Showing posts with label Keluaran. Show all posts
Showing posts with label Keluaran. Show all posts

Saturday, September 11, 2021

Siapakah Harun di dalam Alkitab?

Sebuah eksposisi singkat dari tokoh Alkitab Harun.
Apakah peranan tokoh Harun di dalam Alkitab?
Apa yang dapat kita pelajari dari tokoh Harun ini?
Apa yang terjadi pada Harun setelah peristiwa Lembu Emas?
Apakah Tuhan mengampuni Harun setelah peristiwa Lembu Emas itu?
Ataukah Tuhan menghukum Harun karena memimpin Israel pada penyembahan berhala?


 


Pendahuluan

Harun adalah tokoh yang cukup populer di dalam Alkitab, khususnya di dalam kitab Perjanjian Lama, dan tulisan ini merupakan sebuah pemaparan tentang tokoh Harun di dalam Alkitab tersebut. Semoga melalui tulisan ini, kita dapat lebih mengenal tokoh Harun dan terutama bagaimana pekerjaan Tuhan dinyatakan melalui dia. Dan tentu saja tujuan yang paling utama dari pembacaan Alkitab pada akhirnya adalah bagaimana kita dapat mengenal Pribadi Allah itu sendiri. [Baca Juga: Mengapa Kekristenan tidak mengakui Apocrypha sebagai Kitab Suci? Klik disini.]

Buku "Mengapa Engkau Meninggalkan Aku"
Klik disini.

Menurut Jerome nama Harun berarti "gunung kekuatan." Dia merupakan putra tertua dari Amram dan Yokhebed, berasal dari suku Lewi dan adalah saudara dari Musa dan Miryam. Hal itu tertuang dalam Bilangan 26:59 yang berbunyi: Dan nama isteri Amram ialah Yokhebed, anak perempuan Lewi, yang dilahirkan bagi Lewi di Mesir; dan bagi Amram perempuan itu melahirkan Harun dan Musa dan Miryam, saudara mereka yang perempuan.

Kitab Keluaran juga mencatat tentang hal tersebut, demikian: Dan Amram mengambil Yokhebed, saudara ayahnya, menjadi isterinya, dan perempuan itu kemudian melahirkan Harun dan Musa baginya. Umur Amram seratus tiga puluh tujuh tahun (Kel 6:20). Para ahli Perjanjian Lama memperkirakan bahwa kelahiran Harun itu terjadi pada tahun 1574 SM.

Cukup ironis bahwa nama Harun yang berarti gunung kekuatan itu, justru sempat memimpin bangsa Israel jatuh ke dalam penyembahan berhala. Dari Alkitab kita belajar bahwa semua manusia memang adalah makhluk yang telah jatuh ke dalam dosa. Betapa pun besarnya nama yang diberikan kepada seorang manusia, tetapi jika tidak ditopang oleh anugerah pertolongan Allah, maka manusia tidak akan mampu menjaga kelakuan yang berkenan di hadapan Tuhan.


[Baca juga: Bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus. Klik disini]

Di sisi lain, kejatuhan Harun di padang gurun dapat sekaligus mengajar kita akan betapa besar anugerah Tuhan pada manusia. Meskipun Tuhan tahu bahwa Harun pada suatu saat akan jatuh, tetapi Tuhan tetap memberi kesempatan dan menyelamatkan Harun dari perbudakan Mesir. Dan bahwa setelah Harun jatuh ke dalam dosa pun, Tuhan masih menerima dia, mengampuni dia dan tetap memberi peran pelayanan kepadanya.

Ketika Harun membangun sebuah anak lembu emas untuk disembah oleh orang Israel sebagaimana yang tercatat pada Keluaran 32, penghakiman yang berat menimpa orang Israel atas perbuatan mereka, namun sebagaimana yang dapat kita lihat Harun sendiri tetap melanjutkan pelayanannya sebagai imam bagi bangsa Israel. Mungkin kita dapat merasakan adanya suatu ketidakadilan ketika menyadari bahwa Harun seperti diluputkan dari hukuman, sementara orang Israel yang lainnya diadili, sedangkan kita tahu bahwa dialah yang memimpin Israel dalam pembuatan berhala itu.

Ada dua kemungkinan dalam memandang peristiwa Harun terkait peristiwa lembu emas tersebut. Cara pandang pertama, seseorang dapat mengatakan bahwa Harun memang pada akhirnya dihukum Tuhan pula oleh sebab perbuatannya membuat anak lembu emas tersebut. Meskipun dia tidak dihukum pada waktu yang tepat dan segera, yaitu ketika peristiwa lembu emas itu terjadi, tetapi kita tahu bahwa Harun kemudian mati di padang gurun dan tidak pernah sempat  memasuki Tanah Perjanjian. Selain itu, Harun juga harus menanggung kepedihan karena kehilangan dua orang putranya yang sudah dewasa. dalam penghakiman dari Tuhan. Hal itu tercatat dalam Imamat 10:1 yang berbunyi demikian:

Kemudian anak-anak Harun, Nadab dan Abihu, masing-masing mengambil perbaraannya, membubuh api ke dalamnya serta menaruh ukupan di atas api itu. Dengan demikian mereka mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang asing yang tidak diperintahkan-Nya kepada mereka.

Dan terhadap perbuatan itu, Allah menunjukkan murka-Nya sehingga Nadab dan Abihu pun mati. Alkitab selanjutnya mencatat: Maka keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan keduanya, sehingga mati di hadapan TUHAN. (Imamat 10:2)

Apakah antara peristiwa lembu emas dan peristiwa kematian Nadab dan Abihu sama sekali tidak ada hubungannya? Kita punya alasan untuk percaya bahwa kedua peristiwa itu ada hubungannya. Alkitab sering melukiskan bagaimana suatu dosa yang tidak sungguh-sungguh dibereskan di hadapan Tuhan dapat berkembang menjadi dosa lain yang lebih besar.

[Baca juga: Apakah ciri dari iman yang sejati? Klik disini]

Cara pandang kedua adalah bahwa Allah tidak menghukum Harun karena membuat anak lembu emas karena Harun telah dipilih sebagai imam besar Israel. Terlepas dari dosa Harun, perannya dalam memimpin bangsa Israel untuk beribadah kepada Tuhan tetaplah penting. Keluaran 28 mengungkapkan peran penting Harun dan putra-putranya dalam ritual penyembahan Israel. Posisi imam besar telah dijanjikan oleh Tuhan dalam Keluaran 28, sebelum Harun membentuk anak lembu emas yang tercatat dalam Keluaran 32. Kegagalan Harun tidak serta merta membatalkan janji Tuhan.

Memang Alkitab sendiri sering memberi kesaksian tentang Tuhan yang kerap menggunakan orang-orang yang kelihatannya paling tidak mungkin atau paling tidak layak untuk melayani Dia. Harun, orang yang menyesatkan orang Israel untuk menyembah anak lembu emas, adalah orang yang dipilih Allah untuk memimpin Israel dalam menyembah Tuhan. Tentu saja hal ini bukan tanpa cerita pertobatan Harun sendiri, sebagaimana yang akan saya jelaskan kemudian di bawah.

Alkitab mecatat pula beberapa kasus lain ketika Tuhan menggunakan orang-orang yang paling kecil kemungkinannya untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu demi kemuliaan-Nya. Contoh lain adalah Daud, seorang anak gembala yang dipilih menjadi raja; Paulus, seorang penganiaya gereja yang menjadi martir dan pemimpin misionaris; Petrus, seorang nelayan yang menjadi penginjil; Maria Magdalena, seorang wanita yang pernah kerasukan setan namun kemudian menjadi orang pertama yang melihat kebangkitan Yesus; dan masih banyak lagi. Semua itu mengingatkan kita akan Firman Tuhan yang berkata: Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, (1 Korintus 1:27).

Terus terang saja, kita semua adalah orang bodoh dan lemah di hadapan Tuhan. Kita disebut bodoh karena seringkali tidak tahu apa yang menjadi kehendak Tuhan. Kita disebut lemah karena begitu rentannya untuk jatuh ke dalam dosa. Jika seseorang memiliki keterbukaan hati akan jamahan Tuhan, maka kebodohan dan kelemahan kita itu tidak akan menghalangi Tuhan untuk memakai kita dalam suatu tugas yang dikehendaki-Nya.

Ada dua faktor lain mengenai Harun dan peristiwa anak lembu emas yang juga penting untuk dipertimbangkan. Faktor pertama, Harun termasuk di antara mereka yang bertobat dari dosa. Keluaran 32:26 mengatakan, maka berdirilah Musa di pintu gerbang perkemahan itu serta berkata: "Siapa yang memihak kepada TUHAN datanglah kepadaku!" Lalu berkumpullah kepadanya seluruh bani Lewi. Sebagai seorang keturunan Lewi, Harun dapat dipastikan ada di antara mereka yang bertobat, dan kita percaya bahwa kasih karunia Tuhan pasti diberikan pada mereka semua yang bertobat itu, termasuk Harun.

Faktor kedua dapat ditemukan dalam Keluaran 32:30 yang berbunyi: Keesokan harinya berkatalah Musa kepada bangsa itu: "Kamu ini telah berbuat dosa besar, tetapi sekarang aku akan naik menghadap TUHAN, mungkin aku akan dapat mengadakan pendamaian karena dosamu itu."

Apa yang terjadi dalam peristiwa Harun dan anak lembu emas masih relevan sebagai contoh atau pelajaran yang baik sampai sekarang. Ada orang berdosa, tapi lalu dipilih oleh Tuhan untuk melakukan pekerjaan-Nya. Karena kelemahannya ia kemudian terjatuh ke dalam dosa, bahkan dosa yang memalukan. Tapi karena Allah kita adalah Allah yang penuh cinta kasih, Ia masih mau memberi ruang pengampunan bagi mereka yang mau bertobat.

Perjanjian Baru pun mengajarkan hal yang serupa, ketika kita berdosa, Tuhan memanggil kita untuk bertobat dan untuk menerima pengampunan-Nya melalui Tuhan kita, Tuhan Yesus Kristus. 1 Timotius 2:5 mengatakan: Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus.

Selain Tuhan Yesus menjadi pengantara kita, Ia juga bekerja untuk memulihkan keadaan kita yang rusak oleh dosa. Dan ketika kita dipulihkan, Tuhan pun dapat menggunakan hidup kita secara lebih efektif kembali di dalam pelayanan-Nya. Inilah karakter Tuhan yang penuh anugerah cinta kasih itu.

Menurut Bilangan 26:59 Musa dan Harun adalah orang Lewi baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu. Diperkirakan dia berusia tiga tahun lebih tua daripada Musa (Keluaran 7:7), dan ia lahir sebelum perintah Firaun untuk membunuh bayi laki-laki Ibrani (Keluaran 1:22). Meskipun demikian Harun bukan anak tertua di dalam keluarga itu, melainkan Miriam saudara perempuannya. Ketika Musa baru berusia tiga bulan dan Harun berusia tiga tahun, Miriam sudah lebih dewasa usianya sehingga bisa menawarkan tenaganya untuk pergi dan memanggil perawat Ibrani bagi putri Firaun, untuk merawat adik bayinya itu.

Penyebutan pertama tentang Harun tercatat dalam Keluaran 4:14 yang berbunyi: Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Musa dan Ia berfirman: "Bukankah di situ Harun, orang Lewi itu, kakakmu? Aku tahu, bahwa ia pandai bicara; lagipula ia telah berangkat menjumpai engkau, dan apabila ia melihat engkau, ia akan bersukacita dalam hatinya.

Harun digambarkan sebagai "orang Lewi" agaknya sebagai rujukan bahwa ia adalah seorang imam dan sebagai imam ia dapat menjalankan peran yang sebagai wakil umat Allah. Tuhan mengarahkan dia untuk "pergi ke padang gurun menemui Musa" Alkitab mengatakan: Berfirmanlah TUHAN kepada Harun: "Pergilah ke padang gurun menjumpai Musa." Ia pergi dan bertemu dengan dia di gunung Allah, lalu menciumnya. (Kel. 4:27).

Dalam ketaatan pada isyarat itu, setelah empat puluh tahun berpisah, dia bertemu Musa di "gunung Tuhan", di mana penglihatan tentang semak yang menyala. Harun kembudian membawa Musa kembali ke Gosyen. Di sana Harun, yang tampaknya sudah menjadi orang berpengaruh di antara orang Israel, memperkenalkan Musa kepada para penatua mereka yang berkumpul; dan, sebagai juru bicaranya, menyatakan kepada mereka amanat Allah yang disampaikan melalui Musa. Dan melalui kemampuan Harun dalam bersikap persuasif seperti itu, di bawah Roh, orang-orang Israel pun dapat percaya, bahkan menundukkan kepala, dan menyembah Allah.

Alkitab melukiskan hal itu demikian: Lalu pergilah Musa beserta Harun dan mereka mengumpulkan semua tua-tua Israel. Harun mengucapkan segala firman yang telah diucapkan TUHAN kepada Musa, serta membuat di depan bangsa itu tanda-tanda mujizat itu.  31 Lalu percayalah bangsa itu, dan ketika mereka mendengar, bahwa TUHAN telah mengindahkan orang Israel dan telah melihat kesengsaraan mereka, maka berlututlah mereka dan sujud menyembah (Kel. 4:29-31).

Selama empat puluh tahun ketidakhadiran Musa di Midian, Harun menikah dengan Elisyeba atau Elisabet, putri Aminadab, dan saudara perempuan Naason, seorang pangeran dari anak-anak Yehuda. Alkitab mencatat: Dan Harun mengambil Eliseba, anak perempuan Aminadab, saudara perempuan Nahason, menjadi isterinya, dan perempuan ini melahirkan baginya Nadab, Abihu, Eleazar dan Itamar. (Keluaran 6:23). Serta: Ram memperanakkan Aminadab, dan Aminadab memperanakkan Nahason, pemimpin bani Yehuda (1 Taw 2:10).

Darinya ia memiliki empat putra: Nadab, Abihu, Eleazar (ayah Pinehas), dan Itamar. Dari pembicaraan pertamanya dengan Firaun hingga akhir pertemuannya, Harun selalu mendampingi saudaranya yang lebih terkenal itu, Harun dengan setia bekerja sama dan membantu Musa melakukan perintah Allah. Bahkan dalam perjalanan ke Sinai, kita melihat pertempuran yang terkenal antara Israel dan orang Amalek, dimana Harun bersama Hur menopang tangan Musa yang lelah. Harun terus menopang hingga Israel menang.

Musa berkata kepada Yosua: "Pilihlah orang-orang bagi kita, lalu keluarlah berperang melawan orang Amalek, besok aku akan berdiri di puncak bukit itu dengan memegang tongkat Allah di tanganku." Lalu Yosua melakukan seperti yang dikatakan Musa kepadanya dan berperang melawan orang Amalek; tetapi Musa, Harun dan Hur telah naik ke puncak bukit. Dan terjadilah, apabila Musa mengangkat tangannya, lebih kuatlah Israel, tetapi apabila ia menurunkan tangannya, lebih kuatlah Amalek. Maka penatlah tangan Musa, sebab itu mereka mengambil sebuah batu, diletakkanlah di bawahnya, supaya ia duduk di atasnya; Harun dan Hur menopang kedua belah tangannya, seorang di sisi yang satu, seorang di sisi yang lain, sehingga tangannya tidak bergerak sampai matahari terbenam. Demikianlah Yosua mengalahkan Amalek dan rakyatnya dengan mata pedang. (Keluaran 17:9-13)

Harun mempunyai peranan yang tinggi penting pula sebagai penafsir Musa. Bahkan ia dinobatkan menjadi imam Allah secara turun-temurun, suatu peran yang bahkan tidak dimiliki oleh Musa. Meskipun demikian ia tidak luput dari rasa iri sehingga bergabung dengan Miriam untuk menentang Musa. Alkitab mencatat dalam Bilangan 12:1,2 yang berbunyi: Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush. Kata mereka: "Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?" Dan kedengaranlah hal itu kepada TUHAN.

Ketika Musa naik ke Gunung Sinai untuk menerima loh batu berisi hukum Taurat secara langsung dari tangan Tuhan, Harun hanya diperbolehkan untuk mendekat, cukup dekat untuk melihat kemuliaan Allah, tetapi tidak memiliki akses langsung kepada hadirat-Nya.

Harun memang sepertinya bukan tokoh yang terkenal. Kita jauh lebih sering berfokus pada Musa ketika membaca kisah Keluaran. Kita begitu sering berbicara tentang Musa atau berkhotbah tentang dia. Dan itu mungkin tidak terlalu mengherankan sebab Musa adalah orang yang mendapat perjumpaan yang sangat khusus dengan Tuhan; Musa menerima hukum; Musa memimpin bangsa Israel ke Tanah Perjanjian. Bahkan nama Musalah yang tercantum dalam “Pahlawan iman” pada kitab Ibrani pasal 11. Sebaliknya, Harun sama sekali tidak ada dalam daftar ini. Harun hanya muncul sekali-sekali saja dalam ingatan kita, seperti tokoh figuran yang tenggelam di latar belakang sebuah kisah besar.

Meskipun cukup dapat dimengerti tetapi mungkin hal ini perlu kita perbaiki. Kita bisa belajar cukup banyak dari Harun. Ia menemani Musa ke Mesir dan membantu pembebasan Israel. Harun juga memiliki prestasi iman yang luar biasa, di samping tentu saja kegagalannya sebagai manusia.

Bukan tanpa sebab jika Tuhan menempatkan Harun sebagai saudara laki-laki Musa. Ketika Musa ragu kedatangan Harun membantu Musa menerima amanat dari Allah. Kedatangan kakak laki-lakinya membuat Musa percaya diri untuk melangkah dengan iman. Mengetahui kakak laki-lakinya ada di sana untuk mendukungnya, dan berbicara untuknya. Kehadiran Harun telah berperan dalam membebaskan Musa untuk mengeksplorasi, dan menerima, panggilan Tuhan.

Selain itu, Harun adalah Imam Lewi Pertama. Di awal perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir, Harun adalah pendukung Musa. Namun, di Gunung Sinai, peran Harun bertambah yaitu sebagai imam Israel. Kita membaca tentang ini dalam Keluaran 28 ketika Allah memerintahkan Musa “Mintalah Harun, saudaramu, dibawa kepadamu dari antara orang Israel, bersama dengan putranya Nadab dan Abihu, Eleazar dan Itamar, sehingga mereka dapat melayani Aku sebagai imam” (Keluaran 28:1 ). Karena Harun lahir dari suku Lewi, hal itu menjadikan dia sebagai imam Lewi yang pertama tercatat dalam Alkitab.

Sebagai imam, Harunlah yang memberi petunjuk kepada Israel tentang bagaimana mereka harus mendekati Tuhan dalam penyembahan dan doa. Harun mengenakan pakaian imamat yang memuat nama-nama putra Israel. Harun, secara spiritual, menanggung beban kesalahan orang Israel di atas bahunya setiap kali dia mempersembahkan korban di hadapan Tuhan (Keluaran 28:12). Dari Harun bangsa Israel belajar secara mendalam tentang peran imam untuk mempersiapkan bangsa itu memahami peran Kristus sebagai imam yang Sempurna kelak.

Di sisi lain kita tahu bahwa Harun juga berjuang dengan perasaan insecurity (ketidakamanan). Seperti semua karakter lainnya di Alkitab, Harun adalah orang yang tidak sempurna. Persoalan terkait rasa ketidakamanan dalam dirinya, seperti sudah disebutkan di atas terlihat ketika ia berbicara menentang Musa. Tidak dapat dihindarkan bahwa sang kakak laki-laki itu tampak iri dengan popularitas dan kepemimpinan adiknya.

Kasus lain dari ketidakamanannya adalah dalam kasus anak lembu emas (Keluaran 32). Dengan adanya situasi dimana Musa belum kembali dari puncak gunung. Harun seperti didesak untuk menampilkan satu sosok ilahi yang nyata, menggantikan ketidakhadiran Allah dan Musa. Tanpa ragu Harun menyatakan setuju. Apa yang mendasari sikap setujunya itu?

Apakah Harun bosan berada dalam bayang-bayang adiknya? Mungkin saja. Apakah Harun sangat ingin disukai? Bisa jadi. Apapun alasannya, Harun mendorong Israel membuat anak lembu emas dan berkata kepada orang-orang “Inilah dewa-dewamu yang memimpin kamu keluar dari Mesir” (Keluaran 32:4). Selanjutnya iapun memimpin orang Israel dalam sebuah festival yang mencakup semua jenis pesta pora.

Mereka yang menerima tugas dan panggilan Ilahi dari Tuhan tidak luput dari kekurangan mereka sebagai manusia. Sebagai orang beriman kita harus terus-menerus memilih untuk menaati Tuhan dan berani melawan suara orang banyak di sekitar kita, bahkan suara hati kita sendiri yang berdosa pun harus secara aktif di lawan. Tokoh Harun di dalam Alkitab, mengingatkan kita bahwa bahkan mereka yang memiliki peran penting dalam rencana keselamatan Allah pun harus senantiasa memiliki sikap kerendahan hati, dan berusaha untuk tetap setia pada panggilan Tuhan. Kiranya Tuhan menolong dan memberkati kita. Amin.

[Baca juga: Perjalanan dua murid Emaus bersama Tuhan. Klik disini.]

Tuesday, June 20, 2017

Apakah yang dimaksud dengan pengantin darah dalam Keluaran 4:25



Oleh Izar Tirta

Dalam Keluaran 4:25 kita membaca “Lalu Zipora mengambil pisau batu, dipotongnya kulit khatan anaknya, kemudian disentuhnya dengan kulit itu kaki Musa sambil berkata: "Sesungguhnya engkau pengantin darah bagiku."
 
 
Buku "21 Bukti Yesus adalah Tuhan"

Apa yang dapat kita pahami dari istilah pengantin darah yang disebutkan oleh Zipora ini? Sebagaimana kita tahu, bahwa bagian ini adalah kelanjutan dari kisah dimana Allah berniat untuk membunuh Musa karena Musa telah lalai dalam menyunatkan anaknya. (Selengkapnya mengenai pembahasan terhadap Allah berniat membunuh Musa dapat di Baca disini)

Dalam ayat 25, kita melihat bagaimana respon Zipora yang segera mengambil tindakan yaitu menyunat anaknya tersebut. Melalui tindakan ini, Zipora telah menyelamatkan Musa dan sekaligus keluarga tersebut dari penghukuman Allah. Sekaligus melalui tindakan ini Zipora juga telah menyatakan imannya kepada Yahwe, Allah yang disembah oleh Musa. [Baca Juga: Mengapa Injil Matius justru banyak berbicara tentang Taurat? Klik disini.]

Bahwa Musa dan Zipora disebut sebagai pengantin, kita tentu dapat mudah memahami karena mereka memang sudah menikah dan sudah menjadi suami dan istri. Tetapi apa maksudnya pengantin darah?

Pengantin darah disini adalah istilah yang muncul dalam kaitan tindakan penyunatan tersebut. Di dalam penyunatan, tentu ada darah yang dialirkan dan darah yang keluar ini bukanlah sekedar sebagai sesuatu gejala fisikal saja, melainkan ada makna simbolis atau bahkan spiritual yang terdapat dibalik perbuatan tersebut.

Penyunatan adalah tanda perjanjian Allah dengan Abraham. Hal itu dapat kita lihat pada ayat-ayat: “(9) Lagi firman Allah kepada Abraham: "Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun. (10) Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat; (11) haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu.” (Kejadian 17:9-11)

Sehingga dapat dikatakan melalui aliran darah dari penyunatan tersebut, Abraham yang adalah orang berdosa dipersatukan dengan sebuah perjanjian oleh Allah yang Mahasuci. Pada Kejadian 17:7, Allah berjanji akan menjadi Allah bagi Abraham dan bagi keturunan Abraham. Allah dan Abraham kini memiliki hubungan yang bersifat pribadi.

Demikian pula di dalam peristiwa penyunatan anak Musa ini, melalui aliran darah yang keluar dari penyunatan tersebut, Zipora bukan saja menjadi pengantin Musa tetapi juga pengantin yang telah di meterai oleh darah perjanjian antara Allah dan Abraham.

Konsep pengantin darah ini bukan saja terdapat di Perjanjian Lama melainkan juga di Perjanjian Baru. Bahkan di Perjanjian Baru konsep ini semakin dipertegas pula.

Jika dalam PL, darah tersebut berasal dari proses penyunatan, maka dalam PB darah yang dimaksud adalah darah dari Yesus Kristus yang mati di kayu salib untuk menebus dosa-dosa manusia.

Perjanjian darah antara Allah dan manusia kini semakin diperjelas melalui darah Anak Allah yang tunggal. Melalui kematian Anak Allah tersebut, maka kita sebagai manusia dipersatukan dengan Allah dalam persatuan yang suci. Alkitab bahkan memakai istilah yang sama seperti yang dipakai oleh Zipora, yaitu bahwa kita jemaat orang percaya ini pada dasarnya adalah pengantin bagi Anak Allah.

Hal tersebut dapat kita lihat pada ayat-ayat di bawah ini:
Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus. (2 Kor 11:2)

Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia!  Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia. (Wahyu 19:7)

Dari dua ayat di atas setidaknya dapat kita lihat bahwa hubungan kita sebagai jemaat dengan Kristus sebagai kepala jemaat bukan saja merupakan hubungan yang dekat, melainkan hubungan yang benar-benar dipersatukan, sebagaimana suami dan istri dipersatukan di dalam pernikahan. Sungguh suatu konsep yang saya yakin tidak akan mungkin timbul dalam benak manusia jika seandainya hal tersebut tidak diwahyukan kepada kita.

Konsep tentang pengantin darah ini, pertama kali diucapkan oleh Zipora dalam kalimat yang kita baca pada Keluaran 4:25 ini. Dapat dikatakan inilah pertama kali konsep hubungan yang intim antara orang percaya dengan Allah, yang dilukiskan sebagai pengantin, disebutkan.

Kesimpulan
Pengertian dari istilah “pengantin darah” yang diucapkan oleh Zipora dapat berarti dua hal:

Secara khusus dalam konteks kalimat ini
:
Zipora sebagai bukan orang Israel dipersatukan secara spiritual dengan Musa sebagai orang Israel yang menerima janji dari Allah melalui Abraham. Allah Abraham adalah Allah Musa dan kini melalui perjanjian darah tersebut telah menjadi Allah Zipora juga.

Secara umum dalam konteks yang lebih luas
:
Semua orang berdosa yang telah menjadi percaya kepada Kristus dipersatukan ke dalam keluarga kerajaan Allah melalui pengorbanan darah Kristus di kayu salib. Dari sebelumnya disebut sebagai seteru Allah, kini orang berdosa tersebut bahkan diakui sebagai mempelai wanita Kristus.

Sungguh luarbiasa perbuatan Allah kita yang telah mempersatukan kita orang yang berdosa ini ke dalam keluarga-Nya melalui pengorbanan darah Kristus di kayu salib. Semoga kita dapat senantiasa ingat akan pengorbanan tersebut dan bersyukur atas hal itu.

Menjadi orang Kristen bukanlah berarti sekedar melakukan ritual-ritual ibadah keagamaan saja melainkan juga berarti menerima sebuah status yang baru, hubungan yang baru dan jati diri yang baru di hadapan Allah Yang Mahakuasa.

Amin.

Keywords:
Apa yang dimaksud dengan pengantin darah dalam Keluaran 4 ayat 25
Istilah pengantin darah
Zipora dan Musa pengantin darah
Konsep pengantin darah dalam Perjanjian Lama
Konsep pengantin darah dalam Perjanjian Baru
Jemaat sebagai pengantin Yesus Kristus melalui pengorbanan darah
2 Kor 11:2
Wahyu 19:7
Status orang percaya sebagai mempelai wanita Kristus
Apa artinya menjadi orang Kristen

Artikel-artikel Kristen lainnya
Apa yang dimaksud dengan berakar dan berdasar di dalam Efesus 3?
Berakar dan berdasar di dalam Kristus adalah istilah yang cukup popular bagi kita orang-orang Kristen, tetapi apakah yang dimaksud dengan kedua istilah tersebut? Baca penjelasannya disini

Eksposisi Roma 3:23
Roma 3 ayat 23 mengenai semua orang telah berbuat dosa adalah ayat yang sangat terkenal di antara orang-orang Kristen. Ayat ini berisi pengajaran mendasar mengenai status kita manusia sebagai orang yang berdosa. Baca penjelasan dan eksposisi terhadapa ayat ini disini

Apakah Tuhan mencobai manusia?
Sebagai manusia kita sering merasakan bagaimana hidup kita dicobai, entah dicobai untuk berbuat dosa atau dicobai melalui kesulitan hidup yang berat. Siapakah sebenarnya yang mencobai kita? Apakah Tuhan turut mencobai manusia? Jika bukan Tuhan, lalu siapa? Baca penjelasannya disini.

Apakah Tuhan pernah bermusuhan?
Dalam benak kita, Tuhan adalah sosok yang penuh kasih. Namun apakah Tuhan pernah bermusuhan? Jika ya, dengan siapa? Baca penjelasannya disini

Mengapa Tuhan ingin membunuh Musa?
Tidak ayal lagi ini adalah salah satu penggalan kalimat dalam Alkitab yang cukup sulit untuk dipahami, diterima, dicerna dan bahkan dipercayai. Bagaimana mungkin Allah yang Mahakasih dapat ingin membunuh Musa? Baca penjelasannya disini.

Mengapa Tuhan ingin membunuh Musa? Penjelasan terhadap Keluaran 4:24




 
Dalam Keluaran 4:24 ada tertulis demikian: Tetapi di tengah jalan, di suatu tempat bermalam, TUHAN bertemu dengan Musa dan berikhtiar untuk membunuhnya.

Ayat ini cukup mengagetkan serta membingungkan bagi banyak orang. Mengapa? Karena ayat ini terkesan sangat tidak sesuai dengan karakter Allah yang selama ini kita percayai. Dalam anggapan kita, Allah adalah kasih, dan jika Allah adalah kasih, maka bagaimana mungkin Allah melakukan perbuatan yang kejam seperti pembunuhan semacam ini? Terlebih lagi, pembunuhan itu direncanakan untuk dilakukan kepada Musa, seorang pribadi yang apabila kita baca di Alkitab merupakan seorang yang memiliki hubungan atau kisah yang luarbiasa dengan Allah sendiri. [Baca juga: Musa dan Paulus rela terkutuk demi orang berdosa, mengapa? Klik disini.]

 
Buku "Hearing God Everyday". Klik disini.
 
Semenjak bayi, kisah Musa yang diselamatkan secara ajaib dari pembunuhan terhadap bayi-bayi yang dilakukan oleh bangsa Mesir sudah menjadi semacam kisah mukjizat yang amat populer bagi kita bukan? Bagaimana bayi Musa dapat selamat di dalam keranjang yang dihanyutkan di sungai sudah cukup membuat kita merasa heran karena keajaibannya. Apalagi setelah kita membaca bagaimana keranjang berisi bayi Musa tersebut akhirnya sampai ke tangan putri Firaun dan menjadikan bayi tersebut sebagai bagian dari keluarga kerajaan Mesir. Sungguh ending yang luar biasa dari kisah seorang bayi yang selamat dari maut. Sulit membayangkan hal tersebut dapat terjadi tanpa memikirkan adanya campur tangan Tuhan dalam peristiwa tersebut, bukan? [Baca juga: Bagaimana mendapat kasih dan penghargaan dari Allah? Klik disini.]

Setelah beranjak dewasa pun, kisah Musa dipenuhi dengan hal-hal luarbiasa yang membuat kita berdecak kagum. Peristiwa pertemuan Musa dengan semak yang menyala di padang gurun misalnya, sungguh sebuah mukjizat yang membuat kita penasaran dan lagi-lagi membuat kita semakin yakin tentang betapa dekatnya mata Allah memandang kehidupan Musa.

Itu sebabnya, tidak heran jika kita merasa terkejut dan bahkan bingung setelah membaca bahwa TUHAN pernah berencana untuk membunuh Musa. Kalimat ini terasa menghancurkan kepercayaan kita akan sosok Allah yang baik hati dan selalu bersikap lembut sebagaimana yang kita pikir kita percayai selama ini.

Bagaimana kita harus mencerna dan memahami kalimat ini?

Pertama-tama, yang perlu kita lakukan adalah mengingatkan diri kita bahwa Alkitab adalah dasar dari iman kepercayaan kita. Apa yang Alkitab katakan, itulah yang harus kita percayai. Kita tidak bisa membangun kepercayaan berdasarkan angan-angan atau kemauan kita sendiri. Kecenderungan kita adalah membaca Alkitab sebagian saja, memilih bagian-bagian yang mudah dicerna dan mudah dipahami lalu kita bersikukuh untuk mempercayai hal-hal itu saja, tanpa membandingkan dengan bagian-bagian lain dalam keseluruhan Alkitab. Apabila kita tetap melakukan hal seperti itu, maka pada akhirnya iman kita akan dibangun berdasarkan pengetahuan yang tidak utuh dari Alkitab. Dan pada akhirnya, kita akan memiliki kepercayaan yang kurang tepat atau bahkan keliru sama sekali.

Ketika kita membaca bahwa Allah itu baik, maka dengan mudah kita mempercayainya karena hal itu terasa menyenangkan di telinga kita. Lalu kita pun membuat anggapan sendiri tentang apa yang dimaksud dengan baik tersebut tanpa suatu kesetiaan yang gigih untuk mendalami lebih jauh lagi apa saja yang dilukiskan oleh Alkitab mengenai Allah yang dikatakan sebagai sosok yang baik tersebut.

Kedua, kita perlu memahami bahwa Alkitab yang sama yang mengatakan bahwa Allah itu baik, adalah Alkitab yang sama yang menuliskan bahwa Allah pun melakukan pembunuhan terhadap pribadi-pribadi tertentu di dalam Alkitab. Bahkan Allah pernah memerintahkan untuk membasmi suatu suku bangsa hingga tidak ada satupun yang tersisa. Mengapa Allah yang baik bisa melakukan hal ini?

Satu hal yang perlu kita pahami bahwa di dalam kebaikan Allah itu ada aspek penting yang sering kita lupakan yaitu aspek kesucian-Nya. Allah itu baik karena Allah itu suci dan karena Allah itu suci, bahkan Mahasuci, maka Allah tidak bisa mentoleransi dosa sekecil apapun.

Bagi Allah yang Mahabaik dan Mahasuci ini, konsekuensi dosa adalah kematian. Dan karena dosa manusia itulah, Allah tidak ragu untuk melakukan pembunuhan terhadap manusia tersebut. Hal semacam ini memang sulit untuk dipahami, sulit diterima dan sulit dipercayai, tetapi jika kita mau percaya pada Alkitab, maka kita pun harus belajar untuk memahami, menerima dan mempercayai hal-hal tersebut.

Marilah kita melihat beberapa ayat berikut ini:
Allah pernah memperingatkan Adam tentang adanya kematian akibat ketidaktaatan.
“tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat o  itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” (Kejadian 2:17)

Allah pernah membunuh Uza karena menyentuh tabut Allah
(6) Ketika mereka sampai ke tempat pengirikan Nakhon, maka Uza mengulurkan tangannya kepada tabut Allah itu, lalu memegangnya, karena lembu-lembu itu tergelincir.
(7) Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya itu; ia mati di sana dekat tabut Allah itu
. (2 Samuel 6:6-7)

Allah memerintahkan untuk membunuh suku-suku bangsa di tanah Kanaan
Engkau harus melenyapkan segala bangsa yang diserahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu; janganlah engkau merasa sayang kepada mereka dan janganlah beribadah kepada allah mereka, sebab hal itu akan menjadi jerat bagimu (Ulangan 7:16)

Dari ayat-ayat di atas kita melihat bahwa Allah yang baik itupun ada kalanya melakukan tindakan-tindakan yang keras seperti itu. Tentu ada alasan di balik tindakan tersebut dan alasan utamanya adalah karena dosa manusia yang dipertemukan dengan kesucian Allah.

Dalam kasus yang terjadi pada Musa sebagaimana yang kita bahas dalam tulisan ini, kesalahan Musa yang membuat dirinya hendak dibunuh oleh TUHAN adalah karena Musa lalai dalam menyunat anaknya. Hal tersebut dapat terlihat pada ayat-ayat selanjutnya.

“(25) Lalu Zipora  mengambil pisau batu, dipotongnya kulit khatan  anaknya, kemudian disentuhnya dengan kulit itu kaki Musa sambil berkata: "Sesungguhnya engkau pengantin darah bagiku." (26) Lalu TUHAN membiarkan Musa. "Pengantin darah," kata Zipora waktu itu, karena mengingat sunat itu.” (Keluaran 4:25 dan 26)

Sunat adalah suatu tanda bahwa seseorang menjadi bagian dari perjanjian keselamatan antara Allah dan manusia di dalam Perjanjian Lama. Hal itu dapat kita lihat pada ayat-ayat:
“(9) Lagi firman Allah kepada Abraham: "Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun. (10) Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat; (11) haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu.” (Kejadian 17:9-11)

Dengan melalaikan perintah untuk melaksanakan sunat, pada dasarnya Musa telah tidak menganggap serius anugerah keselamatan yang Tuhan berikan. Itu sebabnya Musa dapat terkena hukuman mati dari Tuhan.

Dalam Perjanjian Baru, ada pula ungkapan yang cukup serupa dengan peristiwa yang berkenaan dengan Musa ini. “(15)Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. (16) Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.” (Markus 16:15 dan 16) 

Bandingkan ayat dalam Markus tersebut, orang yang tidak percaya akan mengalami penghukuman. Sedangkan ayat dalam Keluaran kita melihat bahwa orang yang tidak disunat juga akan mengalami penghukuman. Sehingga disini kita bisa melihat bahwa ada kesejajaran atau konsistensi di dalam pengajaran di PL maupun di PB. Konsepnya sama, hanya implementasinya atau caranya saja yang berbeda.

Dari peristiwa yang terjadi pada Musa ini, kita belajar beberapa point atau konsep penting:
1.
Manusia adalah makhluk yang berdosa.
2.
Di dalam keberdosaannya itu, Allah sudah pasti akan menghukum mati manusia.
3.
Allah menyiapkan jalan agar manusia terhindar dari hukuman melalui perjanjian
4.
Dalam Perjanjian Lama, tanda keselamatan diberikan melalui sunat
5
Dalam Perjanjian Baru, tanda keselamatan diberikan melalui respon mereka terhadap Injil

Kesimpulan
Musa hendak dibunuh oleh Allah dalam konteks Musa sebagai orang berdosa yang lalai dalam memperhatikan tanda keselamatan melalui perjanjian sunat. Kita melihat betapa seriusnya dosa kita dan betapa pentingnya karya keselamatan Tuhan bagi kita yang berdosa ini. Tanpa intervensi Tuhan (melalui perjanjian keselamatan), kita semua pasti akan mengalami kematian kekal.

Meski Allah berencana membunuh Musa, namun di dalam anugerah-Nya, kita tetap dapat melihat bahwa Allah menyediakan jalan keluar melalui istri Musa sendiri. Zipora dengan sigap menyadari kesalahan suaminya dan segera melakukan apa yang diminta oleh Tuhan untuk menyunatkan anak mereka. Dalam hal ini Zipora adalah seorang pribadi yang menjadi sarana bagi Allah untuk menyelamatkan Musa yang lalai.

Sungguh ironis memang bahwa Musa sebagai seorang Israel yang seharusnya mengetahui tentang perjanjian keselamatan antara Allah dan Abraham, justru melalaikan hal tersebut sehingga Zipora, seorang Midian, yang akhirnya melaksanakan perintah Allah tersebut.

Namun yang terpenting disini adalah bahwa apapun caranya, jika Tuhan berkehendak untuk menyelamatkan seseorang, Tuhan pasti akan membuka jalan bagi orang itu untuk mendapatkan keselamatannya. Puji Tuhan.

Amin.


Beberapa pertanyaan untuk direnungkan
Mengapa Tuhan ingin membunuh Musa?
Mengapa Tuhan membunuh manusia?
Mengapa Tuhan yang baik dapat membunuh?
Mengapa Tuhan mengizinkan pembunuhan?
Mengapa Tuhan yang baik memerintahkan pembunuhan terhadap suku-suku bangsa?
Apa yang kita pelajari dari Keluaran 4:24?
Konsep penting apa yang diajarkan oleh Keluaran 4:24?
Betapa seriusnyakah dosa manusia dihadapan Allah yang Mahasuci? Klik disini
Betapa berharganyakah janji keselamatan Allah bagi manusia? Klik disini
Apa yang kita pahami dari tanda keselamatan melalui perjanjian sunat?
Apa yang kita pahami dari tanda keselamatan melalui respon terhadap berita Injil?
Renungkan Kejadian 2:17
Renungkan 2 Samuel 6:6-7
Renungkan Ulangan 7:16

Baca juga Artikel lainnya:

Apa yang dimaksud dengan berakar dan berdasar di dalam Efesus 3?
Berakar dan berdasar di dalam Kristus adalah istilah yang cukup popular bagi kita orang-orang Kristen, tetapi apakah yang dimaksud dengan kedua istilah tersebut? Baca penjelasannya disini

Eksposisi Roma 3:23
Roma 3 ayat 23 mengenai semua orang telah berbuat dosa adalah ayat yang sangat terkenal di antara orang-orang Kristen. Ayat ini berisi pengajaran mendasar mengenai status kita manusia sebagai orang yang berdosa. Baca penjelasan dan eksposisi terhadapa ayat ini disini

Apakah Tuhan mencobai manusia?
Sebagai manusia kita sering merasakan bagaimana hidup kita dicobai, entah dicobai untuk berbuat dosa atau dicobai melalui kesulitan hidup yang berat. Siapakah sebenarnya yang mencobai kita? Apakah Tuhan turut mencobai manusia? Jika bukan Tuhan, lalu siapa? Baca penjelasannya disini.

Apakah Tuhan pernah bermusuhan?

Dalam benak kita, Tuhan adalah sosok yang penuh kasih. Namun apakah Tuhan pernah bermusuhan? Jika ya, dengan siapa? Baca penjelasannya disini


Mengapa Tuhan Yesus datang sebagai Manusia?

Ada 8 alasan yang dapat kita gali mengenai alasan mengapa Tuhan Yesus telah rela untuk datang sebagai Manusia demi kita. Baca penjelasannya disini