Monday, January 9, 2017

Karena semua orang telah berbuat dosa: Bahan renungan dari Roma 3:23 bagian a

Karena Semua Orang Telah Berbuat Dosa (Roma 3:23)

 
Oleh: Izar Tirta

Pendahuluan

Roma 3:20-24
(20) Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa. (21) Tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan, seperti yang disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi, (22) yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan. (23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, (24) dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.
 
 
Rekomendasi Buku
"Tafsiran Surat Roma - Matthew Henry"

Dalam tulisan saya mengenai Eksposisi Roma 3:23 saya sudah membahas bahwa menurut konteksnya ayat ini berbicara tentang semua orang percaya bukan semua orang secara keseluruhan (universal).

Kitab Roma memang mengajarkan konsep bahwa semua orang secara keseluruhan (universal) telah jatuh ke dalam dosa, namun konsep tersebut bukan diutarakan oleh ayat ini melainkan oleh Roma 5:12. Sedangkan “semua orang” di dalam Roma 3 ayat 23 ini mengacu kepada semua orang percaya yang telah berdosa namun yang sudah dibenarkan.

Tulisan ini mencoba untuk melihat pengertian dari kata “karena semua orang telah berbuat dosa” dari sudut pandang “semua orang percaya yang sudah dibenarkan” tersebut.

Semua orang percaya telah berbuat dosa
Apa yang dapat kita pahami dari berita Alkitab bahwa “semua orang” yaitu dalam hal ini “semua orang percaya” berada dalam keadaan yang “telah berbuat dosa” ? Apa yang harus kita perbuat sehubungan dengan hal tersebut? Sikap seperti apakah yang harus kita miliki atas berita Allkitab ini? Ada beberapa hal yang dapat kita renungkan.

Pertama: Kita berhutang keselamatan pada Yesus Kristus
Sebagai orang percaya, kita tidak boleh lupa bahwa pada dasarnya kita adalah orang yang telah berbuat dosa. Kita adalah keturunan umat manusia yang telah jatuh ke dalam dosa, yaitu melalui persekutuan dengan nenek moyang kita, Adam dan Hawa.

Karena nenek moyang kita, Adam dan Hawa tersebut telah jatuh ke dalam dosa, maka kita semua yang menjadi keturunannya menjadi turut terkutuk akibat dosa. Itu sebabnya di dalam Mazmur 51:7, Raja Daud mengaku: “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.” Raja Daud juga adalah orang yang percaya, tetapi Raja Daud sadar bahwa dirinya pun adalah bagian dari umat manusia yang telah jatuh ke dalam dosa. Kesadaran semacam yang dimiliki oleh Raja Daud ini penting, untuk menjaga kita tetap rendah hati di hadapan Tuhan dan di hadapan manusia. Kesadaran semacam ini juga penting untuk senantiasa mengingatkan kita tentang betapa baiknya Tuhan itu, yang telah berkenan menerima kita sekalipun kita adalah orang yang telah berbuat dosa.

Namun, sebagaimana dapat kita baca di dalam ayat 20 hingga 24 tersebut, kita tidak tinggal selamanya dalam status sebagai orang yang telah berbuat dosa saja, melainkan kita juga telah dibenarkan secara cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Inilah perbedaan yang luarbiasa di antara kita orang percaya yang telah jatuh ke dalam dosa dengan orang yang belum percaya, yaitu bahwa kita telah dibenarkan, dibenarkan secara cuma-cuma. Kita telah mengalami perubahan status yang luar biasa, dari orang yang patut dimurkai karena dosa, menjadi orang yang dibenarkan.

Ini adalah konsep yang hanya dapat ditemukan di dalam Alkitab. Tidak ada ajaran tentang keselamatan yang seperti ini di dalam agama apa pun. Sementara semua agama mengajarkan bahwa kita dapat dibenarkan melalui perbuatan baik atau melalui upaya mengikuti kaidah agama, Alkitab mengajarkan bahwa kita dibenarkan dengan cuma-cuma oleh Kasih Karunia karena penebusan Yesus Kristus.

Secara tegas Alkitab, atau Roma 3:20-24 justru mengajarkan bahwa Hukum Taurat, yang mewakili hukum-hukum keagamaan manusia, tidak dapat menyelamatkan. Ayat (20) berkata:  “Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.”

Peraturan agama bukan untuk membawa kita kepada keselamatan dan dibenarkan di hadapan Tuhan. Peraturan agama justru membawa kita kepada kenyataan bahwa kita sesungguhnya telah gagal mematuhi peraturan-peraturan tersebut. (Untuk mengetahui apa kegunaan Hukum Taurat bagi kita, silahkan membaca artikel yang saya tulis khusus mengenai hal tersebut “Cara mudah memahami kegunaan Hukum Taurat”)

Jadi, bagaimanakah kita diselamatkan atau dibenarkan di hadapan Tuhan jika bukan karena prestasi keberhasilan kita dalam memenuhi hukum-hukum Agama? Alkitab menjawab: Kita diselamatkan atau dibenarkan di hadapan Tuhan karena Kasih Karunia oleh pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib.

Kita lihat disini, bahwa sekalipun kita dibenarkan secara cuma-cuma, namun bukan berarti tidak ada harga yang harus dibayar demi proses pembenaran tersebut. Harga itu bahkan sangat mahal, karena demi pembenaran kita tersebut maka Yesus Kristus telah mengorbankan diri-Nya di atas kayu salib, mati untuk kita. Inilah harga yang mahal tersebut dan melalui pengorbanan sebesar itu, maka kita pun dapat membayangkan betapa buruknya kondisi kita sebagai orang-orang yang telah jatuh ke dalam dosa bukan?

Itu sebabnya, sebagai orang percaya kita harus senantiasa ingat bahwa kita berhutang keselamatan kepada Yesus Kristus yang telah mati menebus dosa kita. Kita tidak dapat mencapai surga melalui kekuatan kita, karena kita pada dasarnya telah jatuh ke dalam dosa, tetapi Dia, Yesus, mampu memberi keselamatan bagi kita karena Dia telah bangkit dari kematian mengalahkan maut.

Orang yang belum percaya justru merasa bahwa dirinya dapat mencapai surga melalui kebaikannya ataupun melalui keberhasilannya dalam menjalankan perintah agama. Dan kita tahu bahwa menurut cara pandang Alkitab, hal tersebut sudah pasti akan sia-sia belaka. Contoh dari orang semacam ini dapat dilihat pada tulisan saya berjudul: “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?”


Kedua: Hendaklah kita semakin merendahkan hati di hadapan Tuhan
Tidak ada alasan untuk menjadi sombong atau angkuh karena tanpa anugerah dari Tuhan, semua orang percaya pada dasarnya adalah juga merupakan orang yang patut dimurkai. Tidak ada seorang pun yang dapat memenuhi standar. Standar Yesus adalah kesempurnaan. Dalam Matius 5:48, Tuhan Yesus sendiri pernah mengutarakan sebuah standar bagi kita manusia, Yesus berkata: Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.

Tidak jarang kita menilai diri kita sebagai orang Kristen yang sudah cukup baik. Mengapa demikian? Karena kita membandingkan diri kita dengan orang Kristen lain yang terlihat tidak memiliki hidup sebaik kita, atau istilah kerennya.. tidak serohani hidup kita. Sehingga pelan-pelan kita mulai percaya bahwa kita ini memang lebih baik dari dia dimata Tuhan. Padahal kita lupa bahwa di mata Tuhan, standar kita adalah kesempurnaan, tidak kurang, tidak lebih.

Apabila umpamakan saja, kita ingin masuk ke sebuah konser pertunjukkan dengan harga tiket Rp 5 juta per orang. Lalu kita merogoh kocek kita dan mendapati bahwa uang kita hanya Rp 4.900.000. Namun alih-alih kita merasa sedih karena tidak mampu masuk ke konser itu, kita justru melihat ke kanan dan ke kiri, kepada saudara-saudara kita yang uangnya jauh lebih sedikit. Ada yang hanya punya Rp 1 juta, ada yang punya Rp 500 ribu dan ada pula yang punya Rp 3,5 juta. Mengetahui hal ini kita pun jadi merasa lega dan bangga karena merasa lebih baik dari saudara-saudara yang lain, tanpa kita menyadari bahwa punya Rp 500 ribu maupun punya Rp 4.900.000, sama-sama tidak mampu masuk ke dalam konser tersebut karena harga tiketnya adalah Rp 5 juta.

Dari ilustrasi sederhana ini kita belajar bahwa bukan seberapa banyak yang kita miliki yang penting, tetapi seberapa banyak yang diminta itulah yang menentukan apakah diri kita akan diterima atau tidak. Ilustrasi di atas tentu saja hanyalah sebuah gambaran sederhana apabila dibandingkan dengan gambaran yang diajarkan oleh Alkitab. Dalam Alkitab yang diminta adalah “kesempurnaan,” namun yang kita miliki bukanlah “kurang sempurna sedikit” melainkan “jauh dari sempurna” bahkan cenderung “menjijikan.”

Yesaya 64:6 mengatakan: Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin. Yesaya tidak diragukan lagi adalah seorang Nabi yang saleh. Ia melayani umat Israel dalam masa-masa menjelang pembuangan ke Babel. Tradisi mengatakan bahwa Yesaya bahkan harus mati dengan cara yang mengerikan, yaitu tubuhnya digergaji hingga putus, sungguh amat mengerikan. Namun orang yang setia dan tekun seperti ini dengan rendah hati mengaku bahwa kesalehannya hanya kain yang kotor di hadapan Allah.

Bukan Cuma Yesaya yang menyadari keberdosaannya dan ketidaklayakannya di hadapan Tuhan Yang Mahasuci. Rasul Paulus pun menyuarakan perasaan yang sama.

Pada tahun 55 M, Paulus pernah menulis dalam Surat Korintus yang pertama Pasal 15 ayat 9 bahwa “aku adalah yang paling hina dari semua rasul” Sepintas kita bisa menganggap bahwa ini adalah ungkapan yang amat rendah hati dari seorang rasul besar seperti Paulus. Namun kira-kira 5 tahun kemudian, Paulus membuat pernyataan kembali dalam Efesus 3:8. Paulus mengatakan bahwa dirinya adalah “yang paling hina di antara semua orang kudus.” Luar biasa bukan? Dalam kurun waktu 5 tahun, Paulus sudah menurunkan cara pandang diri yang jauh lebih rendah hati lagi. Jika semula ia menganggap dirinya paling hina di antara para rasul, yang mana rasul adalah jabatan rohani yang luar biasa, kini Paulus mengganggap bahwa bukan para rasul, melainkan di antara semua orang Kristen dirinyalah yang paling hina.

Namun hal tersebut tidak berhenti sampai disitu saja, karena pada tahun 64 Masehi, yaitu 4 tahun kemudian, Paulus membuat pernyataan yang sangat mencengangkan. Dalam 1 Timotius 1:15 Paulus berkata: Perkataan ini benar dan patus diterima sepenuhnya: Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa, dan diantara mereka akulah yang paling berdosa.

Sungguh mengagumkan bukan, Paulus seorang yang dipakai Tuhan dengan sangat luar biasa tetapi justru merasa dirinya paling berdosa dari semua orang berdosa. Dengan bertambahnya usia, dengan bertambahnya pengalaman, Paulus semakin mengenal siapa dirinya dan siapakah Tuhannya. Dan pengenalan tersebut rupanya bukan membawa Paulus (dan juga Yesaya) kepada suatu kesadaran bahwa dirinya adalah orang yang suci. Justru sebaliknya, pengenalan akan diri sendiri dan pengenalan akan Tuhan yang sejati, justru akan membawa kita pada kesadaran bahwa kita ini adalah orang yang telah jatuh ke dalam dosa.

Bandingkan dengan orang-orang tidak percaya pada Yesus Kristus dan Alkitab, mereka tidak pernah mendapat anugerah untuk melihat hal seperti yang dilihat Paulus dan Yesaya. Itu sebabnya mereka sering salah kaprah, mengira bahwa diri mereka dapat semakin suci dan baik di hadapan Tuhan sedemikian rupa hingga menganggap orang lain yang berbeda dengan kepercayaan mereka sebagai orang yang najis/kafir sehingga layak untuk dilenyapkan. Ini sungguh bertentangan dengan ajaran Alkitab bukan?

Biarlah kedua tokoh besar dalam Alkitab ini senantiasa mengingatkan kita tentang status kita sebagai orang yang telah jatuh ke dalam dosa, namun sekaligus juga sebagai orang yang telah dibenarkan. Kedua status tersebut haruslah selalu menjaga kita tetap rendah hati di hadapan Allah dan juga di hadapan manusia.

Ketiga: Kita akan senantiasa bergumul dengan dosa kita
Dalam bagian ke satu sudah saya sampaikan bahwa standar yang ditetapkan Yesus adalah kesempurnaan. Namun, natur dosa di dalam diri orang percaya, membuat mereka tidak mungkin mencapai kesempurnaan hidup. Natur dosa itu akan terus menerus berperang dengan natur baru yang Tuhan anugerahkan melalui pembenaran.

Semenjak kita dianugerahkan iman untuk percaya pada Yesus, maka pada saat itu kita memiliki dua natur. Natur pertama adalah sifat keberdosaan kita yang sangat mematikan dan senantiasa menyeret kita untuk berbuat dosa. Natur kedua adalah sebuah natur baru yang dianugerahkan oleh Tuhan melalui Roh Kudus kepada kita yaitu berupa suatu kemampuan untuk percaya pada Yesus dan kerinduan untuk mulai taat pada-Nya. Alkitab memakai istilah “manusia baru” untuk natur kita yang kedua tersebut.

Dalam Efesus 4:20-24 ada gambaran yang cukup baik mengenai natur pertama dan natur kedua kita, dimana dalam Efesus tersebut istilah yang dipakai adalah manusia lama dan manusia baru. Surat Efesus berbunyi demikian:

20 Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. 21 Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, 22 yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, 23 supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, 24 dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.

Bukan suatu hal yang mudah apabila sebagai seorang pribadi kita memiliki dua natur yang berbeda bukan? Dan bukan saja berbeda, kedua natur tersebut bahkan akan senantiasa berperang di dalam diri kita. Menarik kita antara sisi yang satu ke sisi yang lain. Antara ingin melawan Allah dan ingin taat pada-Nya.

Pergumulan atau peperangan semacam ini adalah pergumulan yang nyata di dalam diri orang percaya yang telah jatuh ke dalam dosa namun yang telah dibenarkan secara cuma-cuma oleh penebusan Yesus Kristus. Kita dapat melihat bagaimana kesaksian Rasul Paulus yang secara jujur telah menuturkan pergumulannya yang terjadi bahkan setelah ia menjadi orang percaya.

Dalam surat Roma pasal 7, Paulus menulis demikian:

18 Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. 19 Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. 20 Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. 21 Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. 22 Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, 23 tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. 24 Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? 25 Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. 26 Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa.

Demikian dapat kita lihat betapa sulitnya pergumulan kita sebagai orang yang telah jatuh ke dalam natur keberdosaan namun yang juga telah dibenarkan di hadapan Allah. Namun janganlah kita menjadi putus asa, melainkan seperti Rasul Paulus biarlah kita memandang kepada Yesus dengan penuh rasa syukur karena tanpa pengorbanan Yesus di atas kayu salib, maka kita tidak mungkin akan dapat diselamatkan. Keberdosaan telah begitu merusak natur hidup kita sebagai manusia, sedemikian rupa sehingga kita tidak tahu lagi apa yang baik dan apa yang jahat.


Penutup: Bersyukur
Kiranya melalui kesadaran akan kondisi kita yang sekalipun sudah mendapat anugerah untuk percaya namun tetap terpengaruh oleh natur keberdosaan ini, kita akan senantiasa terdorong untuk bersyukur kepada Tuhan Yesus yang telah menebus kita.

Yesus telah melakukan sebuah pekerjaan luar biasa bagi kita. Suatu pekerjaan yang kita sendiri tidak akan pernah mampu untuk melakukannya. Bersyukurlah pada Yesus senantiasa. Amin.



Pokok pikiran yang terdapat dalam tulisan ini:
Karena semua orang telah berbuat dosa
Roma 3:20-24
Konteks dari Roma 3:23
Apa yang dapat kita pahami dari berita Alkitab semua orang percaya telah berbuat dosa?
Apa yang harus kita perbuat sehubungan dengan Roma 3:23?
Sikap apa yang harus kita miliki sehubungan dengan Roma 3:23?
Kita menjadi pendosa dalam persekutuan dengan Adam dan Hawa.
Penjelasan atas Mazmur 51:7 dalam kesalahan dan dosa kita dikandung.
Apa kegunaan Hukum Taurat?
Apakah peraturan agama berguna bagi kita?
Kita telah berhutang keselamatan kepada Yesus Kristus
Apa perbedaan antara orang percaya dan orang yang tidak percaya?
Bagaimana pandangan orang tidak percaya Yesus tentang keselamatan?
Hendaklah kita semakin merendahkan diri di hadapan Tuhan.
Mengapa kita tidak boleh sombong di hadapan Tuhan?
Apakah standar untuk masuk surge?
Apakah standar yang ditetapkan Tuhan bagi kita?
Pengertian dari Matius 5:48.
Mengapa kita sering merasa bahwa kita ini lebih baik daripada orang lain?
Pengertian dari Yesaya 64:6
Mengapa Yesaya mengatakan bahwa kesalehan kita seperti kain kotor?
Pengertian 1 Korintus 15:9
Pengertian Efesus 3:8
Pengertian 1 Timotius 1:15
Seperti apakah seharusnya orang Kristen yang semakin dewasa kerohaniannya itu?
Perbandingan antara orang yang percaya Yesus dan yang tidak percaya Yesus.
Pengertian Efesus 4:20-24.
Apa yang dimaksud dengan manusia lama dan manusia baru?
Pengertian Roma 7:18-26.
Seperti apakah pergumulan Rasul Paulus dengan dosa?
Jadi apakah kesimpulan kita atas ayat Alkitab Roma 3:23.?


Bacaan lainnya:
Dalam tulisan ini kita melihat bahwa standar untuk dapat masuk ke dalam sorga adalah standar kesempurnaan (Matius 5:48). Tuhan Yesus pernah menjelaskan sebuah perumpamaan yang mirip dengan dengan konsep dalam Matius 5:48 ini, yaitu perumpamaan tentang unta yang melewati lubang jarum. Bacalah pengertian dari Unta melewati Lubang Jarum tersebut dalam artikel ini.

Tidak sedikit orang yang begitu antusias untuk membuktikan bahwa Yesus sebetulnya tidak bangkit dari kematian. Salah satu berita yang pernah ramai dibicarakan adalah bahwa Tulang Belulang Yesus telah ditemukan. Benarkah demikian? Temukan jawabannya dalam artikel ini.

Apakah langit bisa menceritakan sesuatu? Jika ya, maka apakah yang diceritakannya? Temukan jawabannya dalam artikel ini.