Saturday, October 22, 2022

Bagaimana Alkitab telah membawa perubahan bagi dunia

Serie tulisan: Bukti eksternal ke-Ilahi-an Alkitab


Jeffrey Dahmer nampak tidak jauh berbeda dengan orang lain pada umumnya, bahkan ia nampak begitu biasa. Namun jika kita mengetahui seluk beluk kehidupannya, mungkin sekali kita akan bergidik ngeri dibuatnya. Betapa tidak, ia didakwa bersalah atas 17 pembunuhan. Ketika FBI menggeledah apartemennya mereka menemukan 11 mayat yang sudah terpotong-potong. Dan dari penelitian forensik diketahui bahwa Dahmer suka memakan korban-korbannya itu. Di lemari esnya tersimpan koleksi jantung dan tengkorak beberapa korban. Padahal tidak ada sifat garang yang menonjol dalam keseharian hidup Dahmer, sehingga tidak ada yang curiga atau takut untuk bergaul dengan dia, malah ia cenderung luwes di dalam pergaulan. Kalau pun ia akhirnya tertangkap, itu dikarenakan salah seorang calon korbannya, yaitu seorang remaja laki-laki Asia, berhasil melarikan diri lewat jendela rumah Dahmer dalam keadaan telanjang, berdarah-darah dan hampir mati. Kita sulit membayangkan ada orang yang bisa lebih kejam dan “sakit” daripada pria yang satu ini. Ada yang mengatakan, di ruang pengadilan pun dia tampak sangat tenang. Wajahnya hampir tanpa ekspresi, beku dan kosong. [Baca juga: Mengapa kekristenan tidak mengakui Apocrypha sebagai Kitab Suci? Klik disini.]

Tetapi semua itu masih kalah menghebohkan daripada berita selanjutnya setelah ia dikurung dalam sel. Dahmer mengaku menyesal, amat menyesal bahkan. Ia akhirnya menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, dibaptis, sering membaca buku-buku Kristen dan setia beribadah di kapel penjara. Terus terang, kalau nabi Yunus[1] masih hidup, ia pasti geleng-geleng kepala melihat semua ini.

Alkitab tidak diragukan lagi menjadi sebuah buku yang mengubah dunia. Para pembunuh, pemerkosa, teroris, penjajah dan berbagai penjahat lain yang tidak terbilang banyaknya telah diubah hidupnya oleh Alkitab. Bahkan wajah dunia inipun akan jauh berbeda jika Alkitab tidak pernah dituliskan.

Meskipun demikian bukan semua orang senang pada pengaruh Alkitab. Friederich Nietzsche, filsuf ateis yang membenci kekristenan sangat berharap agar Alkitab tidak pernah ditulis. Ia begitu benci pada Yesus Kristus sehingga pernah berkata: “Yesus mati terlalu dini.” Nietzche percaya bahwa Yesus Kristus sendiri akan menarik kembali ajaran-ajaran-Nya jika saja Ia berhasil mencapai usia yang lebih matang.

Dengan berapi-api Nietzsche pernah berkata: “Saya mengutuk ajaran Kristen; saya membawa tuduhan yang paling menyakitkan dari semua tuduhan yang seorang penuduh bisa pernah simpan di mulutnya terhadap Gereja Kristen. Bagi saya, pencemaran terbesar yang pernah bisa dibayangkan adalah ajaran Kristen. Ajaran ini adalah pencemaran paling buruk yang pernah bisa ada, biang dari segala macam pencemaran. Tidak ada satu hal pun yang tidak disentuh Gereja dengan kebejatannya; segala macam nilai telah dijadikan tidak berharga, setiap kebenaran dijadikan kebohongan, dan setiap integritas dijadikan sifat jiwa yang rendah.”

Sekalipun ia hidup di abad 19, dapatkah anda merasakan api kebenciannya yang meluap-meluap? Orang yang merasa bahwa kekristenan adalah racun dunia ini ternyata dipandang hebat oleh orang sejenisnya yaitu Adolf Hitler. Mereka tidak hidup sejaman, namun Hitler mengadopsi pikiran-pikiran Nietzsche ini dan apakah hasilnya? Kurang lebih 16 juta orang mati dalam perang yang dikobarkannya.

Bulu kuduk saya meremang ketika menuliskan kata-kata di atas, karena pertama, saya tahu bahwa baik Nietzsche maupun Hitler sangat keliru dalam memandang kekristenan. Kedua, saya tahu bahwa Hitler bukan satu-satunya pemuja Nietzsche. Michael Faucault, filsuf muda eksentrik yang juga dikenal sebagai salah satu bapak postmodernisme (yaitu pandangan atau nilai-nilai yang mengemuka pada zaman di mana kita sekarang hidup), adalah penganut setia Nietzsche pula. Tidak heran jika di zaman ini, api permusuhan terhadap kekristenan mulai marak di mana-mana dalam bentuk yang lebih elegan, halus, intelek, lebih dapat diterima, lebih terbuka dan oleh karenanya, justru lebih berbahaya.

Jika Alkitab begitu istimewa dan menyandang predikat sebagai Firman Allah, benarkah Alkitab begitu berpengaruh? Yesus Kristus, kekasih jiwa kita, pernah berkata: “Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!" (Wahyu 21:5). Apakah yang telah dijadikan baru oleh Yesus? Saya kira tidak sepenuhnya tepat jika kita hanya memikirkan bahwa segala sesuatu yang baru itu hanya dapat kita lihat di sorga kelak. Memang di sorga kita akan melihat segala sesuatu dalam segala keindahannya, akan tetapi bukan berarti bahwa dampak Firman Tuhan hanya akan terlihat di sana. Di sini, di bumi yang telah lelah melihat dosa manusia namun yang masih bersedia memberi kita tempat untuk berpijak ini pun kita dapat melihat dampak perubahan dari Firman Tuhan, atau lebih spesifik lagi, ajaran-ajaran yang terdapat dalam Firman Tuhan.

D.James Kennedy, PhD., seorang pendeta senior di Coral Ridge Presbyterian Chuch Florida, pernah menuliskan beberapa dampak penting kekristenan bagi dunia, di antaranya:

  1. Dibangunnya rumah-rumah sakit untuk menolong mereka yang menderita.
  2. Dibangunnya universitas-universitas untuk memberantas kebodohan dan kemiskinan.
  3. Diberantasnya buta huruf dan dimulainya pendidikan massal.
  4. Munculnya kapitalisme dan perdagangan bebas.
  5. Muncul dan bangkitnya demokrasi
  6. Pemisahan kekuatan politik (legislatif, yudikatif dan eksekutif)
  7. Kebebasan sipil
  8. Penghapusan perbudakan
  9. Bangkitnya ilmu pengetahuan modern
  10. Penemuan dunia baru oleh Columbus.
  11. Peningkatan derajat kaum wanita dan anak-anak
  12. Kemurahan hati dan amal kebaikan (seperti yang ditunjukkan oleh etika orang Samaria yang baik hati)
  13. Tolok ukur keadilan yang lebih tinggi.
  14. Peningkatan derajat manusia. (Sebagai perbandingan dari sistim kasta misalnya)
  15. Pembudayaan banyak peradaban barbar dan primitif (penghapusan kanibalisme)
  16. Menyusun dan menuangkan ke dalam tulisan sebagian besar bahasa di dunia.
  17. Pengembangan seni musik dan seni lukis. (Ajaran Kristen telah menjadi inspirasi yang tidak habis-habisnya untuk keindahan karya seni yang agung)
  18. Tak terhitung banyaknya kehidupan yang telah diubah dari merugikan menjadi berkat bagi masyarakat karena injil.
  19. Keselamatan kekal bagi jiwa-jiwa yang tak terhitung banyaknya.

Sekarang ini, kita tahu bahwa gerakan-gerakan kemanusiaan, kemajuan teknologi, perkembangan seni dan lain sebagainya sudah diadopsi dan dicopycat oleh dunia, bahkan oleh orang-orang yang tidak mengenal ajaran Alkitab sekalipun. Akan tetapi sejarah tidak dapat ditulis ulang dan orang jaman sekarang tidak dapat menghindar dari kenyataan bahwa pada mulanya semua gerakan dan kemajuan tersebut dipelopori oleh orang-orang yang hati dan pikirannya telah diubahkan oleh Alkitab.

Alkitab adalah Firman Tuhan, darimana kita tahu? Dari dampaknya yang mengubah dunia menjadi lebih baik. Alkitab telah melahirkan banyak jiwa-jiwa yang sadar bahwa dirinya adalah orang berdosa yang tidak pantas di hadapan Tuhan, namun yang sangat bersyukur karena diselamatkan secara cuma-cuma oleh Allah. Alkitab telah melahirkan jiwa-jiwa yang mencintai Tuhan yang benar, ia mengubah banyak jiwa, termasuk anda dan saya.

Ajaran Alkitab tentang keselamatan yang amat bertolak belakang dengan semua ajaran lain di dunia, sungguh memberi dampak yang besar bagi umat manusia. Sementara ajaran lain di dunia mengajarkan bahwa kita harus berbuat baik agar dapat masuk ke sorga, Alkitab mengajarkan bahwa tidak ada apapun yang dapat menyelamatkan kita dari hukuman atas dosa kecuali oleh darah Yesus. Dampak dari perbedaan ajaran ini amat besar.

Jika kita berbuat baik agar diterima di sorga, maka mungkinkah kita dapat menemukan suatu kebaikan yang tulus? Semua kebaikan itu dilakukan semata-mata demi keuntungan pribadi orang yang berbuat baik, bukan? Dan dapatkah kita berharap bahwa sesuatu dapat berubah menjadi lebih baik jika di dalamnya tidak ada ketulusan? Mungkin dalam jangka pendek bisa dicapai hasil yang baik, namun dalam jangka panjang sifat busuk dari tiadanya ketulusan akan terkuak juga.

Bagaimana ada orang yang rela menjangkau suku kanibal, jika tidak ada ketulusan? Bagaimana ada demokrasi, persamaan hak antar umat manusia jika tidak ada ketulusan? Dunia tidak mungkin menjadi lebih baik, jika dunia belum pernah mendengar tentang orang Samaria yang baik hati itu. Dunia tidak mungkin lebih baik, jika Yesus tidak pernah lahir dan Alkitab tidak pernah ditulis.

Memang harus diakui, dalam keseharian masih banyak kita temui orang Kristen yang belum sungguh-sungguh menjadi pelaku Firman (sejujurnya, saya sendiri tidak berani menganggap diri sendiri telah menjadi pelaku Firman yang setia, demi banyaknya kekurangan dan kesalahan yang saya perbuat). Akan tetapi harus kita akui pula adanya fakta yang tak terbantahkan bahwa secara mendunia atau secara keseluruhan, Firman Tuhan telah membawa dampak yang baik bagi dunia ini. Adalah tanggung jawab kita masing-masing secara pribadi untuk berubah sesuai kehendak Tuhan dan melalui perubahan itu kiranya kita juga boleh menjadi alat-alat yang mengubah dunia.

Alkitab adalah Firman Tuhan, daya ubahnya terhadap dunia ini setidaknya menjadi satu bukti lagi bagi kita. Tuhan memberkati. (izar)


[1] Semasa hidupnya, Yunus juga harus melihat kasus pertobatan yang “tidak masuk akal” dari orang-orang Niniwe. Begitu jahatnya bangsa Niniwe sehingga Yunus segan sekali untuk memberitakan Firman Tuhan pada mereka. Membayangkan bahwa bangsa ini bertobat, betul-betul mengusik perasaan Yunus (dan mungkin juga kita?).