Friday, November 28, 2025

Pelayanan, penangkapan dan pembunuhan terhadap Yohanes Pembaptis

 

Lukisan The Apparition, karya Gustave Moreau 1876. Kepala Yohanes Pembaptis yang terpenggal 


Matius 14:3-5 3Sebab memang Herodes telah menyuruh menangkap Yohanes, membelenggunya dan memenjarakannya, berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya. 4Karena Yohanes pernah menegornya, katanya: "Tidak halal engkau mengambil Herodias!" 5Herodes ingin membunuhnya, tetapi ia takut akan orang banyak yang memandang Yohanes sebagai nabi.

 

Pelayanan Yohanes Pembaptis

Pertama kali nama Yohanes Pembaptis disebutkan di dalam Alkitab adalah dalam kitab Matius, yaitu: 1Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan:  2"Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" (Matius 3:1-2)

Kemunculan Yohanes Pembaptis cukup unik karena ia mula-mula tampil di padang gurun Yudea sambil membawa berita tentang kerajaan sorga. Mengapa hal ini menjadi sesuatu yang unik? Karena di daerah Yudea tersebut, terdapat kota Yerusalem dan di dalam kota Yerusalem ada Bait Allah. Seharusnya Bait Allah merupakan tempat di mana pemberitaan Firman itu berpusat, sebab di sanalah orang-orang Yahudi beribadah.

Tampilnya Yohanes Pembaptis di padang gurun, menjadi semacam pesan dari Tuhan kepada umat-Nya, bahwa Bait Allah yang ada saat itu telah gagal dalam menjalankan fungsinya sebagai Bait Allah, yaitu Rumah darimana Tuhan menyampaikan Firman-Nya kepada umat. Sedemikian rupa hingga Tuhan memilih padang gurun Yudea sebagai pusat pemberitaan Firman yang begitu penting bagi umat Tuhan, yaitu bertobat, karena kedatangan Kerajaan Sorga yang sudah semakin mendekat itu.

Yohanes Pembaptis bukan tokoh agama yang resmi diakui oleh organisasi keagamaan ketika itu, tetapi ia diakui dan ditunjuk oleh Allah sendiri untuk bekerja bagi-Nya. Bukan jabatan keagamaan yang terpenting di sini, tetapi berita apa yang dibawa oleh orang tersebutlah yang dianggap penting oleh Tuhan.

Kehadiran Yohanes Pembaptis, bahkan sudah diberitakan sejak sekitar 700 tahun sebelumnya, yaitu melalui nabi Yesaya, sebagaimana dikutip oleh Matius demikian: Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: "Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya." (Matius 3:3)

Jangankan jabatan, bahkan namanya pun tidak disebutkan, ia hanya diidentifikasikan sebagai: “suara orang yang berseru-seru di padang gurun.” Untuk menegaskan pada kita, bahwa ini semua bukan tentang Yohanes Pembaptis secara pribadi, bukan dia yang harus menjadi perhatian utama kita, tetapi berita apa yang sedang dia beritakan, itulah yang harus menjadi perhatian kita semua.

Injil Markus menambahkan suatu kebenaran lain tentang pelayanan Yohanes Pembaptis, selain sebagai suara atau pemberita Firman, yaitu sebagai Pembaptis (itu sebabnya ia dikenal sebagai Yohanes Pembaptis, sekaligus untuk membedakan dirinya dari Yohanes yang menjadi rasul Tuhan Yesus). Markus menulis demikian: 4demikianlah Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan: "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu." 5Lalu datanglah kepadanya orang-orang dari seluruh daerah Yudea dan semua penduduk Yerusalem, dan sambil mengaku dosanya mereka dibaptis di sungai Yordan. (Markus 1:4-5)

Jadi kalau kita bicara tentang pelayanan Yohanes Pembaptis, maka ada dua hal saja yang menjadi fokus pelayanannya, yaitu memberitakan Firman dan membaptis. Tidak banyak ragam pekerjaan, tidak menyandang gelar atau jabatan, tidak ada dukungan financial dari donatur, tidak ada fasilitas apalagi kemewahan, Yohanes Pembaptis bahkan tidak memiliki semacam gereja atau rumah atau bangunan yang bisa dipakai sebagai pusat pelayanannya tersebut. Alam itu sendirilah yang menjadi mimbar pelayanan Yohanes Pembaptis. Padang gurun dan sungai Yordan adalah mimbar ciptaan Allah bagi Yohanes dapat fokus memulai pelayanannya secara setia.

Mungkin ini bisa menjadi kritikan bagi kita yang terlalu overthinking di dalam menjalankan pelayanan. Kita menuntut bahwa harus ada fasilitas ini dan itu sebelum memulai pelayanan kita. Dan kita pun kadang ingin memegang begitu banyak ragam bidang pelayanan, terlibat di sini dan di sana. Tentu saja bukan berarti pasti keliru jika seseorang memegang begitu banyak ragam pelayanan, akan tetapi jika hal itu dilakukan hanya supaya kita dianggap penting oleh orang lain, barangkali kita harus bertobat dan belajar pada Yohanes Pembaptis.

 

Mengapa Yohanes Pembaptis di tangkap?

Pada suatu hari di sekitar tahun 28 – 29 Masehi, namun tidak diketahui kapan persisnya, Yohanes Pembaptis telah mengkritik Herodes Antipas secara terbuka karena ia telah mengambil istri saudaranya sebagai gundik.

Sebagai seorang yang dianggap nabi oleh masyarakat pada zaman itu, Yohanes Pembaptis tidak terikat oleh strata sosial tertentu sehingga ia mempunyai semacam kebebasan untuk berbicara kepada publik. Sangat mungkin teguran Yohanes kepada Herodes tersebut dilakukan melalui salah satu khotbah yang disampaikan oleh Yohanes kepada khalayak ramai.

Memang Yohanes Pembaptis adalah seorang nabi Allah yang sangat berani dalam menyuarakan kebenaran. Ketika ada suatu tindakan atau praktik yang di matanya merupakan tindakan yang tercela, maka Yohanes Pembaptis tidak segan-segan untuk mengkritik pelaku tindakan tercela tersebut. Sejak awal kemunculannya, Yohanes Pembaptis sudah mengkhotbahkan pertobatan dengan kalimat-kalimat yang cukup keras kepada masyarakat Israel. Alkitab misalnya mencatat salah satu peristiwa demikian: Lalu ia berkata kepada orang banyak yang datang kepadanya untuk dibaptis, katanya: "Hai kamu keturunan ular beludak! Siapakah yang mengatakan kepada kamu melarikan diri dari murka yang akan datang? (Lukas 3:7)

Yohanes Pembaptis melihat dirinya sebagai wakil dari suara Allah untuk membawa manusia kepada pertobatan. Oleh karena itu, tidak terlalu mengherankan apabila Yohanes Pembaptis tidak ada keraguan sedikitpun untuk menegur orang-orang berdosa, bahkan jika orang berdosa itu adalah seorang penguasa seperti Herodes sekalipun.

Teguran Yohanes Pembaptis kepada Herodes yang disampaikan secara terbuka tersebut, rupanya kali ini menimbulkan kemarahan di dalam diri Herodes, sehingga ia segera memerintahkan penangkapan terhadap Yohanes Pembaptis.

 

Dimanakah Yohanes Pembaptis di penjarakan?

Rupanya kemarahan Herodes Antipas sudah sedemikian besar terhadap Yohanes Pembaptis sehingga ia, menyuruh menangkap Yohanes, membelenggunya dan memenjarakannya

Sejarah memperkirakan bahwa Yohanes Pembaptis di penjarakan di benteng Machaerus, yang berlokasi di sebelah timur dari Laut Mati. Terletak di atas bukit dengan pemandangan yang indah ke arah Laut Mati, benteng ini menjadi tempat terakhir bagi Yohanes Pembaptis melihat kehidupan di dunia ini, karena disinilah ia dibunuh oleh Herodes dengan cara dipenggal.

Hingga saat ini, benteng Machaerus dikenal sebagai situs archaelogi penting yang juga menjadi tujuan wisata rohani. Karena segala sesuatu yang terjadi pada diri Yohanes Pembaptis, tempat itu pada saat ini dikenal pula sebagai The Sacred Town of John the Baptist.

 

Kapankah Yohanes Pembaptis di bunuh?

Diperkirakan pada tahun 30 Masehi, Herodes memerintahkan bawahannya untuk memenggal kepala Yohanes Pembaptis.

Semenjak merasa ditegur oleh Yohanes Pembaptis, Herodes sudah berkeinginan untuk membunuh Yohanes, akan tetapi ia belum berani bertindak sembarangan karena merasa takut pada orang banyak. Matius menulis demikian: 5Herodes ingin membunuhnya, tetapi ia takut akan orang banyak yang memandang Yohanes sebagai nabi. Itu sebabnya ada jarak sekitar 1 atau 2 tahun antara moment penangkapan hingga akhirnya Yohanes Pembaptis dibunuh.

Adapun yang menjadi pemicu terhadap pembunuhan Yohanes Pembaptis adalah justru berasal dari istri Herodes sendiri, yaitu Herodias yang sangat mungkin merasa sangat tersinggung pula oleh teguran yang dilontarkan oleh Yohanes Pembaptis.

Injil Matius mencatat peristiwa tragis yang menimpa Yohanes Pembaptis secara demikian: 6Tetapi pada hari ulang tahun Herodes, menarilah anak perempuan Herodias di tengah-tengah mereka dan menyukakan hati Herodes, 7sehingga Herodes bersumpah akan memberikan kepadanya apa saja yang dimintanya. 8Maka setelah dihasut oleh ibunya, anak perempuan itu berkata: "Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam." 9Lalu sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya diperintahkannya juga untuk memberikannya. 10Disuruhnya memenggal kepala Yohanes di penjara 11dan kepala Yohanes itupun dibawa orang di sebuah talam, lalu diberikan kepada gadis itu dan ia membawanya kepada ibunya. (Matius 14:6-11)

Dari sudut pandang dunia, kehidupan Yohanes Pembaptis kelihatan seperti orang yang mengalami nasib sial, sedangkan kehidupan Herodes justru terlihat seperti orang yang menang dan berhasil mengalahkan musuhnya. [Baca juga: Mengapa orang tega membunuh sesamanya? Klik disini.]

Tetapi dari sudut pandang Ilahi, justru orang seperti Yohanes Pembaptis adalah orang yang menerima hak istimewa sebagai martir. Yang rela kehilangan nyawa demi kebenaran Ilahi yang dipegangnya. Justru orang seperti Herodes dan Herodiaslah yang sedang menumpuk murka ilahi. Kemenangan sementara mereka hanyalah sebuah ilusi kehidupan. Dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi, jika mereka tidak bertobat, maka mereka akan berhadapan langsung dengan murka Ilahi yang menyala-nyala sebagai akibat dosa-dosa mereka.

 

Pelajaran apa yang kita peroleh dari hidup dan matinya Yohanes Pembaptis?

Dosa yang satu membawa pada dosa lainnya yang lebih besar

Herodes telah berdosa karena mengambil istri yang tidak seharusnya. Dosa tersebut membawa dia pada dosa berikutnya, yaitu menangkap dan bahkan muncuk keinginan untuk membunuh Yohanes Pembaptis. Ketimbang bertobat ketika mendapat teguran dari Yohanes Pembaptis, Herodes justru berusaha membungkam orang yang menyampaikan kebenaran itu kepadanya. Dan hasil akhirnya dapat kita lihat, Herodes yang sudah sedemikian terjerat di dalam dosanya, pada akhirnya tidak mampu untuk menghindar dari dosa yang bahkan lebih besar lagi yaitu benar-benar terlibat dalam pembunuhan terhadap Yohanes Pembaptis. Hati kecilnya mungkin takut untuk membunuh, tetapi konsekuensi dosa memang senantiasa akan membawa seseorang semakin dalam terjerat.

Kesetiaan pada Tuhan tidak dapat dipisahkan dari jalan salib

Yohanes Pembaptis adalah saksi yang setia. Kesetiaannya kepada Tuhan tidak senantiasa membawa seseorang kepada kehidupan duniawi yang baik. Hidup Yohanes Pembaptis justru harus berakhir karena kesetiaannya dan keberaniannya dalam memberitakan Firman. Hal ini mengajarkan kita bahwa pengalaman nyata hidup di dalam Tuhan, tidak harus sama dengan pengalaman nyata hidup di dalam dunia ini. Ada kalanya hidup yang sejati di dalam Tuhan, justru dapat membawa kita pada kematian secara jasmaniah di dunia ini. Sebaliknya orang yang mempunyai hidup yang luar biasa di dunia ini, ditandai dengan banyak kekayaan, popularitas, banyak keberuntungan, tidak harus ditafsirkan bahwa ia pasti memiliki hidup di dalam Tuhan. [Baca Juga: Ham dikutuk Tuhan, namun keluarganya kaya dan berkuasa. Klik disini.]

Kiranya melalui kisah kehidupan, pelayanan dan kematian Yohanes Pembaptis, kita semakin dapat merefleksikan kehidupan kita sendiri di hadapan Tuhan. Apakah kita lebih mirip kehidupan Yohanes Pembaptis ataukah kita lebih sering hidup di dalam paradigma yang dianut oleh Herodes. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

 

Baca juga:
Dari gelap menuju terang. Klik disini.