Monday, May 25, 2020

Perkataan Yang Tak Pernah Meleset

Bukti-bukti Eksternal Ke-Ilahi-an Alkitab
Serie tulisan: Bukti Alkitab adalah Firman Tuhan

Oleh: Izar Tirta




Dalam tulisan-tulisan sebelumnya, kita sudah membahas dua point dari bukti eksternal ke-Ilahi-an Alkitab yaitu pertama tentang proses penulisannya yang ajaib dan kedua adalah tentang keakuratan Alkitab sebagai catatan sejarah. Point yang kedua memang tidak punya peranan langsung terhadap pembuktian tersebut, sebagaimana yang telah disebutkan dalam tulisan terdahulu: “Adalah di luar bidang arkeologi untuk membuktikan bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan,” namun bukan berarti sumbangsih arkeologi sama sekali tidak penting bagi ditariknya suatu kesimpulan bahwa apa yang dikatakan oleh Alkitab adalah kebenaran.

Pada tulisan ini, kita akan melihat bukti  atau petunjuk lain yang semakin menguatkan keyakinan kita bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan, yaitu dalam hal ini adalah mengenai tidak pernah melesetnya kata-kata nubuatan yang ada di dalam Alkitab.

Adapun alasan mengapa saya mengkategorikan point ini ke dalam bukti eksternal adalah karena bukti yang dibicarakan dalam tulisan ini berkenaan dengan segala sesuatu yang tidak tercatat secara eksplisit di dalam Alkitab namun telah ditemukan oleh arkeologi atau oleh ilmu pengetahuan sejarah, atau pun yang menjadi nyata dengan sendirinya dengan berjalannya waktu.

Apa yang dimaksud dengan Nubuat?

Saya telah membuat sebuah tulisan yang membahas tentang nubuat. Di mana dalam tulisan tersebut saya membahas beberapa pertanyaan, seperti:
Apa itu nubuat?
Apa pengertian nubuat di dalam Perjanjian Lama?
Apa pengertian nubuat di dalam Perjanjian Baru?
Apakah hingga saat ini kita masih membutuhkan nubuat yang baru?
Apakah nubuat dan pengajaran itu sama?
Jika tidak sama, maka dimanakah letak perbedaan antara nubuat dan pengajaran?
Dan jika nubuat itu berbeda dengan pengajaran, maka yang manakah yang lebih dipentingkan oleh para rasul dan oleh Tuhan Yesus sendiri?

Untuk membaca pembahasan tentang nubuat tersebut, silahkan click di sini

Bagaimana nubuat di dalam Alkitab
dapat membuktikan atau mendukung fakta ke-Ilahi-an Alkitab?

Salah satu pengertian[1] dari nubuat adalah pesan yang diberikan oleh Allah kepada seorang nabi tentang suatu peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang.

Apabila Alkitab adalah Firman Allah, maka sepatutnya Alkitab tidak akan meleset dalam menyampaikan berita tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Oleh karena itu, melalui tulisan ini kita akan melihat apakah ada suatu bukti bahwa apa yang dikatakan oleh Alkitab ternyata sungguh-sungguh terjadi di masa setelah Alkitab itu selesai ditulis?

Dari Alkitab kita tahu bahwa Allah ternyata memang menggunakan nubuat sebagai salah satu bukti kuat bagi manusia untuk memperlihatkan keaslian karya-Nya. Artinya, serangkaian nubuat yang terdapat di dalam Alkitab sengaja ditaruh oleh Allah untuk membuktikan bahwa pernyataan-pernyataan dalam Alkitab memang berasal dari Dia.

Dalam kitab Ulangan ada tertulis pula:

“Jika sekiranya kamu berkata dalam hatimu: Bagaimanakah kami mengetahui perkataan yang tidak difirmankan TUHAN? Apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu telah mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya." (Ulangan 18:21-22)

Di dalam ayat itu pembuktian yang dilakukan bersifat terbalik, yaitu perkataan manakah yang tidak di-Firman-kan oleh Tuhan? Jawabnya adalah, perkataan yang tidak terjadi dan tidak sampai.

Kita dapat membalik logika kalimat ini menjadi demikian: Perkataan manakah yang di-Firman-kan Tuhan? Perkataan yang di-Firman-kan Tuhan adalah perkataan yang terjadi dan sampai. Jelas dan sederhana bukan? Sekarang mari kita lihat dua contoh dari perkataan Tuhan yang tidak meleset sampai sedetil-detilnya.

Contoh pertama: kehancuran Babel

Pada tahun 740 SM Yesaya  menubuatkan Babel akan jatuh, demikian bunyinya:

“Dan Babel, yang permai di antara kerajaan-kerajaan, perhiasan orang Kasdim yang megah, akan sama seperti Sodom dan Gomora pada waktu Allah menunggangbalikkannya: tidak ada penduduk untuk seterusnya, dan tidak ada penghuni turun-temurun; orang Arab tidak akan berkemah di sana, dan gembala-gembala tidak akan membiarkan hewannya berbaring di sana; tetapi yang akan berbaring di sana ialah binatang gurun, dan rumah-rumah mereka akan penuh dengan burung hantu; burung-burung unta akan diam di sana, dan jin-jin akan melompat-lompat; ..” (Yesaya 13:19-21)

Lalu pada tahun 627 SM Yeremia juga mengatakan hal tesebut (lihat Yer 50:3,39-40). Dan ternyata pada tahun 539 SM Babel benar-benar jatuh di tangan bangsa Media-Persia pimpinan Koresy. Lalu pada abad ke 20 ada seorang misionaris Amerika yang melayani di Istambul bernama Dr Cyrus Hamlin yang juga melaporkan tentang apa yang terjadi pada daerah yang dulu dikenal sebagai tempat berdirinya kerajaan Babel:

“Reruntuhan kota Babel menimbulkan reaksi kimia pada tanahnya dan tanah yang tadinya subur berubah menjadi tanah gersang, tepat seperti yang tertulis dalam Yesaya 13. Pada abad pertama Masehi, Babel menjadi reruntuhan berbau busuk yang hanya dihuni oleh binatang buas. Pada abad 12 puing istana kota yang terdahulu, sudah tidak mungkin lagi didekati karena banyaknya ular dan kalajengking berbisa di daerah itu. Suatu hari saya menggaji seorang syekh beserta kelompoknya untuk menemani saya berburu selama seminggu di daerah Babel. Menjelang matahari terbenam orang-orang Arab itu mulai menggulung tenda-tenda mereka dan bersiap-siap untuk meninggalkan tempat tersebut. Saya segera menjumpai syekh itu untuk mengajukan protes, namun semua kata-kata saya tidak membawa hasil apa-apa. Tidak aman katanya. Tidak ada manusia yang berani tinggal di sini sesudah matahari terbenam. Jin-jin dan setan-setan bermunculan dari lobang-lobang dan gua-gua setelah hari gelap, dan siapa saja yang tertangkap oleh mereka, akan menjadi satu dengan mereka. Tidak ada orang Arab yang pernah melihat matahari tenggelam di Babel.”[2]

Menakutkan bukan? Jin yang melompat-lompat memang menakutkan, tetapi yang lebih menakutkan lagi adalah kuasa Firman Tuhan di dalam Alkitab yang begitu tepat dan tidak pernah meleset. Mungkin kita pernah mendengar bahwa Saddam Hussein pun pernah berencana membangun kembali sisa-sisa peradaban Babel serta mengembalikan kejayaannya ketika ia masih memerintah? Namun apa yang terjadi? Di manakah Saddam Hussein sekarang? Bukan saja Babel gagal berdiri kembali, tapi justru kerajaan Saddam yang ikut hancur.



Contoh ke dua: kehancuran Tirus

Pada abad 6 SM, Tuhan pernah berjanji untuk menghancurkan Tirus, kota sombong yang penuh dosa itu seperti yang tertulis dalam Yehezkiel 26:4,5,12-14.

Mereka akan memusnahkan tembok-tembok Tirus dan meruntuhkan menara-menaranya, debu tanahnya akan Kubuang sampai bersih dari padanya dan akan Kujadikan dia gunung batu yang gundul. Ia akan menjadi penjemuran pukat di tengah lautan, sebab Aku yang mengatakannya, demikianlah firman Tuhan ALLAH; ia akan menjadi jarahan bagi bangsa-bangsa. (Yehezkiel 26:4 dan 5)

Mereka akan merampas kekayaanmu dan menjarah barang-barang perniagaanmu; mereka akan meruntuhkan tembok-tembokmu dan merobohkan rumah-rumahmu yang indah; batumu, kayumu dan tanahmu akan dibuang ke dalam air. Aku akan mengakhiri keramaian nyanyianmu dan suara kecapimu tidak akan kedengaran lagi. Aku akan menjadikan engkau gunung batu yang gundul dan dengan demikian engkau akan menjadi penjemuran pukat, sehingga engkau tidak akan dibangun kembali, sebab Aku, Tuhanlah yang mengatakannya, demikianlah firman Tuhan ALLAH. (Yehezkiel 26:12-14)

Tirus akan dihancurkan oleh Babel, warganya dibunuhi, kotanya diratakan dan dibuang ke laut. Apakah semuanya terjadi persis seperti itu?

Catatan sejarah mengatakan bahwa beberapa tahun setelah nubuat itu diberikan, Nebukadnezar membawa pasukannya ke Tirus untuk mengepung kota itu. Tiga belas tahun lamanya kota itu bertahan sebelum akhirnya hancur dilanda badai pasukan Nebukadnezar yang kemudian membunuhi siapapun yang ada di dalam kota. Meskipun demikian tidak semua warga Tirus tewas, sebagian lolos melarikan diri dan akhirnya berhasil mencapai sebuah pulau kira-kira setengah mil dari garis pantai kota lama (Tirus adalah kota di pinggir pantai). Dan di pulau itu mereka perlahan-lahan membangun komunitas dan kota dengan benteng yang baru sehingga untuk sementara mereka aman. Namun dalam nubuat itu dikatakan bahwa Tirus akan diratakan, penduduknya dihabisi dan kotanya di buang ke laut? Apakah ini berarti nubuat Tuhan telah gagal? Tunggu dulu, cerita belum berakhir disini.

Pada abad 4 SM muncullah seorang penguasa yang sangat besar kuasanya, yaitu Alexander Agung. Dalam ekspansi besar-besarannya, sampailah ia di Tirus. Ia mengirim utusan ke seberang pulau dan meminta kota Tirus baru untuk menyerah. Penduduk Tirus, sadar dengan posisi baru mereka yang sulit ditaklukkan, hanya tertawa mendengar ancaman tersebut. Tetapi Alexander Agung memerintahkan Diades, insinyur kepercayaannya, untuk membangun jalan pintas di tengah lautan untuk sampai ke pulau tempat Tirus baru berdiri. Darimana Diades menemukan segala material untuk membangun jalan itu? Tembok Tirus lama yang masih berdiri dirontokkan, batu-batu dan kayu yang ada dicampakkan ke laut untuk membuat jalan bagi pasukan Alexander.

Lihatlah, Tirus lama akhirnya dicampakkan ke laut, persis seperti yang dikatakan Tuhan. Alexander sama sekali tidak menyadari bahwa pada saat itu ia menjadi alat Tuhan untuk menggenapi nubuatan yang diberikan pada Yehezkiel kira-kira 2 abad sebelumnya. Bagaimana dengan Tirus baru? Jika ia masih berdiri, maka tentu nubuat Tuhan belum terpenuhi, apalagi jika dalam nubuat itu disebut secara spesifik bahwa kota Tirus akan menjadi batu karang tempat nelayan menjemur pukat.



Setelah jalan lintas lautan rampung, Alexander segera menghabisi seluruh penduduk Tirus dan meratakan kota baru itu. Lalu di abad 20 M, seorang misionaris Amerika melaporkan perjalanannya ke daerah di mana Tirus baru dulu berdiri, dan dari foto-foto perjalanan ia memperhatikan bahwa di pulau itu, tempat di mana Tirus baru pernah berdiri dengan perasaan aman, terlihat banyak nelayan menjemur pukat di atas karang. Menakutkan sekali bukan? Setiap detil perkataan Tuhan terlaksana tanpa seorang pun mampu menahannya.

Orang percaya maupun tidak percaya telah dijadikan Tuhan sebagai alat untuk melaksanakan apa yang Ia katakan. Dari sini lagi-lagi kita belajar untuk tidak sombong dan merasa puas diri dengan pelayananan kita. Jika dalam tulisan terdahulu kita belajar bahwa Tuhan dapat memakai batu-batu (benda mati) untuk meneriakkan kemuliaan nama-Nya. Maka dalam tulisan ini kita melihat bahwa orang tidak percaya pun bisa dipakai Tuhan untuk melaksanakan rencana-Nya. Tidak ada pekerjaan yang terlalu sulit bagi Tuhan. Oleh karena itu, jika hari ini Ia mempercayakan suatu pelayanan pada kita, maka itu semata-mata adalah anugerah.

Kita masih bisa berbicara banyak sekali tentang bukti-bukti semacam yang disebutkan di atas, tetapi semoga dua contoh kecil ini saja sudah cukup membuat kita bersyukur atas keberadaan Alkitab yang adalah Firman Tuhan. Apa yang di-Firman-kan oleh Tuhan pasti terlaksana, sebab Firman Tuhan adalah kebenaran.

Zaman ini banyak kaum peragu yang berani menghina Alkitab secara terbuka. Zaman ini orang-orang merasa punya hak untuk memilih percaya atau tidak percaya pada Alkitab. Namun semoga setelah mempelajari tulisan ini, dari hati kita tumbuhlah suatu keyakinan, kecintaan dan kegentaran terhadap Alkitab. Melalui nubuat yang terlaksana secara akurat, terbuktilah bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan.

Professor Kraemer, seorang ahli dalam Islamologi, mengatakan bahwa tidak ada kitab suci dari agama apapun yang berisi nubuat yang terperinci seperti Alkitab (tidak ada satu pun!), apalagi kitab dengan banyak nubuat yang terlaksana secara akurat. Terus terang, cuma Alkitab yang bisa seperti ini.

Alkitab adalah Firman Tuhan. Celakalah orang yang menghina Alkitab dan menganggapnya hanya buku kuno biasa. Jika Babel dikutuk begitu rupa oleh Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan orang-orang berdosa yang begitu sombong menghina Yesus dengan cerita bohong tentang Dia?

Semua kisah tentang Yesus yang tidak sesuai dengan Alkitab, pastilah merupakan kebohongan yang berasal dari si iblis. Jika Tirus dikutuk begitu rupa, bagaimanakah nasib orang-orang tidak percaya yang merasa puas dengan dirinya sendiri? Mereka berpikir kebaikan hidup mereka cukup untuk diterima oleh Tuhan, sehingga mereka merasa tidak membutuhkan Juruselamat. Apakah kiranya yang akan terjadi dengan mereka-mereka itu? Dan apakah pula yang terjadi dengan kita yang sekalipun mengerti dan percaya, namun tidak berusaha menghidupinya??

Jika perkataan dalam Alkitab tidak pernah meleset, dapat dibuktikan oleh penemuan arkeologi dan sejarah, serta memiliki proses penulisan yang melampaui akal manusia, maka marilah dengan rendah hati kita terima ajaran Alkitab, karena Alkitab adalah Firman Tuhan. Marilah dengan kesungguhan hati kita berusaha melakukan ajaran-ajaran tersebut dalam hidup kita serta berupaya mengajarkannya pula pada orang lain yang mau membuka hati bagi Tuhan.

Kita berharap untuk bukan saja mengetahui segala sesuatu yang tertulis dalam artikel ini, namun kita berharap agar pada suatu saat kita dapat pula mengajarkan kebenaran ini pada orang lain. Sebab kita semua sepatutnya “dilengkapi untuk memperlengkapi” orang lain. Sehingga dengan demikian, ajaran Firman Tuhan akan tersebar luas, keyakinan orang Kristen dapat dikokohkan dan semoga hidup mereka pun pada akhirnya boleh diubahkan sesuai dengan pengertian yang diterima dari Alkitab.

Mari kita isi setiap hati yang percaya dengan pengetahuan kebenaran sehingga dari sana boleh tumbuh pula perbuatan-perbuatan kebenaran. Dan mari kita sebarluaskan ajaran kebenaran sehingga semakin banyak orang yang memuji serta mempermuliakan Tuhan.

Kiranya Tuhan memberkati kita dengan pengenalan akan Dia. Amin.



[1] Bukan satu-satunya.
[2] Jonathan Gray, The Forbidden Secret, 126