Saturday, March 4, 2023

Perbedaan antara perbuatan daging dan Buah Roh



Rasul Paulus membuat sebuah perbandingan antara perbuatan daging dan Buah Roh. Kedua hal ini merupakan hal yang dapat terlihat melalui perbuatan sehari-hari seorang manusia. [Baca juga: Apakah kebangkitan Yesus Kristus hanya bersifat subjektif semata-mata? Klik disini.]

Dalam keseharian, kita senantiasa berbuat sesuatu, kita bertindak ini dan itu, melakukan ini dan itu, beraktivitas ini dan itu, sangat banyak sekali macamnya. Yang menjadi pertanyaan disini adalah, apakah segala Tindakan dan perbuatan itu merupakan perbuatan yang bersifat daging, ataukah perbuatan itu merupakan buah dari Roh Kudus?

Agar pembacanya tidak keliru, Rasul Paulus membuat perbandingan yang konkret beserta contoh-contoh atau ciri-ciri dari masing-masing sumber perbuatan tersebut.

 

Perbuatan daging

Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. (Galatia 5:19-21)

Di dalam tulisan tersebut, Rasul Paulus telah menyebutkan belasan contoh dari apa yang dimaksud dengan perbuatan daging. Dan agaknya belasan contohnya inipun masih belum cukup mewakili keseluruhan perbuatan daging manusia sehingga Rasul Paulus menambahkan kata “dan sebagainya.”

Perbuatan daging, sebagaimana disebutkan dalam contoh tersebut, merupakan perbuatan yang digerakkan oleh sifat keberdosaan kita. Alkitab mengajarkan bahwa sebagai manusia, yaitu semua manusia tanpa terkecuali, telah dicemari oleh dosa. Semenjak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, kita semua pun turut mengambil bagian di dalam dosa tersebut. Akibatnya, segala perbuatan manusia itu, senantiasa dicemari atau digerakkan oleh sifat dosa. Perbuatan daging adalah produk natural yang dihasilkan oleh manusia yang telah jatuh ke dalam dosa.

Sifat dari perbuatan daging adalah fragmented, atau terpecah-pecah. Maksudnya, seseorang bisa saja tidak secara nyata terlibat dalam sihir, tetapi mungkin ia terlibat di dalam percabulan. Atau, seseorang bisa saja jarang menunjukkan amarah kepada orang lain, terlihat seperti orang yang sabar, tetapi mungkin saja diam-diam ternyata ia adalah orang yang suka dengki, mabuk dan penuh dengan hawa nafsu. Perbuatan yang satu bisa terpisah dari perbuatan yang lain.

Perbuatan daging bersifat plural (jamak). Ini sangat berbeda di dalam sifatnya apabila dibandingkan dengan Buah Roh yang bersifat singular.

 

Buah Roh

Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. (Galatia 5:22-23)

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, Buah Roh itu bersifat singular atau tunggal, sebagai kontras dari perbuatan daging yang bersifat plural. Artinya, seseorang tidak bisa mengatakan bahwa ia kurang di dalam cinta kasih, tetapi ia adalah orang yang penuh sukacita. Hal itu tidak mungkin terjadi, sebab Buah Roh itu merupakan hasil dari Roh yang satu, bukan roh yang terpecah-pecah. Ketika Roh Kudus bekerja di dalam diri seseorang, menumbuhkan cinta kasih kepada Tuhan dan kepada sesama, maka pada saat yang bersamaan orang itu juga memiliki sukacita, damai sejahtera, kesabaran dan seterusnya. Inilah yang dimaksud dengan singularity atau ke-satu-an dari pekerjaan Roh Kudus dalam diri manusia.

Berbeda dengan perbuatan daging yang merupakan produk atau hasil dari dalam diri manusia itu sendiri, Buah Roh adalah hasil perbuatan dan pekerjaan Roh Kudus di dalam diri orang percaya. Roh Kudus-lah yang menganugerahkan seseorang untuk memiliki kasih sehingga secara bersamaan orang itu juga memiliki kualitas lain dari Buah Roh.

Manusia tidak bisa memiliki Buah Roh dengan kekuatannya sendiri, hanya melalui pengenalan akan Allah Tritunggal dan melalui persekutuan dengan Kristus Yesus, manusia diberi kemampuan atau anugerah oleh Roh Kudus untuk menghasilkan buah spiritual di dalam kehidupannya.

Allah Tritunggal menginginkan kita sekalian yang percaya kepada-Nya untuk menghasilkan Buah Roh. Tanda bahwa seseorang sudah diselamatkan adalah hadirnya buah Roh di dalam kehidupan orang itu. Apabila kita sendiri belum merasa memiliki buah Roh di dalam kehidupan kita, maka kita dapat meminta kepada Allah Tritunggal, agar Roh Kudus bekerja di dalam dirinya menghasilkan buah spiritual tersebut.

Tidak semua orang Kristen otomatis tertarik akan hal ini, banyak yang mungkin hanya tertarik pada konsepnya, atau suka pada idenya, atau setuju pada pengajarannya. Akan tetapi tidak semua orang Kristen akan merasa cemas atau memikirkan dengan serius, memeriksa diri dengan sungguh-sungguh apakah buah Roh sebagaimana yang disebutkan dalam Galatia itu sudah hadir ataukah belum di dalam kehidupannya. Jika kita termasuk orang yang demikian, kita patut bersyukur, sebab kecemasan seperti itu adalah kecemasan yang sehat, yang akan membawa kita kepada pertumbuhan rohani yang benar.

Banyak orang merasa cemas karena kurang memiliki uang dan harta benda di dalam kehidupannya. Tidak sedikit manusia yang merasa terganggu ketika kurang mendapat pengakuan atau kurang memperoleh pujian dari sesama manusia. Tetapi sayangnya, mereka sama sekali tidak merasa cemas atau bahkan tidak peduli ketika tidak ada kehadiran Buah Roh di dalam hidupnya.

Sesungguhnya kondisi seperti itu merupakan hal yang berbahaya, sebab jika seseorang ada dalam kondisi yang seperti demikian, dan apabila kondisi tersebut berlangsung dalam kurun waktu yang lama, serta bersifat terus menerus, maka sangat mungkin orang itu sebetulnya belum lahir baru, meskipun secara kasat mata ia adalah orang Kristen.

Kiranya Tuhan Yesus menolong kita untuk mengalami persekutuan di dalam Dia sehingga dapat menghasilkan buah kerohanian yang melimpah. Amin.