Pendahuluan
Tulisan di bawah ini adalah jawaban dari sebuah pertanyaan yang diajukan oleh seorang teman sehubungan dengan masalah pencobaan terhadap manusia. Di dalam tulisan ini dibahas:
1. Apakah konsep pencobaan di dalam Yakobus dan Doa Bapa Kami bertentangan?
2. Siapakah yang sebenarnya mencobai manusia?
3. Apakah peranan Allah Bapa di dalam pencobaan terhadap manusia.?
4. Apa yang dimaksud dengan pencobaan?
5. Apa tujuan dari pencobaan?
6. Siapa sajakah yang pernah mengalami pencobaan di dalam Alkitab?
7. Apa fungsi dari Doa Bapa Kami?
8, Apa yang diajarkan dalam Doa Bapa Kami?
Semoga tulisan singkat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
[Baca Juga: Ketika hidup kita sangat berkekurangan. Klik disini.]
Siapakah yang mencobai manusia?
Di dalam Yakobus 1:13 dikatakan: “Apabila seorang
dicobai, janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!"
Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai
siapapun.” Namun dalam Doa Bapa Kami ada tertulis: “Dan janganlah masukkan kami ke dalam percobaan.”
Jadi apakah sebetulnya Tuhan mencobai manusia ataukah tidak? Mengapa
konsep di dalam Yakobus 1:13 tersebut terlihat seperti bertentangan dengan Doa
Bapa Kami? Dan apakah dengan demikian berarti bila kita tidak berdoa, maka
Tuhan akan memasukkan kita ke dalam pencobaan? [Baca juga: Keunikan ajaran Alkitab tidak ada bandingnya. Klik disini.]
Jawaban:
Pertama-tama kita perlu memahami apa
yang dimaksud dengan pencobaan itu sendiri? Pencobaan adalah segala upaya yang
dilakukan oleh pihak tertentu kepada diri seseorang agar orang itu jauh atau
melawan Tuhan.
Buku "Memulai Kembali" oleh Max Lucado
Di sepanjang Alkitab, pribadi yang
selalu melakukan pencobaan terhadap manusia adalah Iblis.
Contoh:
Di taman Eden, Adam dan Hawa dicobai
oleh Iblis untuk memberontak terhadap perintah Allah.
Di zaman Ayub pun, kita tahu bahwa
pencobaan dilakukan oleh Iblis dengan tujuan agar Ayub marah dan melawan Tuhan.
Yudas Iskariot juga dicatat sebagai
orang yang telah dicobai oleh Iblis.
Dan bahkan Yesus sendiri pun pernah
dicobai oleh Iblis di padang gurun dengan tujuan agar Yesus gagal dalam
tugas-Nya sebagai Mesias.
Jadi kita lihat, bahwa mencobai
manusia adalah pekerjaan Iblis. Sama seperti berdusta dan membunuh adalah
pekerjaan Iblis, demkian pula mencobai manusia pun adalah pekerjaan Iblis.
Jika demikian, dimanakah peran serta
Allah di dalam proses pencobaan oleh Iblis kepada manusia ini?
Allah tidak mencobai manusia, namun di
dalam kedaulatan-Nya Allah kadang membiarkan Iblis mencobai manusia.
Tetapi mengapa Allah membiarkan Iblis
mencobai manusia?
Ada beberapa alasan mengapa Allah membiarkan
Iblis mencobai manusia:
-
Orang itu
memang pada dasarnya tidak percaya pada Allah, sehingga Allah pun membiarkan
saja Iblis melakukan apapun yang disukainya.
-
Orang itu
adalah orang percaya, namun Allah ingin menguji hatinya, sehingga Allah
mengizinkan Iblis mencobai orang itu. Ada yang berhasil melewati ujian
tersebut, misalnya Yesus Kristus. Namun ada banyak pula yang gagal di dalam
pencobaan Iblis tersebut.
Ayub adalah contoh dimana Allah
membiarkan atau mengizinkan Iblis mencobai dia. Apakah Ayub berhasil melewati
pencobaan tersebut? Tidak. Namun di dalam kedaulatan-Nya sekali lagi Allah bisa
memberi anugerah pengampunan pada mereka-mereka yang gagal ketika dicobai.
Jadi sampai disini kita sudah jelas
bahwa Allah tidak mencobai manusia. Iblis-lah yang mencobai manusia. Allah di
dalam kedaulatan-Nya dapat mengizinkan Iblis mencobai menusia.
Lalu bagaimana dengan Doa Bapa Kami?
Mengapa seolah-olah Doa Bapa Kami
mengajarkan konsep bahwa Allah mencobai manusia? Apakah Doa Bapa keliru?
Dalam hal ini perlu kita ingat bahwa
Doa Bapa Kami sebetulnya lebih merupakan sebuah format atau template dari teologi
tentang doa ketimbang sebuah ucapan doa praktis sehari-hari. Itu pula sebabnya,
di dalam doa sehari-hari kepada Tuhan, kita tidak wajib mengikuti kata demi
kata dari Doa Bapa Kami tersebut. Dalam doa sehari-hari, yang terpenting adalah
ucapan jujur dari hati ketimbang serangkaian kata yang kita hafal. Doa seharusnya
merupakan sebuah percakapan antara kita dengan Tuhan, dapatkah kita bayangkan
sebuah hubungan yang di bangun dengan percakapan yang diulang-ulang dan
dihafal? Bukankah itu akan menjadi sebuah pola hubungan yang aneh? Percakapan
yang baik dari sebuah hubungan yang baik adalah sebuah percakapan yang hidup,
dinamis, jujur, apa adanya serta natural dan mengalir dari jiwa kita sendiri.
Jadi apakah gunanya Doa Bapa Kami? Doa
Bapa Kami tentu sangat berguna, sebab jika tidak berguna mengapa Yesus
mengajarkannya pada kita bukan?
Dari Doa Bapa Kami yang diajarkan oleh
Yesus, kita belajar sebuah kerangka dari teologi doa, yaitu tentang:
1. Kepada
siapa kita harus berdoa.
2. Apa
hubungan diri kita dengan Dia yang mendengar doa kita tersebut.
3. Bagaimana
mengatur hubungan kita dengan Dia.
4. Bagaimana
mengatur hubungan kita dengan sesama kita sendiri.
Kata: “Dan janganlah masukkan kami ke dalam percobaan.”,
dapat kita kategorikan ke dalam bagaimana mengatur hubungan kita dengan Dia.
Melalui kata-kata tersebut kita sadar bahwa:
1. Kita ini makhluk
yang lemah, kita tidak mampu mengatasi persoalan kita.
2. Kita sadar bahwa ada
Iblis yang jauh lebih kuat dari kita dan siap mencobai kita kapan pun.
3. Kita sadar bahwa ada
Bapa yang lebih berkuasa dari Iblis, Bapa yang mampu melindungi kita dari
kejahatan Iblis tersebut.
Jadi Doa Bapa Kami ini adalah sebuah ajaran tentang
doa yang mengajar kita untuk selalu mawas diri, untuk tidak mempercayai
kekuatan kita sendiri, melainkan bersandar sepenuhnya pada Allah dalam hal:
1. Makanan
2. Pengampunan
3. Perlindungan
Manusia itu sifatnya adalah sombong, yaitu merasa
mampu mengatur diri sendiri dan berkuasa atas dirinya sendiri. Tetapi melalui
Doa Bapa Kami kita diajar bahwa untuk makan pun sebenarnya kita harus bersandar
pada Bapa. Terlebih lagi untuk pengampunan dan perlindungan dari kuasa jahat
Iblis yang suka mencobai manusia.
Jadi demikian dapat kita simpulkan bahwa Yakobus dan
Doa Bapa Kami ini tidak memiliki konsep yang berbeda. Keduanya saling
melengkapi pengertian kita. Yang terpenting adalah bagaimana kita saat ini
disadarkan bahwa diri kita ini lemah dan butuh bersandar senantiasa pada Allah
Bapa yang mengasihi kita.
Amin.