Monday, April 27, 2020

Eksposisi Kejadian 4:16: Mengapa manusia haus akan harta dunia dan pengakuan dari orang lain?




Some guys have all the luck… some guys have all the pain… begitulah sepenggal lirik lagu yang pernah dinyanyikan oleh Rod Stewart, penyanyi dan songwriter dari Inggris.
 
Ungkapan Stewart tersebut mau tidak mau mengingatkan saya akan nasib ke dua anak Adam dan Hawa. Kain, namanya mengandung arti “mendapatkan.” Sedangkan Habel berarti “kesia-siaan.” Yang satu memperoleh, yang satu kehilangan. Sungguh bagaikan sebuah ironi, bukan?
 
Semenjak jatuh ke dalam dosa, jiwa manusia mengalami kekosongan yang amat mendalam, sehingga manusia begitu haus untuk mengisi kekosongan itu dengan apapun yang bisa mereka dapatkan.
 
Itu sebabnya kita, sebagai keturunan dari manusia yang berdosa, sangat mengagungkan budaya mendapatkan ini, jauh melebihi budaya memberi atau membagi-bagikan. Orang yang mendapat banyak adalah orang yang beruntung dan mengagumkan sekali di mata dunia. Orang yang tidak punya apa-apa, yang rela kehilangan segala sesuatu hingga nyawa pun harus diberikan kepada orang lain, adalah orang yang hidupnya sangat sia-sia. Keberhasilan seseorang di dunia ini selalu diukur dari berapa banyak yang telah ia dapatkan selama hidupnya.
 
“He who dies with the most toys wins,” demikian perkataan Malcom Stevenson Forbes yang sangat terkenal itu. Dan Forbes membuktikan ucapannya dengan senantiasa mempromosikan gaya hidup yang sangat glamour, sarat dengan pesta, traveling dan bahkan akhirnya berkesempatan untuk menutup usia dengan status sebagai orang yang masih sangat kaya. Forbes bukan cuma pandai membuat ungkapan yang keren, tetapi ia juga berhasil menghidupi ungkapan keren-nya itu dalam kegiatan sehari-hari.
 
Bukan itu saja, majalah Forbes yang dimilikinya, senantiasa menampilkan daftar orang-orang paling kaya di dunia dengan sederetan angka-angka yang mencerminkan berapa banyak yang telah didapatkan oleh orang-orang beruntung itu dalam kehidupan mereka.
 
“Mendapatkan.” Siapakah yang tidak ingin mendapatkan sesuatu untuk dimiliki? Kehausan kita untuk mendapatkan atau memperoleh segala sesuatu itu nyaris sulit ditemukan batasannya, karena sangat banyak sekali. Mulai dari uang, rumah, mobil, emas, gadget paling mutakhir, hingga hasrat untuk mendapat pujian, disanjung keluarga, menjadi anak kebanggaan orang tua, mendapat kebahagiaan, kemudahan, nama baik, kesehatan, umur panjang dan bahkan mendapatkan penerimaan dari Tuhan. Siapa yang tidak ingin mendapatkan semua hal tersebut di dalam hidupnya?
 
Bukan suatu kebetulan jika hasrat kita yang tidak ada habis-habisnya untuk mendapatkan segala sesuatu itu, memiliki arti yang sama dengan nama Kain. Bahkan setelah membunuh adiknya, Kain mendapatkan kesempatan untuk tetap hidup (setidaknya hidup menurut definisi kita orang modern, bukan hidup menurut definisi Alkitab), sempat memiliki banyak keturunan, membangun kota besar dan memiliki kekayaan. Nyaris tidak ada berita kesialan yang menghampiri hidupnya.
 
Dalam konteks bahasa modern, Kain adalah lambang kesuksesan hidup, Forbes tentu bangga terhadap orang yang satu ini.
 
Saya yakin, jika saja Kain tidak keburu diberi label sebagai “penjahat” oleh Guru Sekolah Minggu atau pemimpin rohani kita, maka kita pun diam-diam akan memimpikan kehidupan seperti yang dimiliki Kain, bukan? Siapa sih yang tidak ingin menghajar orang yang membuat kita merasa kesal? Siapa sih yang tidak ingin tetap hidup bebas, bahkan setelah membunuh orang sekalipun? Siapa sih yang tidak ingin punya banyak keturunan? Siapa sih yang tidak kepingin kaya? Kain punya semua itu, bukan saja ia memiliki banyak keturunan, Alkitab bahkan melukiskan keturunan Kain sebagai orang-orang yang sukses, yaitu sekumpulan orang-orang yang sudah pasti akan turut menghiasi halaman-halaman majalah Forbes yang terkenal itu.
 
Berikut ini kita akan sama-sama melihat beberapa keberhasilan Kain, ditinjau dari kacamata manusia modern (yang telah jatuh ke dalam dosa):

Kain tidak dibunuh, bahkan setelah ia membunuh
Di mata Kain, Habel benar-benar adik yang menyebalkan. Ia mempermalukan Kain di hadapan Tuhan. Ia membuat ibadah Kain yang sekedar ritual tanpa hati yang percaya kepada Tuhan itu menjadi kelihatan buruk dan kurang religius. Jika Habel tidak ada, maka siapakah yang tahu bahwa Kain sebetulnya tidak percaya kepada Tuhan? Dari tampak luar, Kain adalah orang yang religius, ia suka beribadah, suka memberi persembahan, sungguh-sungguh kelihatan saleh, benar-benar seorang yang beragama.

Tetapi Habel membuat segalanya jadi berbeda. Melalui Habel orang jadi sadar dan bisa membuat perbandingan bahwa beribadah bukan pertama-tama berbicara tentang tampilan luar kehidupan seseorang. Beribadah terutama adalah tentang sikap hati yang percaya kepada Tuhan. Penulis kitab Ibrani melukiskan hal itu dengan cara demikian: Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu … (Ibrani 11:4)

Habel beriman kepada Tuhan di dalam hatinya sedemikian rupa sehingga ia memberi persembahan yang terbaik untuk Tuhan. Ada kasih di dalam hati Habel untuk Tuhan yang ia sembah.

Dalamnya laut dapat diduga, tetapi apa yang ada di dalam hati, siapakah yang bisa mengetahuinya? Demikian ungkapan populer yang kerap kita dengar. Manusia memang tidak mungkin bisa mengetahui kedalaman hati manusia, tetapi Tuhan bisa. Dan justru apa yang terjadi di dalam hati inilah yang menarik perhatian Tuhan. Tuhan tidak tertarik pada ibadah yang hanya terlihat di dalam tampilan luar. Tuhan melihat jauh menembusi apa yang kelihatan, menuju apa yang tidak kelihatan, yaitu sikap hati.

Karena ada yang bagus, maka yang jelek jadi kelihatan. Inilah yang terjadi di antara Kain dan Habel. Karena ada Habel yang hatinya sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, maka kemunafikan Kain jadi terlihat jelas.

Setelah Kain membunuh Habel, Tuhan memang datang kepadanya. Tetapi berbeda dengan harapan kita bahwa Tuhan akan menghajar dia dengan pukulan keras yang mematikan. Tuhan justru seolah-olah membiarkan dia. Kain hanya diusir dari hadapan Tuhan. Hanya diusir….

Setelah berdosa besar, tapi (seakan-akan) lolos dari hukuman maut, siapa yang gak seneng mengalami hal ini? Dalam kehidupan kita, ada banyak berita yang kita baca atau dengar atau bahkan kita lihat dengan mata kepala sendiri, tentang orang-orang yang melakukan kejahatan seperti korupsi, pembunuhan, penipuan, percabulan, ketamakan, penindasan terhadap orang yang lebih lemah, penyalahgunaan wewenang serta jabatan dan lain sebagainya, namun yang tetap saja dapat lolos dari penghukuman atau penghakiman di dunia ini.

Di dalam kejahatannya, mereka lolos karena hukum dunia tidak berhasil menangkap mereka. Orang-orang yang seharusnya berperan sebagai hakim yang menjunjung tinggi keadilan tidak mampu atau tidak mau membawa para penjahat itu menerima hukuman yang setimpal atas kejahatan mereka.

Ada beberapa faktor yang biasanya membuat keadilan semacam itu gagal ditegakkan. Faktor-faktor itu bisa disebabkan karena hakimnya telah disuap atau karena bukti-buktinya tidak cukup (atau sengaja dibuat tidak cukup, atau karena sengaja dihilangkan) atau bisa juga karena orang yang berbuat jahat itu dipandang masih bisa berguna untuk menjalankan kepentingan tertentu bagi kelompok tertentu dalam masyarakat.

Singkatnya, selalu ada kemungkinan di dalam dunia yang berdosa ini bagi orang-orang yang berbuat jahat lolos dari hukuman. Dan bagi orang tersebut, kondisi ini jelas merupakan suatu keberuntungan. Kain adalah sosok mula-mula dari keberuntungan tersebut. (Sekali lagi harus saya tegaskan bahwa keberuntungan di sini adalah dilihat dari kacamata orang berdosa, bukan dari sudut pandang Alkitab).

UNTUK DIRENUNGKAN
Secara kasat mata, secara sudut pandang dunia, Kain adalah sosok yang beruntung. Tetapi di balik keberuntungan itu, Kain sudah tidak mempunyai kesempatan untuk kembali kepada Tuhan. Mana yang lebih menarik hati kita, nasib baik seperti Kain? Atau kesempatan untuk kembali kepada Tuhan, walau konsekuensinya pahit?


Untuk membaca uraian tentang Kisah Kain dan Habel dari Kitab Kejadian Pasal 4 lainnya silahkan
lihat di website kami disini

Tuhan memberkati.