Monday, April 6, 2020

Apakah hatimu terasa kosong?

Oleh: Izar Tirta


 
Anthony Michael Bourdain adalah seorang chef celebrity Amerika yang sangat berpengaruh di seluruh dunia. Dan bukan itu saja, Bourdain juga dikenal sebagai seorang penulis dan bintang televisi. Ia menjadi bintang utama dalam sebuah acara travel documentation yang memfokuskan tema pembahasannya pada kebudayaan international, termasuk budaya kuliner dan kondisi masyarakat dari berbagai daerah di negara-negara yang ia kunjungi. Sebagai seorang yang punya passion di dalam dunia masak memasak, Bourdain telah menghabiskan hidupnya untuk mengerjakan apa yang paling ia gemari, memasak dan culinary travelling. Siapakah di dunia ini yang tidak ingin memiliki kehidupan seberuntung itu? Dalam kehidupan asmara, Bourdain tidak pernah kekurangan wanita yang (tentu saja) bersedia mendampinginya. Dalam urusan kesehatan fisik, selain pandai dalam memilih makanan sehat, Anthony Bourdain juga menyandang sabuk biru dalam seni bela diri Brazilian Jiu-Jitsu dan pernah berkencan dengan seorang atlit wanita dari cabang olah raga Mixed Martial Art.

Memiliki hobi, hidup dan bekerja dari hobi tersebut, mendapat banyak uang, memiliki teman hidup, fisik yang sehat, ketenaran tingkat dunia serta memiliki kebebasan finansial untuk bepergian kemana pun yang ia inginkan (dan mendapat bayaran pula dari acara jalan-jalan tersebut). Sungguh sebuah jenis kehidupan yang bagi banyak orang bahkan tidak berani untuk sekedar memimpikannya sekalipun.

Pada tanggal 8 Juni 2018, Bourdain ditemukan tewas gantung diri di sebuah kamar hotel di Paris, me-ninggalkan sebuah lubang menganga di dalam jiwa dan hati para penggemarnya serta sebuah tanda tanya besar di dalam benak setiap orang. Apa yang yang telah terjadi?

[Baca juga: Mengapa Tuhan Yesus harus datang sebagai manusia? Klik disini]
 
Di belahan dunia yang lain, ada seorang pelajar berbakat bernama Lin Jiawen. Walaupun baru berusia 18 tahun, namun ia telah menulis dua buah buku tentang sejarah Cina yang mendapat sambutan luar biasa di negaranya. Media sosial dan masyarakat lokal memberi predikat kepada Lin Jiawen muda sebagai salah seorang historiographical genius yang dimiliki oleh bangsa Cina.

Dengan usia muda dan pikirannya yang genius itu, Lin Jiawen memiliki modal yang besar untuk membuat banyak pilihan di dalam hidupnya. Ia bisa memilih untuk menjadi ilmuwan sejarah, ia bisa memilih untuk menjadi seorang public speaker atau negarawan atau apa pun yang dapat menjadi berkat bagi banyak orang. Namun pada tanggal 23 Februari 2016, Lin memilih untuk melompat dari apartemennya dan menghembuskan nafas terakhir di atas pelataran beton tempat tubuh malangnya itu mendarat. Seorang guru sekolah yang menerima e-mail terakhir dari Lin, mendapati pemuda itu menulis: It's boring.. … I don't belong on this planet, and I can't even find the ground to stand on in real life."

Tidak boleh ada ruang bagi kita, sebetulnya, untuk bersikap judgemental terhadap orang-orang seperti Bourdain dan Jiawen yang mati secara tragis seperti itu. Sebab kita tidak berada di dalam posisi mereka, sehingga kita tidak dapat memahami secara persis kepedihan apa yang sedang mereka rasakan sampai memilih untuk mengakhiri hidup dengan cara demikian. Tetapi kisah tragis mereka ini, mau tidak mau telah menyuarakan bagi kita sebuah ironi besar tentang suatu kekosongan yang tidak terperikan di balik segala kelimpahan, baik dari segi materi maupun prestasi, yang mereka miliki.

[Baca juga: Resep hidup berkelimpahan di dalam Tuhan. Klik disini]
 
Di Switzerland, tepatnya di Geneva ada sebuah patung dari bahan perunggu yang dibuat pada tahun 2012 oleh pematung asal Rumania bernama Albert György. Patung ini diberi nama “Melancholy” oleh sang pembuatnya. Sosok patung tersebut, menggambarkan seseorang yang sedang duduk di atas sebuah kursi di dalam sebuah taman yang indah tidak jauh dari sebuah danau. Meskipun alam sekitarnya begitu indah, sosok tersebut tertunduk sangat lesu, sambil melihat ke kedalaman hatinya yang sangat kosong. Mungkinkah kekosongan semacam itu yang sedang dirasakan oleh Bourdain dan Jiawen? Dan mungkinkah kekosongan semacam itu juga yang sedang menghantui kita sekarang ini?

Seseorang boleh saja berada di dalam situasi yang begitu indah, tetapi ketika hatinya kosong, maka apakah segala keindahan itu akan ada artinya? Seseorang bisa saja memiliki banyak harta dan prestasi, tetapi jika hatinya kosong, maka apakah arti dari semua yang dimilikinya?

Hanya Tuhan saja yang sanggup mengisi kekosongan hati kita, sebab hanya Tuhan saja yang sungguh-sungguh mengasihi kita. Tuhan Yesus pernah berkata: Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (Mat 11:28).

Datanglah kepada Yesus Kristus. Ia telah mati untuk menebus dosa kita, dan Ia telah bangkit untuk memberi kita hidup yang kekal. Dia pasti peduli dengan kepedihan dan kekosongan di dalam hati kita.


Beberapa pertanyaan reflektif:
Mengapa hati kita terasa kosong?
Mengapa kita tidak boleh bunuh diri?
Mengapa tokoh-tokoh besar pun dapat bunuh diri?
Mengapa Antony Bourdain melakukan bunuh diri di tengah kesuksesannya?
Mengapa Lin Jia Wen juga bunuh diri di tengah kesuksesannya?
Bagaimana mengatasi hati dan perasaan yang kosong? Klik disini

Baca juga:

Doa permohonan di kala sakit dan menderita. Klik disini
Apa artinya beriman pada Yesus Kristus? Klik disini
Mengapa Bapa yang baik mengizinkan penderitaan? Klik disini