Saturday, November 2, 2024

Apakah keberadaan Allah sungguh-sungguh tersembunyi bagi manusia?

Eksposisi Roma 1:21-24

 

Apakah Allah tersembunyi bagi manusia?

Sekalipun manusia tahu bahwa Allah itu ada,
tetapi manusia cenderung memilih untuk mengabaikan Dia

Tidak sedikit orang Kristen yang menyangka bahwa di dalam dunia ini masih banyak orang yang belum tahu bahwa Tuhan itu ada, padahal menurut Alkitab sendiri ternyata tidaklah demikian adanya. Persoalan manusia di dunia bukanlah karena mereka kurang informasi tentang keberadaan Allah. Persoalan manusia di dunia terutama dan pertama-tama sekali adalah kekerasan hati yang menolak keberadaan Allah. Adapun penolakan tersebut timbul dikarenakan naluri manusia yang berdosa itu merasa sangat terganggu oleh kehadiran Allah yang mahasuci. Sehingga manusia kemudian berusaha untuk mengabaikan Dia, menolak keberadaan-Nya, mengarang kisah isapan jempol tentang satu sosok allah lain yang lebih menyenangkan untuk diterima, allah baik hati yang tidak suka meminta pertanggungjawaban pada manusia; atau allah yang sangat cool sehingga tidak pernah menegur atau bicara tidak enak kepada manusia; atau allah yang sibuk dengan urusannya sendiri sehingga tidak ada waktu untuk mempertanyakan manusia; atau allah yang sangat lembut dan sedemikian lemah sehingga merasa takut ditinggal oleh manusia; atau allah yang tindakannya dapat diprediksi melalui ritual-ritual.

Alkitab menentang semua gagasan yang keliru tentang Allah yang demikian. Sebaliknya Alkitab dengan tegas mengatakan bahwa Allah ada, dan Dia akan meminta pertanggungjawaban dari manusia dan manusia harus menerima konsekuensi atas perbuatan mereka selama di dunia ini. Betapapun manusia tidak suka dengan gagasan seperti ini dan menganggap bahwa hal ini hanya karangan kaum agamais saja, manusia tetap saja tidak mungkin mengelak dari kenyataan ini, dan sesungguhnya, menurut kesaksian Alkitab,  pengetahuan tentang Allah yang demikian, sudah ada di dalam hati manusia.

 

Roma 1:21-24
21 Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. 22 Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh. 23 Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar. 24 Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka.

Mengenal Allah, tetapi tidak memuliakan sebagai Allah atau mengucap syukur

 

Manusia sebetulnya tahu Allah itu ada, yaitu Pribadi paling tinggi, paling mulia, the unmoved Mover (menurut Aristoteles). Tetapi manusia menolak mengakui Dia sebagai yang paling tinggi dan paling mulia.

 

Adam dan Hawa sangat tahu bahwa Allah itu ada, mereka bahkan telah berjalan-jalan bersama Dia. Tetapi bukannya mempermuliakan dan bersyukur pada-Nya, mereka justru tertarik untuk menjadi sama tinggi dan sama mulianya dengan Allah. Manusia ingin menjadi sama tinggi dengan Allah, sehingga bisa menentukan sendiri apa yang benar dan apa yang salah. Manusia ingin menjadi sama mulia dengan Allah, sehingga tidak merasa ada alasan untuk bersyukur pada siapapun, sebab bersyukur artinya mengakui ada sosok yang lebih tinggi dan telah berbaik hati untuk menolong manusia.

 

Itu sebabnya, ketika Tuhan Yesus datang, Ia mengembalikan sosok manusia kepada suatu keadaan yang sebenarnya di hadapan Allah. Manusia bukanlah makhluk yang berstatus sangat tinggi, atau punya kekuatan sangat besar, melainkan hanyalah seorang bayi yang kecil, lemah, miskin, tidak berkuasa, berada di posisi yang rendah. Manusia juga bukan makhluk yang mulia, tetapi hidup dalam kehinaan, seharusnya manusia itu memikul dosa dan mati sebagai pemberontak terhadap Allah. Dalam keberadaan-Nya sebagai Manusia itu, Tuhan Yesus telah memberi suatu gambaran, seperti apakah seharusnya sikap seorang manusia di hadapan Allah yang Mahatinggi.

Pikiran mereka sia-sia

 

Mengapa dikatakan pikiran mereka menjadi sia-sia? Sebab manusia berpikir bahwa mereka bisa menjadi sama seperti Allah. Manusia berpikir bahwa mereka dapat memutuskan sendiri apa yang baik dan yang jahat bagi diri mereka. Padahal hal itu sama sekali tidak mungkin terjadi pada diri manusia. Semua itu adalah hak dan kuasa yang hanya dimiliki oleh Allah sebagai Pencipta dan Penguasa alam semesta.

Hati mereka yang bodoh menjadi gelap

 

Hati adalah representasi dari jiwa manusia, hari merupakan cermin dari kepribadian manusia secara inner-self. Penolakan manusia untuk mempermuliakan Tuhan dan bersyukur kepada Dia yang telah begitu baik kepada manusia, bukan tanpa konsekuensi. Keseluruhan dari jati diri manusia itu berubah ke arah yang semakin buruk. Setelah di dalam kalimat sebelumnya dikatakan bahwa pikiran manusia itu akan menjadi sia-sia, maka dalam kalimat selanjutnya ini dikatakan bahwa hati mereka akan menjadi menjadi semakin bodoh dan semakin gelap. Pikiran sia-sia, hati yang bodoh menjadi gelap, inilah sebuah kondisi yang sangat mematikan dari seorang manusia di hadapan Allah.

 

"Bodoh" itu berbeda dengan "bebal". Di dalam Alkitab ada dua ayat yang membahas tentang kebebalan dan kebodohan. Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada Allah." .. (Mazmur 14:1), Tetapi orang bodoh menghina didikan dan hikmat Tuhan (Amsal 1:7)

 

Orang bebal adalah orang yang mengaku yakin bahwa Allah itu tidak ada. Orang yang demikian memang sungguh amat bebal, sebab bagaimana mungkin ia bisa sampai kepada keyakinan yang kokoh seperti itu, sedangkan ia sendiri tidak memiliki sebuah cara atau metode untuk memeriksa setiap sudut dari alam semesta dan setiap aspek kehidupan di dunia ini yang dapat dijadikan dasar untuk mengambil kesimpulan bahwa Allah tidak ada? Orang bebal seperti ini mungkin (mudah-mudahan) tidak ada di dalam gereja, akan tetapi orang bodoh sebagaimana disebutkan dalam Amsal 1:7 tadi, masih ada kemungkinan hadir dalam jumlah yang banyak di antara anggota jemaat gereja.

 

Sebab orang bodoh adalah orang yang sekalipun tahu bahwa Allah itu ada, tetapi ia tidak mau datang untuk diajar dan dididik oleh-Nya. Mereka mungkin dapat mengakui bahwa Allah itu ada, tetapi mereka tidak tertarik untuk dididik dan diajar oleh Hikmat Ilahi. Mereka ke gereja bukan karena ingin diajar oleh hikmat Ilahi melalui pengajaran Firman. Mereka tidak tahan mendengar khotbah yang bersifat pengajaran, mereka ingin sebuah khotbah itu isinya harus menghibur, harus bisa membuat jemaat tertawa, banyak bercerita tentang kejadian sehari-hari, diisi dengan berbagai tips dan lain sebagainya.

 

Orang-orang bodoh seperti seperti itu datang ke gereja bukan karena ingin diajar oleh Firman Tuhan, melainkan karena beberapa alasan lain, seperti: karena merasa tidak cocok untuk datang ke rumah ibadah lain, atau karena sedang mencari jodoh, atau karena ingin mencari relasi bisnis dengan kalangan orang kristen, atau karena merasa bahwa status sosialnya akan menjadi terangkat naik apabila ada dalam satu kelompok dengan orang-orang dari tingkat sosial tertentu, atau karena berbagai alasan lainnya.

 

Tetapi Alkitab berkata, orang yang tidak suka dididik oleh Hikmat Ilahi pada dasarnya adalah orang bodoh, dan karena Allah adalah satu-satunya sumber terang bagi kehidupan manusia, maka tidak heran apabila orang yang bodoh, hidupnya makin lama makin gelap. Allah adalah satu-satunya sumber cahaya yang dapat menghalau kegelapan dalam jiwa manusia. Jika sumber cahaya itu tidak ada, maka darimana manusia bisa berharap dapat memperoleh terang? Tidak mungkin. Hanya kegelapan sajalah yang akan ditemukan oleh manusia.

 

Orang yang hatinya menjadi gelap, tidak tahu siapakah dirinya yang sebenarnya. Ia tidak tahu darimana dirinya berasal, ia menganggap bahwa dirinya hanyalah suatu makhluk yang kebetulan ada di dunia ini sebagai akibat dari hubungan seksual yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Dan karena ia kebetulan saja ada di dunia, sebagai bagian dari aktivitas biologis semata-mata, maka ia tidak tahu apa tujuan yang sebenarnya dari kehidupan di dunia ini, ia bekerja untuk mencari nafkah, tetapi tidak mengerti apa makna dari "bekerja” yang sebenarnya. Ia tidak tahu apakah dirinya bernilai atau tidak bernilai, ia tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya setelah mengalami kematian nanti.

 

Kehidupan orang yang menolak Allah hanya akan diliputi oleh kegelapan, sebab semua pertanyaan tentang asal-usul, tujuan, dan nilai serta pertanyaan penting lainnya tentang kehidupan, hanya dapat ditemukan dalam Pribadi Allah sebagai Pencipta manusia.

Berbuat seolah-olah penuh hikmat

 

Banyak orang di dunia ini, baik dari kalangan agamawi maupun dari kalangan ilmuwan, yang seolah-olah punya jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kehidupan, namun tidak melibatkan Yesus Kristus di dalam jawaban mereka tersebut. Mereka menjawab melalui jalan agama, tetapi tanpa lewat Kristus yang adalah Satu-satunya Jalan. Menempuh jalan pengetahuan, tetapi tanpa melalui Kristus yang adalah satu-satunya kebenaran. Mencoba membangun kehidupan di dunia ini, tetapi tanpa bergantung pada Kristus yang adalah satu-satunya hidup itu sendiri.

 

Itulah gambaran dari “seolah-olah penuh hikmat” atau “seolah-olah punya jawaban” atau “seolah-olah tahu harus kemana dan berbuat apa.” Dan untuk orang-orang semacam ini tidak sedikit pula orang yang mengikutinya, bahkan jauh lebih banyak daripada yang ikut Tuhan. Tetapi tanpa Kristus, semua hikmat itu hanyalah "seolah-seolah" saja. Bukan hikmat yang sesungguhnya. Sebab hikmat yang sesungguhnya, pasti membawa manusia ke jalan hidup yang semakin mempermuliakan Tuhan.

 

Agama-agama dunia, betapapun kelihatan religius, saleh dan penuh dengan ritual keagamaan yang ketat, namun apabila agama itu tidak membawa penganutnya kepada pengenalan akan Yesus Kristus, maka agama itu hanya seolah-olah penuh hikmat, namun pada dasarnya adalah sebuah kesia-siaan belaka.

 

Segala ilmu pengetahuan, apakah itu fisika, biologi, matematika, elektrik, keuangan, psikologi atau apapun saja, jika tidak membawa manusia kepada pengenalan akan Kristus, maka ilmu pengetahuan itu hanyalah seolah-olah saja penuh hikmat dan menimbulkan kekaguman manusia, namun pada dasarnya ilmu pengetahuan itu adalah sebuah jalan yang membawa manusia pada keangkuhan dan pada akhirnya kehancuran serta kebinasaan.

Menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan yang fana.

 

Karena manusia tidak mengenal hikmat yang sejati, maka pada akhirnya hati manusia menjadi bertambah gelap, sehingga manusia tidak tahu lagi mana yang baik, mana yang buruk, mana yang mulia, mana yang hina. Manusia menolak Allah, padahal Allah itu mahakekal dan mahamulia, dan sebagai gantinya, manusia memilih untuk menyembah yang tidak kekal serta bukan yang paling mulia.

 

Penolakan untuk menyembah Allah, membawa seseorang untuk menyembah manusia (yaitu menyembah dirinya sendiri ataupun menyembah manusia yang lain), menyembah binatang, bahkan menyembah benda-benda (seringkali bentuknya adalah uang atau harta benda).

 

Kesesatan manusia itu biasanya cenderung membawa jiwa mereka tersesat semakin dalam. Perhatikan trend penurunannya: Manusia, burung, binatang kaki empat, binatang menjalar. Dari makhluk yang relatif punya kedudukan tinggi dalam ciptaan, yaitu manusia, kepada makhluk yang paling rendah, yaitu binatang menjalar. Hal ini mengajarkan kepada kita suatu prinsip bahwa, semakin seseorang meninggalkan Allah, maka ia akan jatuh ke dalam kesesatan yang semakin dalam, semakin rendah. Tidak ada orang yang menolak Allah, tetapi hidup kerohaniannya tidak bertambah buruk.

Karena itu Allah menyerahkan mereka pada keinginan hati akan kecemaran

 

Orang yang sudah berulang kali ditegur atau disapa oleh Tuhan, tetapi masih saja tetap berkeras hati untuk menolak Dia, maka pada akhirnya Tuhan pun akan membuang dia. Alkitab mencatat cukup banyak nama dan pihak yang sempat dibuang oleh Tuhan karena orang-orang itu bersikeras untuk melawan Tuhan. Kain, Firaun, bangsa Israel, dan Yudas adalah contoh dari orang-orang atau sekelompok orang yang pernah dibuang oleh Tuhan.

 

Salah satu ciri dari orang yang sudah dibuang oleh Tuhan adalah tidak adanya keinginan di dalam diri orang itu akan segala hal yang baik, sebaliknya orang itu akan menginginkan apa yang cemar. Ini adalah kondisi yang berkebalikan dengan orang yang mendapat anugerah, sebab ciri dari orang yang memperoleh anugerah adalah timbulnya suatu keinginan di dalam hati orang itu untuk menginginakan apa yang baik, untuk diajar oleh hikmat Tuhan, untuk berusaha mengasihi dan mengenal Tuhan.

 

Ketika seseorang terus berkeras menolak dan melawan Tuhan, maka pada suatu saat orang itupun akan dibuang oleh Tuhan. Ini adalah suatu kondisi yang sangat menakutkan. Sayangnya pada masa sekarang ini, jumlah orang yang tidak percaya kepada Tuhan justru menjadi semakin bertambah. Atheisme pun telah berkembang ke dalam aneka ragam bentuk dan sebutannya. Ada yang masih memakai istilah atheis, tetapi ada pula yang memakai istilah lain yang semakin populer seperti gnosticisme, spiritualisme, free thinker, satanic church, kristen progresif, progresive movement dan lain sebagainya. Isi dari ajaran yang dianut dalam kelompok itu pada dasarnya adalah menentang Tuhan atau menentang ajaran Alkitab yang rasuli.

 

Ada kelompok orang Kristen yang seolah-olah mengajarkan Alkitab dan memperkenalkan nama Yesus, tetapi apabila digali lebih dalam, maka kita dapati bahwa apa yang diajarkan oleh mereka itu berbeda dengan maksud yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Alkitab. Dan Yesus yang diperkenalkan oleh kelompok tersebutpun, ternyata bukanlah Yesus sebagaimana yang diajarkan di dalam Alkitab. Hanya namanya yang sama, yaitu Yesus, tetapi karakteristik dari Yesus yang mereka sampaikan sungguh berbeda dengan karakteristik Yesus Kristus yang diberitakan oleh Alkitab melalui penggalian yang baik dan bertanggungjawab.

 

Dalam berbagai kelompok Kristen yang ada di dunia saat ini, membicarakan tentang Tuhan yang bisa membuang manusia adalah suatu hal yang taboo. Membicarakan tentang Tuhan Yesus yang bisa menghukum dan membuang manusia ke neraka adalah suatu hal yang terlarang. Ini sangat aneh dan bertentangan dengan Alkitab, sebab di dalam Roma 1 ini saja setidaknya, kita membaca bagaimana Allah bisa menyerahkan manusia ke dalam keinginan hati akan kecemaran. Allah bisa membuang manusia yang berdosa.

 

Orang Kristen dan orang lain di luar Kristen menganggap pesan seperti ini adalah suatu gambaran dari Allah yang gila dan sangat jahat. Mereka lupa, bahwa sebetulnya yang jahat adalah manusia, bukan Allah.

Penutup

Alkitab mengajarkan pada kita, bahwa manusia pada dasarnya sudah tahu bahwa Allah itu ada. Sekalipun tidak semua orang mempunyai Taurat, Allah sudah menanamkan hati nurani di dalam diri manusia yang memungkinkan mereka untuk sadar akan keberadaan Allah.

Tetapi kesadaraan akan Allah itu telah ditekan dan diubah dan dialihkan sedemikian rupa oleh manusia, karena manusia yang berdosa, merasa sangat tidak nyaman menghadapi kehadiran Allah yang mahasuci.

Kitab Roma mengingatkan bahwa apabila manusia terus menerus menekan, mengubah dan tidak memperdulikan teguran Allah terhadap dosa-dosa manusia, maka Allah dapat membuang manusia, yaitu dengan cara membiarkan manusia itu tetap di dalam dosa, sehingga hidupnya semakin gelap, pikirannya menjadi sia-sia dan hatinya semakin menginginkan kejahatan dan kecemaran.

Kitab Roma bukanlah sebuah kitab yang mau membawa manusia kepada keputusasaan. Sebaliknya, Kitab Roma justru ingin membawa manusia kepada Yesus Kristus, sebab sekalipun dosa manusia sudah sedemikian besar, tetapi di dalam Yesus Kristus masih ada harapan bagi manusia untuk bertobat, kembali kepada Allah Sang Pencipta, Sang Penebus, Sang Pemelihara yang berkuasa bukan saja di dunia ini, tetapi juga di dalam dunia yang akan datang.

Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin.