Monday, January 15, 2024

Inkarnasi Tuhan Yesus dan nilai hidup kita sebagai manusia

Inkarnasi Yesus Kristus mengingatkan kita bahwa hidup seorang manusia sangat bernilai.

Ada cukup banyak keunikan yang terdapat di dalam Alkitab, yang mungkin tidak kita temukan di dalam ajaran lain. Beberapa di antaranya termasuk:

- bahwa Alkitab merupakan 100% suara Allah sekaligus 100% suara manusia.
- ajaran Tritunggal, Allah adalah 1 Substansi yang terdiri dari 3 Pribadi 
- Allah bersifat Immanent sekaligus Transenden.
- Roh Kudus adalah Allah yang berdiam di dalam diri manusia.
- Keselamatan adalah berdasarkan anugerah, bukan perbuatan baik manusia.
- Yesus Kristus adalah 100% Allah sekaligus 100% manusia.

Adapun pembahasan tentang Inkarnasi adalah termasuk di dalam kategori pembahasan tentang Tuhan Yesus yang adalah 100% Allah dan sekaligus 100% manusia tadi.

Kebaikan hati Tuhan Yesus yang sekalipun adalah Allah tetapi mau menjadi Manusia sama seperti kita, setidaknya mengingatkan kita akan satu hal, disamping hal-hal lainnya, yaitu bahwa manusia adalah makhluk yang berharga di mata Allah.

Di sisi lain, kita sendiri sebagai manusia seringkali gagal melihat betapa nilai kehidupan kita di dalam porsi yang sesuai. 

Ada orang yang sedemikian rendahnya menilai diri sendiri, sehingga ia membiarkan hidupnya hancur oleh obat-obatan terlarang, perbuatan-perbuatan jahat, kebiasaan-kebiasaan buruk dan lain sebagainya. Tanpa menyadari bahwa hidup ini berharga, sehingga seharusnya diisi dengan hal-hal yang berharga pula dan bukan disia-siakan begitu saja. Bahkan tidak sedikit pula orang yang melihat hidup dan dirinya sendiri sedemikian tidak berharga, sampai mereka akhirnya melakukan bunuh diri.

Betapa tragisnya, betapa ironisnya bahwa Allah sendiri mau menjadi sama seperti Manusia, sedangkan manusia sendiri tidak ingin hidup sebagai manusia?

Ada orang yang sedemikian tingginya menilai diri, sehingga ia mulai merasa menjadi allah bagi dirinya sendiri. Bahkan lebih celakanya lagi, ada orang-orang yang mencoba menjadi allah bagi sesamanya. Dan karena mereka menganggap diri sebagai allah, maka mereka dapat memutuskan siapa yang boleh hidup dan siapa yang harus mati, siapa yang dapat dijadikan rekan, dan siapa yang dapat dijadikan sebagai budak yang nilainya lebih rendah dari manusia lain.

Apakah nilai seorang manusia diukur berdasarkan berat badannya? Jika seperti ini, berarti apa bedanya manusia dengan hewan potong bukan?

Apakah nilai seorang manusia diukur berdasarkan tinggi badannya? Jika seperti ini, maka apa bedanya manusia dengan tumbuh-tumbuhan?

Apakah nilai seorang manusia diukur berdasarkan kegunaannya? Jika masih berguna, maka ia manusia yang berharga, tetapi jika sudah tidak berguna, maka ia adalah manusia yang tidak ada nilainya lagi?

Kebudayaan modern kita saat ini, mau tidak mau, entah disadari atau tidak, telah turut membentuk cara kita memandang nilai seorang manusia. Bagaimana bisa demikian? Kebudayaan modern adalah kebudayaan yang dibangun oleh adanya kebangkitan infustri. Dan ketika kita berbicara tentang industri, maka kita bicara tentang produk. Dan ketika kita bicara tentang produk, maka kita bicara tentang daya jual.

Dan ketika kita bicara tentang daya jual, maka kita bicara tentang: fungsi (ada gunanya atau tidak), bentuk (bagus atau jelek) dan keuntungan (bisa menghasilkan banyak atau sedikit). Tidak keliru berbicara tentang daya jual, sejauh yang dibicarakan adalah barang dagangan. Tetapi celakanya, tidak jarang cara pandang seperti ini juga ternyata telah mempengaruhi cara kita menilai seorang manusia.

Tidak heran apabila menurut cara pandang modern, manusia yang berharga adalah manusia yang ada gunanya bagi orang lain, yang cantik serta mampu menghasilkan keuntungan (biasanya berupa uang) yang sebesar-besarnya.

Inkarnasi Tuhan Yesus, Sang Logos yang memilih untuk turun ke dunia, menjadi sama dengan manusia, seharusnya kembali menegur kita yang sering lupa akan nilai kita sebagai manusia di hadapan Allah.

Kita tidak perlu memandang diri kita terlalu tinggi, karena kita bukan Allah. Tetapi kita juga jangan menilai hidup kita dan hidup sesama kita manusia sebagai sesuatu yang tidak bernilai.

Di dalam Kristus kita dengan rendah hati menerima kenyataan bahwa nilai diri kita adalah pemberian Dia dan kepada Dialah seluruh hidup kita harus dipersembahkan. Kiranya Tuhan Yesus menolong kita. Amin.