Showing posts with label Kisah Rasul. Show all posts
Showing posts with label Kisah Rasul. Show all posts

Tuesday, March 15, 2022

Apakah kita harus bersaksi bagi Kristus?

Ataukah bersaksi itu merupakan sekedar pilihan saja?
Sebuah perenungan dari Kisah Rasul 1:6-8
Apakah Tuhan ingin kita mencari tahu tentang tibanya akhir zaman?
Dimanakah letak kesalahan para murid Kristus?

 


 

Tidak sedikit orang di dunia ini yang ingin mengetahui kapankan akhir zaman itu tiba. Dan tidak sedikit pula orang yang menganggap kesaksian Kristen merupakan sebuah pilihan hidup, yaitu suatu perbuatan yang boleh dilakukan boleh pula diabaikan. Melalui ayat-ayat Firman Tuhan yang akan kita baca berikut ini, kita tahu bahwa anggapan-anggapan kita itu merupakan suatu hal yang tidak berkenan di hati Tuhan. [Baca juga: Bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus. Klik disini.]

 

Ayat-ayat Firman Tuhan

(6) Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?" (7) Jawab-Nya: "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. (8) Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Rasul 1:6-8)

 

Maukah Engkau memulihkan Israel?

Secara sepintas kita tidak melihat ada sesuatu yang keliru dari pertanyaan yang diajukan oleh para murid kepada Yesus Kristus. Apa salahnya jika seseorang mengharapkan pemulihan bagi sebuah bangsa? Bukankah itu merupakan pengharapan yang baik? Bukankah ini merupakan pengharapan yang manusiawi dan humanis? [Baca juga: Apa yang dimaksud oleh Kitab Wahyu bahwa waktunya sudah dekat? Klikdisini.]

Akan tetapi kita tahu bahwa harapan ini tidak mendapat jawaban dari Tuhan, sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa bagi Tuhan, harapan para murid itu adalah harapan yang keliru. Jika demikian, dimana letak kekeliruannya? Saya melihat ada dua kemungkinan.

Kemungkinan yang pertama, kekeliruan para murid adalah karena mereka masih berharap bahwa Israel akan dipulihkan secara politik, yaitu terbebas dari penjajahan Romawi dan kembali bangkit menjadi kerajaan yang dikagumi dan bahkan ditakuti oleh bangsa-bangsa lain. Murid-murid Tuhan Yesus ingin agar Guru mereka segera memulihkan Israel dari keterpurukan dan penjajahan. Mereka masih dipengaruhi oleh mimpi-mimpi bangsa Israel akan kejayaan mereka ketika Daud dan Salomo masih menjadi raja. Sosok Kristus yang terbukti lebih kuat daripada Daud dan Salomo karena mampu bangkit dari kematian, membuat harapan para murid menjadi semakin besar akan datangnya pemulihan bagi Israel. [Baca juga: Apakah kebangkitan Yesus Kristus satu-satunya kebangkitan yang ada? Klikdisini.]

Kemungkinan yang kedua, para murid mungkin sudah lebih dewasa secara spiritual sehingga tidak lagi berharap pada kejayaan Israel sebagai sebuah kerajaan yang lebih berkuasa dari kerajaan manapun di bumi. Akan tetapi mereka berharap dapat mengetahui kapankah akhir zaman tiba, yaitu suatu zaman dimana segala sesuatu dipulihkan, kebenaran Allah dinyatakan dan keadilan Allah dijalankan.

Secara manusiawi, apalagi jika dilihat dari kacamata manusia modern, seakan-akan tidak ada yang keliru dengan kemungkinan yang manapun dari dua kemungkinan yang ada. Ada banyak orang yang berharap untuk memiliki kejayaan di dunia ini, hidup makmur, aman, tentram, terjamin, bebas dari penjajahan seperti yang diharapkan oleh para murid itu pula. Dan ada banyak pula orang yang berharap agar akhir zaman segera tiba, sehingga dapat mengakhiri segala penderitaan dan ketidakadilan yang ada di dalam dunia.

Tetapi justru disinilah kita disadarkan akan betapa besarnya kebutuhan kita akan Firman Tuhan yang dapat menolong kita untuk mengetahui apa yang menjadi isi hati Allah dan bukan isi hati manusia. Tanpa adanya Firman yang memimpin dan mengarahkan kita, maka kita semua pun akan tersesat di dalam kegelapan dunia yang telah jatuh ini.

Dunia dapat memiliki keinginan hatinya sendiri, tetapi apa yang menjadi keinginan hati Allah sajalah yang paling penting untuk kita ketahui.

 

Engkau tidak perlu mengetahui

Dari ucapan-Nya, kita mengetahui bahwa Tuhan Yesus tidak memperkenankan para murid-Nya untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan pemulihan politik Israel maupun yang berhubungan dengan kapan waktunya akhir zaman itu tiba.

Bagi Tuhan Yesus, adalah keliru apabila para pengikut-Nya justru memusatkan perhatian pada waktu kedatangan-Nya yang kedua kali, sementara ada hal lain yang jauh lebih penting untuk dilakukan selagi masih ada di dalam dunia ini.

Pemulihan politik Israel bukanlah merupakan hal yang penting di mata Tuhan. Yang jauh lebih penting dari pemulihan politik adalah pemulihan spiritual dari orang-orang Israel, yaitu perubahan hati dari yang tegar tengkuk menjadi bangsa yang hatinya ditundukkan di hadapan Allah, dari hati yang berdosa menjadi hati yang mau bertobat. Penjajahan yang dilakukan oleh Romawi terhadap Israel bukanlah penjajahan yang seharusnya paling mengganggu apabila dibandingkan dengan penjajahan oleh dosa.

Bangsa Israel yang sejati seharusnya lebih fokus untuk mendapatkan kemerdekaan dari dosa dan memperoleh kebebasan untuk mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama, ketimbang sekedar mendapatkan kemerdekaan dari Romawi dan memperoleh kebebasan untuk menjadi bangsa yang disegani oleh bangsa lain.

Akhir zaman memang merupakan suatu hal yang pasti akan terjadi, akan tetapi tidak ada manusia yang tahu kapan hal itu akan terjadi. Dan Tuhan tidak ingin kita menghabiskan waktu untuk membuat dugaan tentang kapan tibanya hari tersebut. Selagi dunia ini masih berjalan dan selagi kita masih diberi kesempatan untuk hidup, Tuhan ingin kita mengisi waktu dengan hal lain yang lebih penting, yaitu bersaksi tentang Kristus kepada orang-orang yang belum mengenal Dia.

 

Kamu akan menjadi saksi-Ku

Tuhan Yesus ingin agar para pengikut-Nya memusatkan perhatian pada tanggung jawab sebagai saksi Yesus kepada masyarakat luas. Ketimbang memikirkan tentang akhir zaman ataupun memikirkan tentang kemerdekaan Israel sebagai suatu bangsa, Tuhan Yesus ingin agar para murid memikirkan orang lain yang belum mengenal Tuhan.

Melalui kesaksian para murid, memang tidak dapat dipastikan bahwa semua orang akan menjadi percaya, akan tetapi setidaknya banyak orang memperoleh kesempatan untuk menemukan jalan keluar dari kebinasaan yang sedang menantikan mereka. Apa gunanya jika seseorang hidup sebagai warga negara yang bebas dari penjajahan akan tetapi orang itu masih hidup di bawah hukuman dosa?

Ketika Tuhan memerintahkan para murid untuk bersaksi, Tuhan tidak melepas mereka tanpa bekal sama sekali. Sebaliknya, Tuhan menyertai para saksi-Nya itu dengan kuasa Ilahi yang berasal dari Roh Kudus, sebab Roh Kudus itulah sang penggerak utama bagi penyelenggaraan kesaksian Injil di seluruh dunia.

Dari ayat 8 kita melihat bahwa Tuhan Yesus menginginkan agar para murid bersiap-siap menerima kuasa sekaligus tanggung jawab pemberitaan Injil ke seluruh dunia. Jadi para murid bukan pergi ke seluruh dunia dengan kuat kuasa yang ada di dalam diri mereka sendiri, melainkan mereka kan memperoleh kuasa itu dari Roh Kudus. Di sisi lain, kuasa yang Roh Kudus berikan kepada para murid, bukanlah sejenis kekuasaan yang hanya untuk dinikmati seorang diri saja, melainkan kekuasaan yang ditujukan untuk dinikmati oleh banyak orang.

 

Akhir kata

Belajar dari ayat-ayat Firman Tuhan di dalam Kisah Rasul ini, marilah mulai sekarang untuk tidak lagi mau dipengaruhi oleh berita-berita dunia tentang kapan waktunya kiamat dan kapan waktu kedatangan Tuhan Yesus kedua kali. Akan lebih baik jika kita memusatkan perhatian pada tugas dan tanggung jawab kita sebagai saksi Kristus bagi orang-orang yang kita temui dalam hidup ini. Marilah kita minta pertolongan Roh Kudus agar menjadikan kita saksi Kristus bagi orang lain.

Kiranya Tuhan Yesus menolong dan memberkati kita. Amin. (Oleh: Izar Tirta).

 

Friday, May 21, 2021

Bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus

Apakah yang dimaksud dengan bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus?
Bagaimana caranya? Apa tujuannya? Dan mengapa kita melakukannya?


Bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus


Oleh: Izar Tirta


Versi Audio tulisan ini dapat didengarkan melalui: Spotify atau Anchor


Ayat Firman Tuhan
Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Rasul 1:8)

Ini adalah ucapan Tuhan Yesus kepada para murid sebelum Tuhan kita naik ke sorga. Alih-alih membiarkan para murid berputar-putar pada pertanyaan kapan segala sesuatu akan menjadi pulih (lihat ayat 6). Tuhan Yesus justru membawa mereka untuk memfokuskan perhatian kepada tanggungjawab mereka selagi masih ada di dunia, yaitu bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus. [Baca juga: Perbedaan antara perbuatan daging dan Buah Roh. Klik disini.]

Pertanyaan kita sekarang adalah seperti apakah bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus? Atau apa ciri-ciri dari orang yang bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus itu? Kita dapat membicarakan hal itu dari berbagai sudut pandang, tetapi dalam kesempatan ini saya ingin mengajak kita untuk melihat setidaknya dari tiga hal yang didasarkan pada tiga landasan Firman Tuhan terhadap pengertian dari bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus.

Pertama: dari sikap hatinya

Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar. Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah. (1 Korintus 2:3-5)

Dari bacaan Firman Tuhan yang ditulis oleh Rasul Paulus ini, kita belajar bahwa orang yang bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus adalah orang yang memiliki sikap hati yang sadar akan kelemahan dirinya. Oleh karena itu mereka bukan bersaksi dengan hikmat yang meyakinkan dari seorang manusia, tetapi bersaksi di dalam rasa takut yang suci dan kegentaran yang kudus kepada Tuhan. Kesaksian mereka bukan ditopang oleh hikmat manusia, metode, strategi, pengalaman dan kekuatan manusia, tetapi semata-mata ditopang oleh kuasa Roh Kudus.

Seringkali di dalam berbicara tentang tindakan bersaksi, kita membayangkan diri kita pergi dalam suatu perjalanan misi ke desa-desa yang miskin atau ke tempat-tempat yang minim pengetahuan atau setidaknya berbicara kepada orang-orang yang kita anggap belum tahu sesuatu yang kita tahu. Lalu kita datang sebagai orang yang kuat. Kuat disini maksudnya bukan kuat secara otot, tetapi kuat ekonominya, atau kuat pengetahuannya, atau relasinya, atau pengalamannya. Lalu kita membayangkan diri kita sebagai orang dengan kelebihan tertentu sedang menolong atau melayani orang-orang yang ekonominya lemah, pengetahuannya minim, kurang gaul, kurang pengalaman dan serba kekurangan lainnya.

Meskipun secara humanisme tindakan semacam itu mungkin terlihat baik, tetapi sikap seperti itu sama sekali bukan hikmat yang berasal dari Roh Kudus. Sikap seperti itu lebih mirip hikmat kolonial, yaitu orang-orang dari kalangan atas yang sedang menolong orang-orang yang “ada di bawah sana.”

Bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus berarti kita sadar bahwa yang benar-benar kuat adalah Roh Kudus bukan kita. Kita dan orang-orang yang kita layani memiliki posisi yang sama. Tidak ada yang lebih tinggi, tidak ada yang lebih rendah. Kalau kita bisa melayani orang lain melalui kesaksian kita, maka itu semata-mata karena Roh Kudus yang memberi kesempatan untuk melayani. Kita harus meminta kekuatan, pengarahan Roh Kudus di dalam doa untuk pelayanan kesaksian ini.

Berbicara tentang rasa takut dan gentar di dalam bersaksi mungkin terdengar mudah dan terasa seperti konsep yang indah. Tetapi melakukan hal tersebut bukanlah perkara yang sedemikian mudah. Apalagi bagi orang-orang yang sudah cukup senior usianya, atau sudah banyak pengalaman atau sudah memiliki berbagai titel di dalam pendidikan.

Segala pengalaman dan pengetahuan yang kita miliki bisa menjadi penghalang bagi kita untuk mengalami apa artinya merasa takut dan gentar di hadapan Tuhan. Biasanya, karena merasa sudah pengalaman, sudah biasa melakukan ini dan itu, atau merasa sudah banyak tahu, maka seseorang cenderung tidak merasa takut lagi. Butuh anugerah dan belas kasihan Roh Kudus sendiri untuk menolong kita memiliki kerendahan hati yang tulus dan kegentaran yang kudus itu, agar kesaksian kita sungguh-sungguh merupakan kesaksian di dalam kuasa Roh Kudus dan bukan kesaksian yang ditopang oleh kuasa kita sendiri.


Kedua: dari isi kesaksiannya

Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku. (Yohanes 15:26)

Apabila seseorang bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus, maka dapat dipastikan bahwa Isi dari kesaksiannya adalah Yesus Kristus. Sebab Roh Kudus tidak pernah tertarik berbicara tentang diri-Nya sendiri. Roh Kudus juga tidak tertarik untuk membicarakan tentang manusia. Roh Kudus hanya tertarik untuk berbicara tentang Kristus.

Tidak sedikit orang yang kelihatannya seperti sedang bersaksi, tetapi isi kesaksiannya adalah tentang dirinya sendiri, tentang keluarganya, tentang anaknya, tentang pencapaiannya, tentang prestasinya, tentang jasanya, tentang mimpi-mimpinya, kesedihannya, kesenangannya dan masih banyak lagi, daftarnya bisa panjang sekali. Jika sudah begini, lalu dimanakah kesaksian tentang Kristus? Ia hanya tokoh sambil lalu yang disebutkan sekali-sekali saja. Ia bukan tokoh utama dalam kesaksian kita, melainkan diri kita sendirilah pusat dari kesaksian itu.

Kesaksian semacam itu bukan kesaksian yang berada di bawah kuasa Roh Kudus, melainkan kesaksian yang berada di bawah kuasa kedagingan. Sebagai pelayan kesaksian, motif utama kita dalam bersaksi seharusnya selalu dan senantiasa adalah agar Kristus dipermuliakan di antara manusia.

Kadang orang berpikir bahwa tujuan utama pemberitaan Injil atau kesaksian Kristen adalah agar manusia diselamatkan. Di satu sisi tentu saja kita ingin agar manusia percaya dan diselamatkan, akan tetapi di sisi lain, tujuan semacam ini tidaklah lengkap. Sebab pada kenyataannya tidak semua orang yang mendengar kesaksian tentang Kristus akhirnya menjadi percaya. Lagipula apabila melihat pada tulisan Yohanes di atas, kita mendapati bahwa Roh Kudus datang untuk bersaksi bagi Kristus. Yaitu agar kemuliaan Kristus menjadi nyata di hadapan manusia.

Entah manusia menerima, entah manusia menolak, kemuliaan Kristus telah dinyatakan melalui kesaksian Roh Kudus. Jika manusia menerima, maka kemuliaan Kristus dinyatakan sebagai Juruselamat manusia. Tetapi ketika manusia menolak pun, kemuliaan Kristus tetap dinyatakan yaitu sebagai Hakim bagi manusia itu. Entah manusia menuju kehidupan kekal, ataukah mereka menuju kebinasaan kekal, Roh Kudus telah menyaksikan kemuliaan Kristus di hadapan manusia.


Ketiga: dari sasaran utama pelayanannya

Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan. Dan janganlah berpikir dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, akan ditebang dan dibuang ke dalam api." (Lukas 3:8-9)

Kita bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus apabila harapan kita yang terbesar pada diri orang yang dilayani adalah agar mereka menghasilkan buah pertobatan yang nyata. Ada kalanya orang Kristen berpikir bahwa berita Injil itu adalah manusia berdosa, Kristus mati dan bangkit untuk manusia, manusia percaya pada Kristus, lalu manusia itu mati dan pergi ke sorga. Meskipun komponen-komponen yang disebutkan tadi ada benarnya, tetapi berita Injil tidaklah sesederhana itu.

Apa yang dikatakan oleh Lukas adalah berita Injil juga, itu sebabnya kita menamakan tulisan Lukas itu sebagai Injil Yesus Kristus menurut Lukas. Dan di dalam berita Injil tersebut, Lukas juga memaparkan berita tentang kapak yang tersedia pada akan pohon, dan setiap pohon yang tidak berbuah, akan ditebang dan dibuang ke dalam api.

Pertanyaannya bukan semata-mata apakah kita sudah percaya pada Yesus Kristus saja, pertanyaannya adalah apakah kita dapat melihat adanya buah-buah pertobatan yang nyata yang dihasilkan di dalam hidup kita melalui kepercayaan pada Yesus Kristus tersebut?

Apakah orang yang kita layani kini memiliki kerinduan untuk beribadah? Apakah mereka semakin mengasihi Kristus? Semakin mengasihi sesama? Dan semakin membenci dosa? Adakah karakter yang baik yang bertumbuh semakin serupa dengan Kristus? Kita bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus apabila di dalam hati kita ada kerinduan untuk melihat buah Roh ini di dalam diri orang-orang yang kita layani.

Kita tidak bersaksi kepada orang lain supaya mereka yang tadinya bodoh, tidak sekolah lalu kini jadi sarjana. Kita tidak bersaksi kepada orang lain supaya mereka yang tadinya miskin, lalu kini berubah jadi pengusaha yang berhasil. Meskipun semua itu baik di dalam konteks humanistik, tetapi bukan itu tujuan utama dari kesaksian yang dikuasai oleh Roh Kudus. Apabila orang-orang yang dilayani ini tidak menghasilkan buah Roh yang nyata di dalam kehidupannya, maka seperti yang Lukas katakan, kapak sudah tersedia bagi mereka, dan demikian pula dengan api kebinasaan kekal itu.

Kisah Para Rasul tidak pernah mencatat dimana para Rasul bersuka cita karena jemaat yang tadinya bodoh lalu belakangan jadi sarjana semua. Kisah Para Rasul tidak permah mencatat dimana para Rasul bersuka cita karena jemaat yang tadinya miskin, lalu belakangan jadi sukses di dalam bisnis semua. Don’t get me wrong. Kita tentu saja tidak anti pada kesejahteraan lahiriah. Kita ini pengikut Kristus, bukan penganut ajaran Platonik atau Neo Platonik. Tetapi kalau sukacita kita diletakkan pada hal-hal lahiriah saja, tetapi kita kurang menaruh perhatian pada spiritualitas dari orang yang kita layani, maka kita bukan bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus, melainkan bersaksi di bawah hikmat manusia.

Apabila kita membaca Kisah Rasul 2:41-47 tentang cara hidup jemaat. Atau Kisah 4:32-37 yang juga berbicara tentang cara hidup jemaat. Maka yang kita dapati adalah sekumpulan jemaat yang semakin giat berbagi dan memberi kepada sesamanya. Bukan makin tinggi pendidikannya, bukan makin banyak pundi-pundi kekayaannya, bukan makin menerima dan makin menerima, tetapi makin berbagi dan makin memberi. Inilah yang menyukakan hati para Rasul, inilah yang menyukakan hati Tuhan, sebab inilah ciri dari kehidupan yang semakin berbuah, semakin bertumbuh di dalam kuasa Roh Kudus.

Jadi kalau kita ringkas sekali lagi, bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus dapat kita pahami dari tiga sudut pandang:

Pertama, yaitu dari sikap hatinya.
Orang yang bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus memiliki sikap yang rendah hati, menyadari bahwa dirinya lemah dan hanya Roh Kudus saja yang punya kuat kuasa untuk memakai kesaksian itu bagi kemuliaan Tuhan

Kedua, yaitu dari isi kesaksiannya.
Orang yang bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus hanya tertarik untuk menyaksikan tentang Yesus Kristus yang mati di kayu salib untuk menebus manusia dari dosa, dan yang bangkit kembali untuk memberikan hidup yang kekal kepada manusia yang percaya kepada-Nya. 

Untuk lebih mengenal Yesus Kristus, kita dapat pula merenungkan tentang alasan kedatangan Tuhan sebagai manusia melalui sebuah tulisan berjudul: Mengapa Tuhan Yesus datang sebagai Manusia? Klik disini

Dan untuk lebih mempertebal iman kita pada kebangkitan Tuhan Yesus, kita dapat pula merenungkan sebuah kisah penemuan kubur yang diduga sebagai kuburan Tuhan kita. Ada banyak polemik seputar penemuan kubur tersebut, namun sebagai orang Kristen kita tahu bahwa di balik segala polemik dan upaya manusia mendiskreditkan berita Alkitab, kebangkitan Tuhan Yesus tetap merupakan kebenaran yang tidak tergoyahkan. Ulasan tentang hal itu bisa di Baca pada tulisan: Apakah kubur Tuhan Yesus telah ditemukan? Klik disini

Ketiga, yaitu dari sasaran utama pelayanannya.
Orang yang bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus memiliki sasaran utama berupa pertumbuhan rohani dari orang yang dilayani. Kesejahteraan hidup memang baik, kesehatan juga baik dan perlu dijaga, tetapi fokus utama dari pelayanan kesaksian di dalam kuasa Roh Kudus adalah agar orang yang menerima kesaksian itu bertumbuh di dalam kerohanian. Sehingga mereka tetap dapat mengenal Tuhan meskipun secara ekonomi kehidupan mereka kurang sejahtera dan mereka tetap bisa memuliakan Tuhan meskipun di dalam dunia ini mereka mengalami sakit penyakit.

Untuk lebih memahami tentang pertumbuhan rohani, kita dapat mempelajari tulisan dari Rasul Petrus. Ada beberapa tulisan yang membahas tentang pandangan Rasul Petrus mengenai pertumbuhan rohani seperti yang dapat dibaca pada beberapa tema di bawah ini:
Pengantar Surat 2 Petrus. Klik disini
Renungan dari 2 Petrus 1:3 tentang panggilan hidup kudus. Klik disini
Renungan dari 2 Petrus 1:4 tentang janji anugerah dan janji panggilan Tuhan. Klik disini
Renungan dari 2 Petrus 1:5 tentang iman, kebajikan dan pengetahuan. Klik disini


Kiranya Tuhan berbelas kasihan pada kita semua. Kiranya Tuhan juga berbelas kasihan kepada orang-orang yang kita layani. Dan kiranya di dalam sisa waktu yang Tuhan izinkan untuk kita miliki, kita boleh semakin giat untuk bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus, sampai pemulihan yang Tuhan Yesus janjikan itu tiba. Tuhan Yesus memberkati. Amin.


Baca juga:
Disalibkan bersama Kristus. Klik disini

Apakah arti dari kebebasan? Klik disini
Siapakah Teofilus dalam Lukas 1? Klik disini
Apakah Tuhan pernah bermusuhan? Klik disini