Friday, May 21, 2021

Bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus

Apakah yang dimaksud dengan bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus?
Bagaimana caranya? Apa tujuannya? Dan mengapa kita melakukannya?


Bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus


Oleh: Izar Tirta


Versi Audio tulisan ini dapat didengarkan melalui: Spotify atau Anchor


Ayat Firman Tuhan
Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Rasul 1:8)

Ini adalah ucapan Tuhan Yesus kepada para murid sebelum Tuhan kita naik ke sorga. Alih-alih membiarkan para murid berputar-putar pada pertanyaan kapan segala sesuatu akan menjadi pulih (lihat ayat 6). Tuhan Yesus justru membawa mereka untuk memfokuskan perhatian kepada tanggungjawab mereka selagi masih ada di dunia, yaitu bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus. [Baca juga: Perbedaan antara perbuatan daging dan Buah Roh. Klik disini.]

Pertanyaan kita sekarang adalah seperti apakah bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus? Atau apa ciri-ciri dari orang yang bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus itu? Kita dapat membicarakan hal itu dari berbagai sudut pandang, tetapi dalam kesempatan ini saya ingin mengajak kita untuk melihat setidaknya dari tiga hal yang didasarkan pada tiga landasan Firman Tuhan terhadap pengertian dari bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus.

Pertama: dari sikap hatinya

Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar. Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah. (1 Korintus 2:3-5)

Dari bacaan Firman Tuhan yang ditulis oleh Rasul Paulus ini, kita belajar bahwa orang yang bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus adalah orang yang memiliki sikap hati yang sadar akan kelemahan dirinya. Oleh karena itu mereka bukan bersaksi dengan hikmat yang meyakinkan dari seorang manusia, tetapi bersaksi di dalam rasa takut yang suci dan kegentaran yang kudus kepada Tuhan. Kesaksian mereka bukan ditopang oleh hikmat manusia, metode, strategi, pengalaman dan kekuatan manusia, tetapi semata-mata ditopang oleh kuasa Roh Kudus.

Seringkali di dalam berbicara tentang tindakan bersaksi, kita membayangkan diri kita pergi dalam suatu perjalanan misi ke desa-desa yang miskin atau ke tempat-tempat yang minim pengetahuan atau setidaknya berbicara kepada orang-orang yang kita anggap belum tahu sesuatu yang kita tahu. Lalu kita datang sebagai orang yang kuat. Kuat disini maksudnya bukan kuat secara otot, tetapi kuat ekonominya, atau kuat pengetahuannya, atau relasinya, atau pengalamannya. Lalu kita membayangkan diri kita sebagai orang dengan kelebihan tertentu sedang menolong atau melayani orang-orang yang ekonominya lemah, pengetahuannya minim, kurang gaul, kurang pengalaman dan serba kekurangan lainnya.

Meskipun secara humanisme tindakan semacam itu mungkin terlihat baik, tetapi sikap seperti itu sama sekali bukan hikmat yang berasal dari Roh Kudus. Sikap seperti itu lebih mirip hikmat kolonial, yaitu orang-orang dari kalangan atas yang sedang menolong orang-orang yang “ada di bawah sana.”

Bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus berarti kita sadar bahwa yang benar-benar kuat adalah Roh Kudus bukan kita. Kita dan orang-orang yang kita layani memiliki posisi yang sama. Tidak ada yang lebih tinggi, tidak ada yang lebih rendah. Kalau kita bisa melayani orang lain melalui kesaksian kita, maka itu semata-mata karena Roh Kudus yang memberi kesempatan untuk melayani. Kita harus meminta kekuatan, pengarahan Roh Kudus di dalam doa untuk pelayanan kesaksian ini.

Berbicara tentang rasa takut dan gentar di dalam bersaksi mungkin terdengar mudah dan terasa seperti konsep yang indah. Tetapi melakukan hal tersebut bukanlah perkara yang sedemikian mudah. Apalagi bagi orang-orang yang sudah cukup senior usianya, atau sudah banyak pengalaman atau sudah memiliki berbagai titel di dalam pendidikan.

Segala pengalaman dan pengetahuan yang kita miliki bisa menjadi penghalang bagi kita untuk mengalami apa artinya merasa takut dan gentar di hadapan Tuhan. Biasanya, karena merasa sudah pengalaman, sudah biasa melakukan ini dan itu, atau merasa sudah banyak tahu, maka seseorang cenderung tidak merasa takut lagi. Butuh anugerah dan belas kasihan Roh Kudus sendiri untuk menolong kita memiliki kerendahan hati yang tulus dan kegentaran yang kudus itu, agar kesaksian kita sungguh-sungguh merupakan kesaksian di dalam kuasa Roh Kudus dan bukan kesaksian yang ditopang oleh kuasa kita sendiri.


Kedua: dari isi kesaksiannya

Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku. (Yohanes 15:26)

Apabila seseorang bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus, maka dapat dipastikan bahwa Isi dari kesaksiannya adalah Yesus Kristus. Sebab Roh Kudus tidak pernah tertarik berbicara tentang diri-Nya sendiri. Roh Kudus juga tidak tertarik untuk membicarakan tentang manusia. Roh Kudus hanya tertarik untuk berbicara tentang Kristus.

Tidak sedikit orang yang kelihatannya seperti sedang bersaksi, tetapi isi kesaksiannya adalah tentang dirinya sendiri, tentang keluarganya, tentang anaknya, tentang pencapaiannya, tentang prestasinya, tentang jasanya, tentang mimpi-mimpinya, kesedihannya, kesenangannya dan masih banyak lagi, daftarnya bisa panjang sekali. Jika sudah begini, lalu dimanakah kesaksian tentang Kristus? Ia hanya tokoh sambil lalu yang disebutkan sekali-sekali saja. Ia bukan tokoh utama dalam kesaksian kita, melainkan diri kita sendirilah pusat dari kesaksian itu.

Kesaksian semacam itu bukan kesaksian yang berada di bawah kuasa Roh Kudus, melainkan kesaksian yang berada di bawah kuasa kedagingan. Sebagai pelayan kesaksian, motif utama kita dalam bersaksi seharusnya selalu dan senantiasa adalah agar Kristus dipermuliakan di antara manusia.

Kadang orang berpikir bahwa tujuan utama pemberitaan Injil atau kesaksian Kristen adalah agar manusia diselamatkan. Di satu sisi tentu saja kita ingin agar manusia percaya dan diselamatkan, akan tetapi di sisi lain, tujuan semacam ini tidaklah lengkap. Sebab pada kenyataannya tidak semua orang yang mendengar kesaksian tentang Kristus akhirnya menjadi percaya. Lagipula apabila melihat pada tulisan Yohanes di atas, kita mendapati bahwa Roh Kudus datang untuk bersaksi bagi Kristus. Yaitu agar kemuliaan Kristus menjadi nyata di hadapan manusia.

Entah manusia menerima, entah manusia menolak, kemuliaan Kristus telah dinyatakan melalui kesaksian Roh Kudus. Jika manusia menerima, maka kemuliaan Kristus dinyatakan sebagai Juruselamat manusia. Tetapi ketika manusia menolak pun, kemuliaan Kristus tetap dinyatakan yaitu sebagai Hakim bagi manusia itu. Entah manusia menuju kehidupan kekal, ataukah mereka menuju kebinasaan kekal, Roh Kudus telah menyaksikan kemuliaan Kristus di hadapan manusia.


Ketiga: dari sasaran utama pelayanannya

Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan. Dan janganlah berpikir dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, akan ditebang dan dibuang ke dalam api." (Lukas 3:8-9)

Kita bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus apabila harapan kita yang terbesar pada diri orang yang dilayani adalah agar mereka menghasilkan buah pertobatan yang nyata. Ada kalanya orang Kristen berpikir bahwa berita Injil itu adalah manusia berdosa, Kristus mati dan bangkit untuk manusia, manusia percaya pada Kristus, lalu manusia itu mati dan pergi ke sorga. Meskipun komponen-komponen yang disebutkan tadi ada benarnya, tetapi berita Injil tidaklah sesederhana itu.

Apa yang dikatakan oleh Lukas adalah berita Injil juga, itu sebabnya kita menamakan tulisan Lukas itu sebagai Injil Yesus Kristus menurut Lukas. Dan di dalam berita Injil tersebut, Lukas juga memaparkan berita tentang kapak yang tersedia pada akan pohon, dan setiap pohon yang tidak berbuah, akan ditebang dan dibuang ke dalam api.

Pertanyaannya bukan semata-mata apakah kita sudah percaya pada Yesus Kristus saja, pertanyaannya adalah apakah kita dapat melihat adanya buah-buah pertobatan yang nyata yang dihasilkan di dalam hidup kita melalui kepercayaan pada Yesus Kristus tersebut?

Apakah orang yang kita layani kini memiliki kerinduan untuk beribadah? Apakah mereka semakin mengasihi Kristus? Semakin mengasihi sesama? Dan semakin membenci dosa? Adakah karakter yang baik yang bertumbuh semakin serupa dengan Kristus? Kita bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus apabila di dalam hati kita ada kerinduan untuk melihat buah Roh ini di dalam diri orang-orang yang kita layani.

Kita tidak bersaksi kepada orang lain supaya mereka yang tadinya bodoh, tidak sekolah lalu kini jadi sarjana. Kita tidak bersaksi kepada orang lain supaya mereka yang tadinya miskin, lalu kini berubah jadi pengusaha yang berhasil. Meskipun semua itu baik di dalam konteks humanistik, tetapi bukan itu tujuan utama dari kesaksian yang dikuasai oleh Roh Kudus. Apabila orang-orang yang dilayani ini tidak menghasilkan buah Roh yang nyata di dalam kehidupannya, maka seperti yang Lukas katakan, kapak sudah tersedia bagi mereka, dan demikian pula dengan api kebinasaan kekal itu.

Kisah Para Rasul tidak pernah mencatat dimana para Rasul bersuka cita karena jemaat yang tadinya bodoh lalu belakangan jadi sarjana semua. Kisah Para Rasul tidak permah mencatat dimana para Rasul bersuka cita karena jemaat yang tadinya miskin, lalu belakangan jadi sukses di dalam bisnis semua. Don’t get me wrong. Kita tentu saja tidak anti pada kesejahteraan lahiriah. Kita ini pengikut Kristus, bukan penganut ajaran Platonik atau Neo Platonik. Tetapi kalau sukacita kita diletakkan pada hal-hal lahiriah saja, tetapi kita kurang menaruh perhatian pada spiritualitas dari orang yang kita layani, maka kita bukan bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus, melainkan bersaksi di bawah hikmat manusia.

Apabila kita membaca Kisah Rasul 2:41-47 tentang cara hidup jemaat. Atau Kisah 4:32-37 yang juga berbicara tentang cara hidup jemaat. Maka yang kita dapati adalah sekumpulan jemaat yang semakin giat berbagi dan memberi kepada sesamanya. Bukan makin tinggi pendidikannya, bukan makin banyak pundi-pundi kekayaannya, bukan makin menerima dan makin menerima, tetapi makin berbagi dan makin memberi. Inilah yang menyukakan hati para Rasul, inilah yang menyukakan hati Tuhan, sebab inilah ciri dari kehidupan yang semakin berbuah, semakin bertumbuh di dalam kuasa Roh Kudus.

Jadi kalau kita ringkas sekali lagi, bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus dapat kita pahami dari tiga sudut pandang:

Pertama, yaitu dari sikap hatinya.
Orang yang bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus memiliki sikap yang rendah hati, menyadari bahwa dirinya lemah dan hanya Roh Kudus saja yang punya kuat kuasa untuk memakai kesaksian itu bagi kemuliaan Tuhan

Kedua, yaitu dari isi kesaksiannya.
Orang yang bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus hanya tertarik untuk menyaksikan tentang Yesus Kristus yang mati di kayu salib untuk menebus manusia dari dosa, dan yang bangkit kembali untuk memberikan hidup yang kekal kepada manusia yang percaya kepada-Nya. 

Untuk lebih mengenal Yesus Kristus, kita dapat pula merenungkan tentang alasan kedatangan Tuhan sebagai manusia melalui sebuah tulisan berjudul: Mengapa Tuhan Yesus datang sebagai Manusia? Klik disini

Dan untuk lebih mempertebal iman kita pada kebangkitan Tuhan Yesus, kita dapat pula merenungkan sebuah kisah penemuan kubur yang diduga sebagai kuburan Tuhan kita. Ada banyak polemik seputar penemuan kubur tersebut, namun sebagai orang Kristen kita tahu bahwa di balik segala polemik dan upaya manusia mendiskreditkan berita Alkitab, kebangkitan Tuhan Yesus tetap merupakan kebenaran yang tidak tergoyahkan. Ulasan tentang hal itu bisa di Baca pada tulisan: Apakah kubur Tuhan Yesus telah ditemukan? Klik disini

Ketiga, yaitu dari sasaran utama pelayanannya.
Orang yang bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus memiliki sasaran utama berupa pertumbuhan rohani dari orang yang dilayani. Kesejahteraan hidup memang baik, kesehatan juga baik dan perlu dijaga, tetapi fokus utama dari pelayanan kesaksian di dalam kuasa Roh Kudus adalah agar orang yang menerima kesaksian itu bertumbuh di dalam kerohanian. Sehingga mereka tetap dapat mengenal Tuhan meskipun secara ekonomi kehidupan mereka kurang sejahtera dan mereka tetap bisa memuliakan Tuhan meskipun di dalam dunia ini mereka mengalami sakit penyakit.

Untuk lebih memahami tentang pertumbuhan rohani, kita dapat mempelajari tulisan dari Rasul Petrus. Ada beberapa tulisan yang membahas tentang pandangan Rasul Petrus mengenai pertumbuhan rohani seperti yang dapat dibaca pada beberapa tema di bawah ini:
Pengantar Surat 2 Petrus. Klik disini
Renungan dari 2 Petrus 1:3 tentang panggilan hidup kudus. Klik disini
Renungan dari 2 Petrus 1:4 tentang janji anugerah dan janji panggilan Tuhan. Klik disini
Renungan dari 2 Petrus 1:5 tentang iman, kebajikan dan pengetahuan. Klik disini


Kiranya Tuhan berbelas kasihan pada kita semua. Kiranya Tuhan juga berbelas kasihan kepada orang-orang yang kita layani. Dan kiranya di dalam sisa waktu yang Tuhan izinkan untuk kita miliki, kita boleh semakin giat untuk bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus, sampai pemulihan yang Tuhan Yesus janjikan itu tiba. Tuhan Yesus memberkati. Amin.


Baca juga:
Disalibkan bersama Kristus. Klik disini

Apakah arti dari kebebasan? Klik disini
Siapakah Teofilus dalam Lukas 1? Klik disini
Apakah Tuhan pernah bermusuhan? Klik disini
 

Friday, May 14, 2021

Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga

Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga


3 Arti Penting Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga
 

Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya. (Markus 16:19-20)

Peristiwa terangkatnya Tuhan Yesus ke sorga merupakan satu di antara beberapa peristiwa pemuliaan (exaltation) Tuhan kita. Alkitab mengajarkan bahwa Tuhan kita yang mulia sejak dari kekal itu, sebelum mengalami pemuliaan telah terlebih dahulu mengalami perendahan dan penghinaan (atau humiliation) di dalam dunia ini. [Baca juga: Apa yang dimaksud dengan iman? Klik disini.]

Apa sajakah penghinaan yang harus dialami oleh Tuhan Yesus? Alkitab mengajarkan ada 4 (empat) tahap dalam perendahan (humiliation) Tuhan Yesus, yaitu:
1. Inkarnasi atau kelahiran di Betlehem
2. Penderitaan, baik selama hidupNya maupun terutama di atas kayu salib.
3. Kematian.
4. Dikuburkan

Setelah mengalami perendahan seperti itu, Tuhan kita lalu mengalami 4 (empat) tahap pula dalam pemuliaan (exaltation), yaitu:
1. Kebangkitan,
2. Kenaikan ke sorga
3. Duduk di sebelah kanan Allah Bapa
4. Datang kembali di dalam segala kemuliaan dan kuasa, menjadi Hakim bagi seluruh umat manusia.

Tidak ada suatu hal yang diajarkan oleh Alkitab yang tidak memiliki manfaat bagi kita, orang yang percaya, oleh karena itu pada kesempatan ini kita akan coba melihat apa arti penting dari kenaikan Tuhan Yesus ke sorga itu bagi kita. Kenaikan Tuhan kita ke sorga memiliki arti penting bagi kita semua. Dalam tulisan ini saya akan menyampaikan setidaknya ada 3 arti penting dari kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga, yaitu:

Pertama
Menjadi jaminan bagi kita semua yang percaya kepada-Nya bahwa kitapun akan diangkat ke sorga untuk tinggal bersama-sama dengan Tuhan Yesus dan dipersatukan pula dengan Bapa.

Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. (Yohanes 14:3)

Jadi sebagaimana Tuhan Yesus naik ke sorga untuk tinggal bersama Bapa. Demikian juga nanti Tuhan akan membawa kita semua ke tempat-Nya, supaya di tempat di mana Tuhan Yesus berada, kita pun berada.

Kedua
Memberi jaminan bahwa rumah kita yang sesungguhnya bukanlah di dunia ini, melainkan di sorga bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Manusia sering tergoda untuk mengikat dirinya dengan begitu banyak hal di dunia ini. Tetapi Alkitab mengajarkan bahwa dunia ini bukan rumah kita yang sesungguhnya, rumah kita adalah bersama dengan Dia.

Jika kita tidak belajar untuk tinggal di dalam Dia selagi masi di dunia ini. Jangan-jangan itu adalah pertanda bahwa kita memang tidak akan tinggal di dalam Dia kelak dalam kehidupan yang selanjutnya.

Ketiga
Memberi kita tanggung jawab untuk bersaksi. Kenaikan Tuhan Yesus bukan untuk dihayati sebagai sesuatu yang wah.. keren ya bisa naik ke sorga, aku juga mau ahh. Betul kita memang akan naik juga ke tempat Tuhan Yesus. Tetapi Markus mejelaskan bahwa setelah Tuhan Yesus naik, maka para murid bukan duduk leha-leha sambil menunggu waktu mereka diangkat.

Sebaliknya, inilah saatnya mereka harus bekerja bagi Tuhan menjadi saksi bagi Tuhan ke seluruh dunia. Tuhan Yesus pernah hadir di dunia untuk menjadi saksi bagi Bapa-Nya. Kini setelah Tuhan Yesus naik, justru tanggungjawab itu diserahkan kepada kita untuk bersaksi bagi Dia selama kita masih hidup di dunia ini.

Inilah ke 3 arti penting dari kenaikan Tuhan Yesus ke sorga, kini pertanyaannya adalah:
- Apakah kita sudah menghayati panggilan untuk bersaksi ini?
- Apakah kita sudah setia dalam menjalani panggilan ini?

Kiranya peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke sorga ini memberi kita suatu:
Penghiburan bahwa Tuhan yang kita percayai adalah Tuhan yang sejati.
Pengharapan bahwa pada suatu saat kitapun akan diangkat ke tempat Tuhan kita berada
Kesadaran akan tanggungjawab kita di dunia ini. Tugas belum selesai, kita harus bersaksi bagi Tuhan.

Kiranya Tuhan Yesus senantiasa memberkati kita dengan penghiburan, pengharapan dan kesadaran akan tanggungjawab kita selama di dunia ini. Amin

Dengarkan versi Audio dari 3 arti penting kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga melalui:
Spotify: Klik disini
 
Atau
 
Anchor: Klik disini
 

Baca juga artikel lain:
Mengapa Tuhan Yesus harus datang sebagai Manusia ? Klik disini
Perenungan dari Yohanes 3:16. Klik disini