Monday, December 13, 2021

Kesaksian Sejarah Sekuler tentang Yesus Kristus


 

Apakah keberadaan Yesus Kristus hanya tercatat di dalam Alkitab saja?
Ataukah sejarah dunia pun sempat mencatat tentang keberadaan Dia?

Secara logika sederhana, apabila Yesus Kristus adalah seorang tokoh yang penting di dalam kehidupan manusia, bukankah cukup wajar jika keberadaannya tidak luput dari perhatian sejarah dunia yang tidak terkait dengan Alkitab?

Dalam tulisan sebelumnya saya sudah memaparkan bahwa tulisan Lukas merupakan karya yang dapat diyakini kebenarannya. [Klik di sini.] Ujian terhadap waktu, ujian dari para saksi mata serta otoritas yang diberikan oleh rasul Kristus adalah dasar-dasar yang kokoh bagi iman kita terhadap apa yang tertulis di dalam injil tersebut. [Klik di sini.]

Meskipun demikian, ada kelompok orang yang masih merasa perlu melihat kesesuaian catatan Lukas (dan penulis injil lain) dengan catatan sejarah. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya mencoba memaparkan bagaimana sejarawan sekuler mencatat peristiwa tentang Yesus Kristus tersebut.

Sebagai orang percaya, iman kita tidak bergantung pada kesaksian para sejarahwan sekuler ini. Iman kita adalah anugerah dari Allah melalui Firman-Nya yang tertulis, yaitu Alkitab. Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri pula bahwa kebesaran nama Yesus Kristus bukan saja diteliti dan dibukukan oleh orang-orang yang percaya kepada-Nya. Orang-orang yang tidak percaya kepada-Nya pun membuat catatan tentang Yesus Kristus. [Baca  juga; Yesus Kristus senantiasa ingin hadir bagi kamu. Klik disini.]

Berikut ini adalah beberapa sejarawan sekuler yang turut mencatat keberadaan Yesus Kristus dan tokoh-tokoh lain di dalam Alkitab, yaitu:

 

Tacitus

Tacitus adalah seorang sejarawan yang bekerja pada saat kekaisaran Romawi sedang dipimpin oleh Kaisar yang terkenal sangat kejam yaitu Nero. Dalam tulisannya Tacitus mengatakan: Nero fastened the guilt ... on a class hated for their abominations, called Christians by the populace. Christus, from whom the name had its origin, suffered the extreme penalty during the reign of Tiberius at the hands of ... Pontius Pilatus, [Tacitus, Annales 15.44, dikutip dari Lee Stroble, The Case for Christ (Grand Rapids Michigan: Zondervan Publishing House, 1998), 74.]

Dalam laporan sejarah yang dibuat Tacitus ini kita lihat bahwa ada seorang yang disebut Kristus, dan Ia menderita hukuman yang sangat ekstrim di tangan Pontius Pilatus. Catatan ini sejalan dengan catatan yang kita kenal di dalam Alkitab, walau tentu saja catatan Tacitus tidak selengkap catatan Alkitab.

 

Pliny the younger

Pliny adalah seorang gubernur Romawi dari Bithynia di Asia Kecil. Dalam salah satu surat yang ditulis kepada Kaisar Trajan pada tahun 112 M, Pliny menyebutkan: They were in the habit of meeting on a certain fixed day before it was light, when they sang in alternate verses a hymn to Christ, as to a god, and bound themselves by a solemn oath, not to any wicked deeds, but never to commit any fraud, theft or adultery, never to falsify their word, nor deny a trust when they should be called upon to deliver it up. [Pliny, Letters, transl. by William Melmoth rev. by W.M.L. Hutchinson (Cambridge: Harvard Univ. Press, 1935), vol.II,X96, seperti di kutip dalam Habermas, The Historical Jesus, 199.]

Dalam surat itu, Pliny menyebutkan tentang orang Kristen yang bernyanyi untuk Kristus, seperti layaknya bernyanyi untuk menghormati dewa.

 

Josephus

Flavius Josephus adalah seorang ahli sejarah Yahudi yang hidup pada tahun 37 – 97 Masehi. Ketika Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 M, ia pindah ke Roma dan menjadi sejarawan istana untuk raja Vespasian. Josephus membuat satu referensi tentang Yohanes Pembaptis dan dua referensi tentang Yesus dalam salah satu karya besarnya yang berjudul The Antiquities of the Jews.

Tentang Yohanes Pembaptis misalnya, Josephus menulis: He was a good man and exhorted the jews to lead righteous lives, practice justice towards one another and piety towards God, and so to join in baptism. [Josephus, The Antiquities Of the Jews 18.5.2 [117-119], seperti dikutip dari Everett Ferguson, The Backgrounds of Early Christianity (Grand Rapids Cambridge: WM B.Eerdmans Publishing Co, ), 487.]

Suatu penggambaran tentang Yohanes Pembaptis yang dapat dikatakan sejalan dengan penggambaran dalam Alkitab.

Tentang Yakobus, saudara Yesus Kristus, Josephus menulis: And he (Ananus) convened the judges of the Sanhedrin and brought before them a man named James, the brother of Jesus who called the Christ, and certain others. He accused them of having transgressed the law and delivered them up to be stoned. [Antiquities. 20.9.1 [200], seperti dikutip dari The Background, 488.]

Ada gereja tertentu yang tidak dapat menerima pandangan bahwa Yakobus adalah saudara kandung Yesus Kristus, padahal Alkitab sendiri mengatakan demikian. (Markus 6:3)

Alkitab menjelaskan bahwa semula Yakobus tidak percaya dan menganggap Yesus saudaranya itu sebagai orang yang tidak waras (Markus 3:21). Tetapi setelah peristiwa penyaliban dan kebangkitan-Nya, Yesus menemui Yakobus secara pribadi (1 Kor 15:7) dan Yakobus pun akhirnya percaya pada Yesus. Yakobus kemudian menulis surat yang kita kenal sebagai surat Yakobus (Yakobus 1:1 dan Yudas 1:1), salah satu surat yang terdapat di dalam Alkitab kita, dan melayani sebagai pemimpin gereja di Yerusalem (Kisah 21:18).

Dalam tulisan Josephus ini, Yakobus juga dikenal sebagai saudara Yesus Kristus, sama seperti pernyataan di dalam Alkitab. Dan Josephus menjelaskan bahwa Yakobus akhirnya mati dirajam dengan batu setelah dituduh melanggar hukum (kemungkinan Hukum Taurat). Yakobus yang semula tidak percaya itu, akhirnya mati sebagai martir demi keyakinannya pada Yesus Kristus (fakta yang cukup menarik mengingat bahwa Kristus sendiri pun dibunuh karena dituduh telah melecehkan Hukum Taurat). Selama hidup ia mengenal Yesus sebagai saudaranya, kakak tertua, tetapi pada saat kematiannya, ia telah yakin dan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamatnya.

Dan terakhir tentu saja tentang Yesus Kristus sendiri, Josephus menulis: About this time lived Jesus, a wise man, if indeed one ought to call him a man. For he was the achiever of extraordinary deeds and was a teacher of those who accept the truth gladly. He won over many Jews and many of the Greeks. He was the Messiah. When he was indicted by the principal men among us and Pilate condemned him to be crucified. Those who had come to love him originaly did not cease to do so; for he appeared to them on the third day restored to life, as the prophets of the Deity had foretold these and countless other marvelous things about him. And tribe of Christians, so named after him, has not disappeared to this day. [Antiquities. 18.3.3 [63-64], seperti dikutip dari Paul L.Maier, Josephus – the essential works (Grand Rapid Michigan: Kregel Publication, 1994), 282.]

Penggambaran Josephus tentang Yesus cukup sesuai dengan penggambaran Alkitab, walau tidak selengkap Alkitab tentunya. Yesus disebut sebagai seorang bijaksana, berkelakuan sangat baik dan guru bagi semua yang menerima kebenaran. Yesus juga disebutkan telah dihukum oleh Pilatus dengan cara penyaliban. Yesus bangkit pada hari ketiga sesuai dengan nubuat para nabi. Dan “suku Kristen” (demikian Josephus menamai para pengikut Kristus), masih tetap ada hingga hari ia menulis.

Origen, salah seorang Bapa Gereja, mengatakan bahwa Josephus bukanlah orang yang percaya pada Yesus Kristus [Origen, Commentary in Matthew 10.17; Against Celsus 1.47, seperti dikutip dari Everett Ferguson, The Backgrounds, 489.] Jadi Josephus mencatat bukan karena ia kagum atau suka atau percaya pada Yesus, tetapi semata-mata melaporkan saja apa yang ia lihat dari kacamata seorang sejarawan tentang Yesus Kristus.

 

Lucian

Lucian dari Samosata adalah seorang penyair Yunani yang hidup di abad ke dua Masehi. Dalam salah satu karyanya, Lucian menulis tentang sikap orang Kristen pada Yesus Kristus. Lucian menulis: The Christians ... worship a man to this day – the distinguished personage who introduced their novel rites, and was crucified on that account.... [It] was impressed on them by their original lawgiver that they are all brothers, from the moment that they are converted, and deny the gods of Greece, and worship the crucified sage, and live after his laws. [Lucian, “The Death of Peregrine”, 11-13, dalam The Works of Lucian of Samosata, terj H.W.Fowler and F.G Fowler, 4 vols. (Oxford: Clarendon, 1949), vol 4., seperti dikutip dalam Habermas, The Historical Jesus, 206.]

Menurut Lucian, orang Kristen menyembah seorang Manusia yang pernah di salib serta menolak untuk menyembah dewa-dewa Yunani.

Kesaksian Lucian menambah deretan para saksi mata atas satu Orang yang begitu penting yang pernah hidup di abad permulaan.

 

Kesimpulan:

Para sejarawan sekuler ini telah turut menyaksikan keberadaan Yesus Kristus di zaman mereka hidup. Sekalipun orang menolak hasil pembukuan Lukas karena Lukas dianggap bukan seorang yang objektif, maka dunia sekuler mau tidak mau harus menerima kenyataan bahwa keberadaan Yesus Kristus ternyata dibukukan pula oleh para sejarawan sekuler ini.

Dan penting untuk digarisbawahi bahwa para sejarawan sekuler mencatat hal itu, bukan karena mereka tertarik atau karena mereka percaya pada ajaran Yesus. Mereka mencatat hal tersebut, semata-mata karena peristiwa itu memang benar-benar terjadi.

Kiranya Tuhan Yesus menolong kita untuk semakin mengenal Dia. Amin.

(Oleh: izar tirta)