Maka datanglah Yesus ... (Matius 3:13a)
Alkitab banyak bicara tentang kesederhanaan Tuhan Yesus. Ia yang adalah Allah Yang Mahakuasa, mau datang ke dalam dunia yang kotor oleh dosa. Dan ketika di dalam dunia pun Tuhan Yesus tidak memilih tempat tinggal yang terkenal, atau di kota besar yang megah, melainkan di sebuah desa kecil bernama Nazaret yang sama sekali tidak memberi kesan mengagumkan bagi siapapun yang mendengar nama tempat itu.
Buku "Merenungkan Kesengsaraan Tuhan Kita Yesus Kristus"
Klik disini.
Dalam Matius 3, Tuhan Yesus yang tinggal di wilayah Galilea itu, datang menemui Yohanes untuk dibaptiskan. Bukan Tuhan yang memerintahkan Yohanes untuk datang, tetapi Tuhan Yesus-lah yang datang menemui Yohanes. Inilah letak kesederhanaan Kristus. Ia adalah Allah yang datang untuk menjumpai manusia, dan Ia akan selalu merupakan Allah yang datang mencari, datang menjumpai, datang untuk menawarkan kasih kepada manusia.
Ironisnya adalah, meskipun Ia datang untuk mengasihi, tetapi Alkitab mencatat bahwa Yesus Kristus adalah Pribadi yang paling sering dijadikan bahan pergunjingan, perdebatan, serta desas desus di antara manusia, sejak era ketika Ia masih sering berjalan-jalan kian kemari menapaki jalur-jalur berdebu di Palestina, hingga pada era kita sekarang ini.
Ia adalah tokoh yang begitu dicintai, sekaligus begitu dibenci dan sering disalahpahami oleh manusia di sepanjang segala zaman. Ada orang-orang yang rela mati demi mengasihi Dia, tetapi tidak sedikit pula yang rela membunuh demi berusaha melenyapkan pengaruh ajaran yang disebarkan-Nya.
Demikian besarnya Nama Yesus hingga seumur hidup kita pun rasanya tidak akan cukup jika dipakai untuk membahas Tokoh yang satu itu. Namun dalam tulisan kali ini saya mengajak kita semua untuk memperhatikan sebagian kecil dari cara pandang-Nya terhadap sesama dan terhadap kehidupan, khususnya ditinjau dari peristiwa pembaptisan-Nya sebagaimana dicatat oleh Matius.
Semoga melaluinya kita dapat semakin mengenal sosok pria Yahudi yang semasa hidup-Nya sering membuat pernyataan-pernyataan kontroversial ini.
Sebuah desa bernama Nazaret
Semenjak kembali dari Mesir, Yusuf membawa keluarganya menetap di sebuah kota bernama Nazaret. Sebuah kampung kecil yang tidak terkenal dan jauh dari kesan megah serta terletak di dalam wilayah Galilea, yaitu Israel bagian Utara. Dan semenjak saat itulah, Tuhan Yesus bertumbuh dewasa dan menetap di desa tersebut bersama keluarga-Nya, sehingga nama tempat itu pun akhirnya akrab melekat pada diri Pribadi-Nya, Yesus si Orang Nazaret.
Bagi orang Yahudi, wilayah Israel Utara adalah wilayah yang dianggap kurang terberkati dibandingkan wilayah Selatan. Mengapa?
Pertama, karena di wilayah Israel Selatan ada Bait Allah yang terletak di kota yang sangat terkenal, Yerusalem. Sudah jelas melalui sejarah Yahudi bahwa tempat itu adalah tempat kediaman Allah, tempat dimana Allah seringkali menyatakan kehadiran-Nya secara khusus.
Kedua, karena wilayah Utara, dahulu kala pada zaman raja-raja Israel masih berkuasa, adalah wilayah yang paling banyak diperintah oleh raja-raja yang jahat. Itu sebabnya wilayah Israel Utara inilah yang lebih dulu dihukum oleh Tuhan, melalui datangnya bangsa Asyur pada tahun 722 SM yang meluluhlantakkan kerajaan Israel Utara dan memboyong orang Israel sebagai tawanan ke Asyur. (Sebetulnya Israel Selatan tidak perlu merasa tinggi hati dengan kenyataan tersebut, sebab pada tahun 587 SM Allah mengirim pula bangsa Babel untuk meluluhlantakkan Israel Selatan karena mereka berdosa dan meninggalkan Tuhan. Warga Israel Selatan akhirnya ditawan pula dan digiring ke Babel. Dan kita mengenal peristiwa itu sebagai “pembuangan ke Babel.”)
Sepeninggalan orang Israel karena ditawan oleh Asyur, maka wilayah Utara yang terkenal dengan Danau Galilea yang indah itu, belakangan lebih banyak diisi oleh orang-orang non-Yahudi. Diperkirakan hanya sedikit populasi Yahudi yang masih tertinggal di sana. Dan bagi orang Yahudi, orang-orang non-Yahudi tersebut hanyalah warga kelas dua yang layak untuk dipandang dengan sebelah mata saja. Dalam pandangan orang Yahudi, wilayah Utara tempat Tuhan Yesus tinggal adalah wilayah bangsa-bangsa yang masih berjalan di dalam kegelapan (Yesaya 9:1).
Di sisi lain, Tuhan Yesus sendiri tidak pernah tercatat merasa malu karena menjadi warga Galilea yang dianggap kurang terberkati itu. Tuhan Yesus bahkan tidak malu dikenal sebagai warga kampung Nazaret. Salah seorang murid Kristus, yang bernama Natanael, pada waktu pertama kali bertemu dengan Tuhan Yesus, terkejut mengetahui bahwa Dia berasal dari Nazaret. Natanael berkata "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" (Yoh 1:46). Mengapa Natanael demikian terkejut dan merasa heran?
Natanael terkejut karena Nazaret benar-benar merupakan sebuah desa yang tidak terkenal sama sekali. Apabila kita mencoba mencari nama Nazaret disebutkan satu kali saja di dalam Perjanjian Lama, maka kita tidak akan berhasil. Sebab desa itu memang tidak pernah disinggung sama sekali dalam kitab Perjanjian Lama manapun. Tidak ada sejarah relijius apapun yang pernah terjadi berkenaan dengan kampung tempat tinggal Tuhan Yesus itu.
Natanael merasa heran, mungkinkah ada sesuatu yang baik datang dari Nazaret? Terlebih lagi, mungkinkah Mesias datang dari sana? Di dalam benak murid yang bingung itu, seorang Mesias seharusnya adalah Pribadi yang agung dan datang dari tempat yang agung pula. Bagaimana mungkin ada seorang yang diurapi oleh Allah tetapi datang dari tempat yang begitu tidak terberkati? Kampung yang tidak relijius sama sekali, dan terhitung sebagai wilayah kegelapan pula? Seandainya saja Tuhan Yesus berasal dari Yerusalem, tentu Natanael tidak akan seheran itu.
Mari menjadi pribadi yang rendah hati dan sederhana seperti Kristus
Penting bagi kita untuk merenung, jika Tuhan Yesus saja yang adalah Allah mau hadir ke dunia yang berdosa ini, jika Tuhan Yesus saja yang adalah Raja di atas segala raja mau datang menemui kita orang yang berdosa ini, maka apakah wajar jika kita sebagai pengikut-Nya tidak tergerak untuk melayani orang-orang yang berdosa melalui pelayanan kasih dan pelayanan Firman?
Tuhan Yesus tidak menjadi orang yang gengsi karena harus tinggal di sebuah desa kecil yang tidak terkenal sama sekali, bagaimana dengan kita? Apakah kita sendiri adalah orang yang merasa kurang percaya diri jika diketahui berasal dari daerah yang tidak terkenal? Apakah kita merasa malu jika diketahui orang sebagai orang yang sederhana? Mari kita belajar dari Yesus Kristus, Mesias yang rendah hati dan sangat sederhana itu. Tuhan memberkati. Amin.