketika kita harus berdiri di hadapan Yesus Kristus.

Menurut Rasul Paulus, kita semua akan menghadap tahta peradilan Yesus Kristus. Dan pada saat itu, Yesus yang kita temui bukanlah Yesus dalam kapasitasnya sebagai Juru Selamat, melainkan Yesus Kristus dalam kapasitasnya sebagai Hakim atas seluruh bumi. Ia akan memisahkan seorang demi seorang, lalu membawa sebagian dari mereka kepada Bapa, dan melemparkan sebagian yang lain ke dalam neraka.

Akhir kata
Orang yang kena virus, tetapi ada di dalam Kristus, akan memiliki hidup kekal sekalipun ia harus mati di dunia ini. Tetapi orang yang saat ini terluput dari virus pun, ia akan mengalami kematian kekal yang sangat mengerikan, apabila ia tidak ada di dalam Kristus.

Apa yang kita alami saat ini adalah suatu penyakit yang serius dan dapat membawa seseorang kepada kematian yang serius. Tetapi apakah kita sadar bahwa sesungguhnya ada suatu penyakit yang jauh lebih serius, yaitu dosa, yang akan membawa seseorang bukan saja pada kematian yang serius, tetapi juga kematian yang kekal.

Kiranya apa yang terjadi akhir-akhir ini di tengah kita, menyadarkan kita pada arti pentingnya hubungan kita dengan Tuhan kita. Sudahkah kita mengenal Dia sebagaimana yang diberitakan oleh Alkitab? Ataukah selama ini kita mengikuti Yesus yang palsu. Kiranya Tuhan menolong dan berbelas kasihan kepada kita. Amin.