Monday, November 14, 2016

Apakah Tuhan mencobai manusia?

 


Pendahuluan
Tulisan di bawah ini adalah jawaban dari sebuah pertanyaan yang diajukan oleh seorang teman sehubungan dengan masalah pencobaan terhadap manusia. Di dalam tulisan ini dibahas:
1. Apakah konsep pencobaan di dalam Yakobus dan Doa Bapa Kami bertentangan?
2. Siapakah yang sebenarnya mencobai manusia?
3. Apakah peranan Allah Bapa di dalam pencobaan terhadap manusia.?
4. Apa yang dimaksud dengan pencobaan?
5. Apa tujuan dari pencobaan?
6. Siapa sajakah yang pernah mengalami pencobaan di dalam Alkitab?
7. Apa fungsi dari Doa Bapa Kami?
8, Apa yang diajarkan dalam Doa Bapa Kami?

Semoga tulisan singkat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
[Baca Juga: Ketika hidup kita sangat berkekurangan. Klik disini.]
 

Siapakah yang mencobai manusia?

Di dalam Yakobus 1:13 dikatakan: “Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!" Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun.” Namun dalam Doa Bapa Kami ada tertulis: Dan janganlah masukkan kami ke dalam percobaan.”

Jadi apakah sebetulnya Tuhan mencobai manusia ataukah tidak? Mengapa konsep di dalam Yakobus 1:13 tersebut terlihat seperti bertentangan dengan Doa Bapa Kami? Dan apakah dengan demikian berarti bila kita tidak berdoa, maka Tuhan akan memasukkan kita ke dalam pencobaan? [Baca juga: Keunikan ajaran Alkitab tidak ada bandingnya. Klik disini.]

Jawaban:
 
Pertama-tama kita perlu memahami apa yang dimaksud dengan pencobaan itu sendiri? Pencobaan adalah segala upaya yang dilakukan oleh pihak tertentu kepada diri seseorang agar orang itu jauh atau melawan Tuhan.
 
 
 
Buku "Memulai Kembali" oleh Max Lucado

Di sepanjang Alkitab, pribadi yang selalu melakukan pencobaan terhadap manusia adalah Iblis.
Contoh:
Di taman Eden, Adam dan Hawa dicobai oleh Iblis untuk memberontak terhadap perintah Allah.
Di zaman Ayub pun, kita tahu bahwa pencobaan dilakukan oleh Iblis dengan tujuan agar Ayub marah dan melawan Tuhan.
Yudas Iskariot juga dicatat sebagai orang yang telah dicobai oleh Iblis.
Dan bahkan Yesus sendiri pun pernah dicobai oleh Iblis di padang gurun dengan tujuan agar Yesus gagal dalam tugas-Nya sebagai Mesias.

Jadi kita lihat, bahwa mencobai manusia adalah pekerjaan Iblis. Sama seperti berdusta dan membunuh adalah pekerjaan Iblis, demkian pula mencobai manusia pun adalah pekerjaan Iblis.

Jika demikian, dimanakah peran serta Allah di dalam proses pencobaan oleh Iblis kepada manusia ini?
Allah tidak mencobai manusia, namun di dalam kedaulatan-Nya Allah kadang membiarkan Iblis mencobai manusia.

Tetapi mengapa Allah membiarkan Iblis mencobai manusia?
Ada beberapa alasan mengapa Allah membiarkan Iblis mencobai manusia:
  1. Orang itu memang pada dasarnya tidak percaya pada Allah, sehingga Allah pun membiarkan saja Iblis melakukan apapun yang disukainya.
  2. Orang itu adalah orang percaya, namun Allah ingin menguji hatinya, sehingga Allah mengizinkan Iblis mencobai orang itu. Ada yang berhasil melewati ujian tersebut, misalnya Yesus Kristus. Namun ada banyak pula yang gagal di dalam pencobaan Iblis tersebut.
Ayub adalah contoh dimana Allah membiarkan atau mengizinkan Iblis mencobai dia. Apakah Ayub berhasil melewati pencobaan tersebut? Tidak. Namun di dalam kedaulatan-Nya sekali lagi Allah bisa memberi anugerah pengampunan pada mereka-mereka yang gagal ketika dicobai.

Jadi sampai disini kita sudah jelas bahwa Allah tidak mencobai manusia. Iblis-lah yang mencobai manusia. Allah di dalam kedaulatan-Nya dapat mengizinkan Iblis mencobai menusia.

Lalu bagaimana dengan Doa Bapa Kami?
Mengapa seolah-olah Doa Bapa Kami mengajarkan konsep bahwa Allah mencobai manusia? Apakah Doa Bapa keliru?

Dalam hal ini perlu kita ingat bahwa Doa Bapa Kami sebetulnya lebih merupakan sebuah format atau template dari teologi tentang doa ketimbang sebuah ucapan doa praktis sehari-hari. Itu pula sebabnya, di dalam doa sehari-hari kepada Tuhan, kita tidak wajib mengikuti kata demi kata dari Doa Bapa Kami tersebut. Dalam doa sehari-hari, yang terpenting adalah ucapan jujur dari hati ketimbang serangkaian kata yang kita hafal. Doa seharusnya merupakan sebuah percakapan antara kita dengan Tuhan, dapatkah kita bayangkan sebuah hubungan yang di bangun dengan percakapan yang diulang-ulang dan dihafal? Bukankah itu akan menjadi sebuah pola hubungan yang aneh? Percakapan yang baik dari sebuah hubungan yang baik adalah sebuah percakapan yang hidup, dinamis, jujur, apa adanya serta natural dan mengalir dari jiwa kita sendiri.

Jadi apakah gunanya Doa Bapa Kami? Doa Bapa Kami tentu sangat berguna, sebab jika tidak berguna mengapa Yesus mengajarkannya pada kita bukan?

Dari Doa Bapa Kami yang diajarkan oleh Yesus, kita belajar sebuah kerangka dari teologi doa, yaitu tentang:
1.       Kepada siapa kita harus berdoa.
2.       Apa hubungan diri kita dengan Dia yang mendengar doa kita tersebut.
3.       Bagaimana mengatur hubungan kita dengan Dia.
4.       Bagaimana mengatur hubungan kita dengan sesama kita sendiri.

Kata: Dan janganlah masukkan kami ke dalam percobaan.”, dapat kita kategorikan ke dalam bagaimana mengatur hubungan kita dengan Dia. Melalui kata-kata tersebut kita sadar bahwa:
1.       Kita ini makhluk yang lemah, kita tidak mampu mengatasi persoalan kita.
2.       Kita sadar bahwa ada Iblis yang jauh lebih kuat dari kita dan siap mencobai kita kapan pun.
3.       Kita sadar bahwa ada Bapa yang lebih berkuasa dari Iblis, Bapa yang mampu melindungi kita dari kejahatan Iblis tersebut.

Jadi Doa Bapa Kami ini adalah sebuah ajaran tentang doa yang mengajar kita untuk selalu mawas diri, untuk tidak mempercayai kekuatan kita sendiri, melainkan bersandar sepenuhnya pada Allah dalam hal:
1.       Makanan
2.       Pengampunan
3.       Perlindungan

Manusia itu sifatnya adalah sombong, yaitu merasa mampu mengatur diri sendiri dan berkuasa atas dirinya sendiri. Tetapi melalui Doa Bapa Kami kita diajar bahwa untuk makan pun sebenarnya kita harus bersandar pada Bapa. Terlebih lagi untuk pengampunan dan perlindungan dari kuasa jahat Iblis yang suka mencobai manusia.

Jadi demikian dapat kita simpulkan bahwa Yakobus dan Doa Bapa Kami ini tidak memiliki konsep yang berbeda. Keduanya saling melengkapi pengertian kita. Yang terpenting adalah bagaimana kita saat ini disadarkan bahwa diri kita ini lemah dan butuh bersandar senantiasa pada Allah Bapa yang mengasihi kita.

Amin.