Merenungkan kemuliaan Kristus dalam peristiwa Natal |
Natal merupakan sebuah hari yang penuh dengan paradoks:
- Seorang yang mahakuat, lahir sebagai bayi yang lemah.
- Seorang raja yang mahakaya, lahir ditengah keluarga miskin.
- Seorang Manusia yang begitu agung dan suci, lahir di dalam kadang binatang yang kotor.
- Allah yang tidak terbatas, hadir di dalam keterbatasan seorang manusia.
- Dan meskipun bayi yang lahir itu begitu sederhana dan bahkan hina, tetapi kelahiran-Nya justru sangatlah mulia. Tidak ada kelahiran manusia yang sedemikian sederhana dan hina, tetapi sekaligus sedemikian menggemparkan dan mulia.
Sebagai orang Kristen, kita lebih sering menghayati Natal
dari sisi kesederhanaannya, seperti: kelahiran di kandang, bayi yang lahir di
keluarga miskin, para gembala sederhana di padang dan lain sebagainya, sehingga
agak jarang menghayati Natal dari sisi kemuliaan-Nya. Padahal peristiwa Natal
pun memiliki aspek kemuliaan yang luar biasa. [Baca juga: Mengapa Tuhan Yesus harus lahir sebagai Manusia? Klik disini.]
Dalam peristiwa Natal, dikatakan ada banyak malaikat yang bernyanyi memuji Tuhan. Berapa banyak kelahiran di dunia ini yang diiringi oleh paduan suara dari banyak malaikat? Hal ini penting pula untuk dihayati agar kita sungguh mengerti Siapakah sosok sebenarnya yang lahir pada hari Natal itu. Ia adalah bayi yang sangat mulia. Tidak ada orang lain di dalam sejarah yang kelahiran-Nya disambut sedemikian dahsyat oleh bala tentara sorga.
Selain itu, ada Kaisar Agustus yang dipakai sebagai penggerak sejarah. Sebab hanya dialah orang yang bisa membawa Yusuf dan Maria ke Betlehem. Kaisar ini tidak begitu dikenal oleh orang Kristen, tetapi ia adalah Kaisar terbesar yang pernah ada. Orang Romawi sadar bahwa mereka adalah bangsa yang membawa tatanan negara dan masyarakat. Orang Yunani terkenal hebat dalam perang. Orang Sparta terkenal sebagai prajurit yang paling perkasa. Tetapi hanya orang Romawi-lah yang benar-benar mampu membawa tatanan masyarakat yang paling teratur.
Di bawah pemerintahan Kaisar Agustus, militer kuat, ekonomi kuat, infrastruktur terbangun dengan baik, kebudayaan dipelihara, keagamaan relatif rukun meskin ada berbagai agama. Kondisi negara terbilang sangat aman sehingga kita tidak pernah sekalipun membaca bahwa rasul Paulus pernah jatuh ke dalam tangan perompak. Mengapa demikian? Karena Romawi sangat tertib dalam menjaga keamanan sehingga perompak tidak mempunyai kesempatan untuk merajalela, mereka segera ditumpas oleh pasukan Romawi.
Negara sedemikian teratur dan terkendali, sehingga di tangan Agustus-lah sensus dalam skala yang sangat besar dapat dilaksanakan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Kelahiran Tuhan kita sungguh-sungguh bukan hanya peristiwa yang penuh dengan kesederhanaan, tetapi juga sangat dahsyat, heboh, gegap gempita, sangat mulia.
Mengapa kita lebih mudah menghayati Natal dari sisi kesederhanaan ketimbang kemuliaannya?
Ada dua alasan, pertama, karena saat ini kita sedang hidup di jaman yang sangat berpihak kepada “wong cilik,” sehingga kelahiran Kritus sebagai salah satu dari “wong cilik” - bahkan lebih sederhana dari wong cilik pada umumnya - dengan mudah dapat mengundang simpati masyarakat modern saat ini.
Alasan kedua adalah karena era kita ini punya kecenderungan untuk mengedepankan hal-hal yang rasional. Sehingga cukup sulit bagi kita untuk menerima berita bahwa ada banyak malaikat bernyanyi di hari Natal. Pesan seperti itu, bagi sebagian orang, mungkin sulit diterima secara serius karena dianggap lebih mirip mitos atau dongeng ketimbang sebuah berita yang benar-benar nyata.
Tetapi disisi lain, penting untuk kita ingat bahwa iman Kristen bukanlaj iman yang "pokoknya begini, pokoknya begitu" tanpa memberikan suatu penjelasan atau sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan sejarah. Sebaliknya, iman kristen justru berkaitan dengan peristiwa yang terjadi dalam sejarah, sehingga kepercayaan Kristen adalah kepercayaan yang bisa dipertanggungjawabkan. Termasuk ketika Alkitab berbicara tentang malaikat bernyanyi.
Dalam Lukas 2:10. Malaikat mengatakan jangan takut karena ada kesukacitaan besar dan kesukaan bagi seluruh bangsa. Sampai hari ini faktanya adalah perayaan Natal memang senantiasa merupakan persayaan yang bersifat besar-besaran dan dapat berlangsung selama satu bulan lebih serta dirayakan oleh seluruh bangsa. Bahkan di Korea Utara sekalipun tetap ada suasana Natal. Baik orang Kristen mau non Kristen, semua dipengaruhi oleh suasana Natal tersebut.
Di samping berbicara tentang kesederhanaan dan kemuliaan hari Natal. Kita juga membaca bahwa Natal adalah sebuah peristiwa yang memiliki kekhususan atau akurasi tertentu. Di satu sisi Kristus rela lahir di kandang, tetapi di sisi lain harus di kota Betlehem. Di satu sisi ada gembala yang datang tetapi di sisi lain juga ada malaikat yang harus bernyanyi sambil menegaskan bahwa yang lahir itu adalah Juru selamat, Kristus, Tuhan di kota Daud (ay 11). Jadi bukan saja harus di Betlehem, tetapi juga harus dari keturunan Daud.
Aspek keharusan atau keakuratan ini juga penting untuk direnungkan, agar kita melihat Natal secara berimbang. Jika kita cuma ingat bayi, palungan, kesederhanaan, maka hal itu cenderung hanya membuat kita bersikap santai saja. Tetapi jika kita mengingat akan aspek kemuliaan Kristus dan keakuratan dari peristiwa Natal, maka yang timbul adalah perasaan takut dan sense of urgency serta sikap berhati-hati.
Setelah mendengar pesan dari Malaikat, para gembala pergi tergesa-gesa untuk memberitakan hal tersebut. Ini perlu direnungkan agar kita pun memiliki sikap tergesa-gesa dalam melayani Tuhan.
Yang lahir dalam Natal adalah Juruselamat, sehingga baik malaikat yang mulia, maupun gembala yang sederhana, baik janin Yohanes maupun Simeon yang sudah lanjut usia, semua bisa bersuka cita. Yang sederhana, yang mulia, yang muda dan yang sangat tua, semua perlu mendengar pesan Injil tersebut, itu sebabnya kita pun harus melihat Natal sebagai momen yang serius dan perlu memiliki sikap tergesa-gesa untuk memberitakan pesan Injil tersebut.
Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita. Amin.