Oleh: Izar Tirta
Anthony Michael Bourdain adalah
seorang chef celebrity Amerika yang
sangat berpengaruh di seluruh dunia. Dan bukan itu saja, Bourdain juga dikenal
sebagai seorang penulis dan bintang televisi. Ia menjadi bintang utama dalam
sebuah acara travel documentation
yang memfokuskan tema pembahasannya pada kebudayaan international, termasuk
budaya kuliner dan kondisi masyarakat dari berbagai daerah di negara-negara
yang ia kunjungi. Sebagai seorang yang punya passion di dalam dunia masak memasak, Bourdain telah menghabiskan
hidupnya untuk mengerjakan apa yang paling ia gemari, memasak dan culinary travelling. Siapakah di dunia
ini yang tidak ingin memiliki kehidupan seberuntung itu? Dalam kehidupan
asmara, Bourdain tidak pernah kekurangan wanita yang (tentu saja) bersedia
mendampinginya. Dalam urusan kesehatan fisik, selain pandai dalam memilih
makanan sehat, Anthony Bourdain juga menyandang sabuk biru dalam seni bela diri
Brazilian Jiu-Jitsu dan pernah
berkencan dengan seorang atlit wanita dari cabang olah raga Mixed Martial Art.
Memiliki hobi, hidup dan bekerja
dari hobi tersebut, mendapat banyak uang, memiliki teman hidup, fisik yang
sehat, ketenaran tingkat dunia serta memiliki kebebasan finansial untuk
bepergian kemana pun yang ia inginkan (dan mendapat bayaran pula dari acara jalan-jalan tersebut). Sungguh sebuah jenis
kehidupan yang bagi banyak orang bahkan tidak berani untuk sekedar
memimpikannya sekalipun.
Pada tanggal 8 Juni 2018,
Bourdain ditemukan tewas gantung diri di sebuah kamar hotel di Paris, me-ninggalkan
sebuah lubang menganga di dalam jiwa dan hati para penggemarnya serta sebuah
tanda tanya besar di dalam benak setiap orang. Apa yang yang telah terjadi?
[Baca juga: Mengapa Tuhan Yesus harus datang sebagai manusia? Klik disini]
Di belahan dunia yang lain, ada
seorang pelajar berbakat bernama Lin Jiawen. Walaupun baru berusia 18 tahun,
namun ia telah menulis dua buah buku tentang sejarah Cina yang mendapat
sambutan luar biasa di negaranya. Media sosial dan masyarakat lokal memberi
predikat kepada Lin Jiawen muda sebagai salah seorang historiographical genius yang dimiliki oleh bangsa Cina.
Dengan usia muda dan pikirannya
yang genius itu, Lin Jiawen memiliki
modal yang besar untuk membuat banyak pilihan di dalam hidupnya. Ia bisa
memilih untuk menjadi ilmuwan sejarah, ia bisa memilih untuk menjadi seorang public speaker atau negarawan atau apa
pun yang dapat menjadi berkat bagi banyak orang. Namun pada tanggal 23 Februari
2016, Lin memilih untuk melompat dari apartemennya dan menghembuskan nafas
terakhir di atas pelataran beton tempat tubuh malangnya itu mendarat. Seorang
guru sekolah yang menerima e-mail
terakhir dari Lin, mendapati pemuda itu menulis: It's boring.. … I don't belong on this planet, and I can't even find
the ground to stand on in real life."
Tidak boleh ada ruang bagi kita,
sebetulnya, untuk bersikap judgemental
terhadap orang-orang seperti Bourdain dan Jiawen yang mati secara tragis
seperti itu. Sebab kita tidak berada di dalam posisi mereka, sehingga kita
tidak dapat memahami secara persis kepedihan apa yang sedang mereka rasakan
sampai memilih untuk mengakhiri hidup dengan cara demikian. Tetapi kisah tragis
mereka ini, mau tidak mau telah menyuarakan bagi kita sebuah ironi besar
tentang suatu kekosongan yang tidak terperikan di balik segala kelimpahan,
baik dari segi materi maupun prestasi, yang mereka miliki.
[Baca juga: Resep hidup berkelimpahan di dalam Tuhan. Klik disini]
Di
Switzerland, tepatnya di
Geneva ada sebuah patung dari bahan perunggu yang dibuat pada tahun 2012 oleh
pematung asal Rumania bernama Albert György. Patung ini diberi nama “Melancholy” oleh sang pembuatnya. Sosok
patung tersebut, menggambarkan seseorang yang sedang duduk di atas sebuah kursi
di dalam sebuah taman yang indah tidak jauh dari sebuah danau. Meskipun alam
sekitarnya begitu indah, sosok tersebut tertunduk sangat lesu, sambil melihat
ke kedalaman hatinya yang sangat kosong. Mungkinkah kekosongan semacam itu yang
sedang dirasakan oleh Bourdain dan Jiawen? Dan mungkinkah kekosongan semacam
itu juga yang sedang menghantui kita sekarang ini?
Seseorang
boleh saja berada di dalam situasi yang begitu indah, tetapi ketika hatinya
kosong, maka apakah segala keindahan itu akan ada artinya? Seseorang bisa saja
memiliki banyak harta dan prestasi, tetapi jika hatinya kosong, maka apakah
arti dari semua yang dimilikinya?
Hanya
Tuhan saja yang sanggup mengisi kekosongan hati kita, sebab hanya Tuhan saja
yang sungguh-sungguh mengasihi kita. Tuhan Yesus pernah berkata: Marilah kepada-Ku, semua yang
letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (Mat 11:28).
Datanglah kepada Yesus Kristus. Ia telah mati untuk menebus dosa kita, dan Ia telah bangkit untuk memberi
kita hidup yang kekal. Dia pasti peduli dengan kepedihan dan kekosongan di
dalam hati kita.
Beberapa pertanyaan reflektif:
Mengapa hati kita terasa kosong?
Mengapa kita tidak boleh bunuh diri?
Mengapa tokoh-tokoh besar pun dapat bunuh diri?
Mengapa Antony Bourdain melakukan bunuh diri di tengah kesuksesannya?
Mengapa Lin Jia Wen juga bunuh diri di tengah kesuksesannya?
Bagaimana mengatasi hati dan perasaan yang kosong? Klik disini
Baca juga:
Doa permohonan di kala sakit dan menderita. Klik disini
Apa artinya beriman pada Yesus Kristus? Klik disini
Mengapa Bapa yang baik mengizinkan penderitaan? Klik disini