Showing posts with label Amsal. Show all posts
Showing posts with label Amsal. Show all posts

Sunday, March 31, 2024

Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan

Apa yang harus kita pahami dari perkataan Amsal yang berbunyi “Takut akan Tuhan adalah permulaan dari pengetahuan.” tersebut?

Setidaknya ada 3 hal yang dapat kita renungkan, yaitu :

Pertama, bahwa di dalam hidup ini ada Tuhan yang harus ditakuti oleh manusia. Ini bukan sesuatu yang secara otomatis pasti dimiliki oleh semua orang di dunia. Banyak orang memiliki berbagai rasa takut di dalam hidupnya. Ada yang takut pada kematian, ada yang takut miskin, takut sakit, ada pula yang takut dilupakan, takut kepada setan, takut kepada orang-orang jahat dan masih banyak lagi. Tetapi Amsal mengingatkan bahwa ada sebuah rasa takut yang paling utama yang harus dimiliki manusia, yaitu takut kepada Tuhan.

Kedua, bahwa segala sesuatu yang dapat dicapai oleh rasio manusia, seperti intelektualitas, emosi dan kehendak, harus ditundukkan di bawah kuasa Tuhan. 

Daya pikir kita (intelektual) harus dikendaikan oleh rasa takut akan Tuhan. Kemampuan kita untuk berlogika seharusnya dipakai untuk mengerti dan mengenal Tuhan, bukan malah dipakai untuk menyerang, mendiskreditkan atau menghina Pribadi Tuhan.

Emosi perasaan kita harus dikendalikan untuk merasa takut kepada Tuhan, yaitu takut mengecewakan-Nya, takut membuat Tuhan sedih, takut membuat Tuhan marah, takut kurang mengasihi Tuhan. Bukankah di dalam hidup ini kita bisa merasa takut kurang berbuat semaksimal mungkin bagi orang yang kita kasihi? Misalnya, orang tua bisa merasa takut kurang memberi anaknya segala sesuatu yang terbaik. Seorang pacar bisa merasa takut kurang menunjukkan cinta kepada pasangannya. Jika kita sebagai manusia bisa merasa takut kurang memberi kepada manusia lainnya, mengapa kita tidak memiliki rasa takut yang sama kepada Tuhan?

Daya kehendak kita (willingness) sepatutnya digerakkan pula oleh rasa takut kepada Tuhan. Kita ingin belajar mengasihi, karena kita ingin menyenangkan Tuhan. Kita mau menjauhkan diri dari dosa karena kita takut menyakiti hati Tuhan.

Ketiga, segala yang dapat dicapai oleh rasio itu, suatu saat akan berhadapan dengan penghakiman Allah, harus dipertangungjawabkan kepada Allah. Pikiran kita akan dihakimi, emosi kita akan dihakimi, kehendak kita pun akan dihakimi oleh Tuhan.

Amsal 1:7 telah memberikan suatu gambaran tentang kondisi normal manusia sebagaimana Tuhan menciptakan kita, yaitu di mana Tuhan menjadi pusat dari kehidupan manusia.

Di sisi lain, aktivitas sehari-hari kita yang telah dipengaruhi oleh sifat berdosa, selalu cenderung mengalihkan perhatian kita dari Tuhan yang sejati, yaitu Tuhan yang harus ditakuti ini. Jangankan merasa takut, memikirkan Tuhan pun jarang, atau bahkan tidak sama sekali. Bagi banyak orang, Tuhan bahkan dianggap tidak ada, atau pun dianggap sebagai yang tidak memiliki keterkaitan dengan kehidupan manusia sehari-hari.

Berita-berita tentang kematian, berita-berita tentang bencana alam atau musibah apapun yang kita dengar atau baca melalui media massa, seringkali membuat kita merasa sangat gentar. Kita bertanya-tanya, bagaimana jika sendainya itu terjadi padaku? Apakah aku siap? Semua itu membuat kita sadar bahwa diri kita ini sangat rapuh.

Melalui berita kematian yang kita dengar sehari-hari, kita menjadi sadar, bahwa segala yang kita miliki selama ini telah membuat kita lupa betapa rapuhnya diri ini apabila dibandingkan dengan kematian itu sendiri. Segala yang kita anggap penting, tiba-tiba tidak ada artinya lagi apabila diperhadapkan dengan kematian.

Sebuah peristiwa kematian membuat kita sadar akan keterbatasan kita. Kita kembali diingatkan bahwa hidup kita sendiri pun suatu saat akan berakhir. Kita sadar bahwa kita sangat tidak berdaya. Ketika segalanya berjalan baik, kita selalu merasa bahwa kesulitan tidak mungkin datang pada kita. Kita selalu merasa bahwa diri kita cukup mampu menghadapi dunia ini. Berita kecelakaan dapat membuat kita menjadi sadar bahwa kita ini hanya manusia biasa, bukan Tuhan yang penuh kuasa.

Itu sebabnya, sangatlah wajar dan masuk akal untuk merasa takut kepada Tuhan. Jangan tunggu hingga bencana datang, untuk kita mulai merasa takut kepada Tuhan. Bacalah Alkitab, kenalilah Tuhan yang sejati itu, dan biarlah rasa takut kita kepada Tuhan menjadikan kita sebagai orang yang semakin hari semakin hidup di dalam perkenanan Tuhan.

Kiranya Tuhan memberkati kita semua. Amin.

Wednesday, November 7, 2018

Apakah yang dimaksud dengan Hikmat?



Sebuah eksposisi singkat terhadap Amsal 1:1-2a

Oleh: Izar Tirta

Bacaan: Amsal 1:1-2a

Apakah yang dimaksud dengan hikmat?
Apakah perbedaan antara hikmat dan pengetahuan?

Banyak pemimpin negara yang telah memberikan suatu gambaran yang sangat carut marut tentang apa yang benar dan apa yang salah. Korupsi, kebohongan dan rupa-rupa kebobrokan telah menjadi tampilan sehari-hari dari para pemimpin di berbagai belahan dunia. Hal ini membuat banyak orang mulai terbiasa dengan kejahatan dan sedikit banyak memberi pengaruh buruk pula pada pola pikir masyarakat. Parahnya lagi, para pelaku kejahatan itu pun dengan begitu cerdiknya mampu memoles citra mereka begitu rupa sehingga apa yang jahat pun dapat terlihat sebagai sesuatu yang seolah-olah baik dan wajar. Jelas sekali, masyarakat butuh Firman Tuhan, agar orang tahu apa itu hikmat.

Bacaan kita hari ini mengatakan bahwa salah satu kegunaan Amsal adalah untuk mengetahui hikmat. Tetapi apakah hikmat itu? Hikmat, berbeda dengan pengetahuan. Dalam bahasa Ibrani, hikmat adalah חָכְמָ֣ה (dibaca: hokmah), sedangkan pengetahuan adalah דַּ֖עַת  (dibaca: daat). Apa perbedaan di antara keduanya?

Kata daat cukup sering digunakan dalam Alkitab dan dapat diterjemahkan menjadi mengetahui, menyadari, menemukan, mengalami serta memahami. Pengertian yang terkandung di balik kata daat tersebut adalah proses seorang manusia menerima informasi tentang segala sesuatu. Daat merujuk pada pengetahuan seperti pengetahuan tentang segala sesuatu yang terdapat di dalam alam sekitar kita (science) ataupun filsafat, yaitu pengetahuan yang muncul sebagai akibat proses berpikir dan menggunakan rasio.

Berbeda dengan daat, hokma atau hikmat adalah sebuah komitmen untuk memilih apa yang baik dan apa yang benar. Oleh karena itu, hikmat bukan saja tentang mengetahui apa yang baik dan apa yang salah, melainkan juga adalah kemauan untuk memilih apa yang baik.

Seorang yang berpengetahuan belum tentu berhikmat. Sebab belum tentu mereka memakai pengetahuannya untuk melakukan apa yang baik. Tidak sedikit para koruptor atau pun para teroris adalah orang-orang yang pintar, tetapi mereka justru memakai kepintarannya itu untuk melakukan kejahatan yang lebih besar.

Melalui Firman Tuhan sajalah, kita akan mengetahui hikmat. Melalui Firman, kita bukan saja tahu apa yang benar dan apa yang salah, tetapi kita juga akan dimampukan untuk memilih apa yang benar dan menjauh dari apa yang salah.

Bersediakah anda untuk di pimpin oleh Firman? Bersediakah anda untuk belajar mengetahui hikmat? Sudahkah anda sungguh-sungguh berusaha untuk selalu memilih apa yang baik dan apa yang mulia dalam hidup ini?

Kata kunci:
Apakah yang dimaksud dengan hikmat
Apakah yang dimaksud dengan pengetahuan
Apakah perbedaan antara hikmat dan pengetahuan
Eksposisi singkat terhadap Amsal pasal 1
Memilih apa yang benar dan menjauh dari apa yang salah
Perbedaan science dan filsafat