Sebuah eksposisi singkat dari tokoh Alkitab
Harun.
Apakah peranan tokoh Harun di dalam Alkitab?
Apa yang dapat kita pelajari dari tokoh Harun
ini?
Apa yang terjadi pada Harun setelah peristiwa
Lembu Emas?
Apakah Tuhan mengampuni Harun setelah
peristiwa Lembu Emas itu?
Ataukah Tuhan menghukum Harun karena memimpin
Israel pada penyembahan berhala?
Pendahuluan
Harun adalah tokoh yang cukup populer di dalam
Alkitab, khususnya di dalam kitab Perjanjian Lama, dan tulisan ini merupakan sebuah
pemaparan tentang tokoh Harun di dalam Alkitab tersebut. Semoga melalui tulisan
ini, kita dapat lebih mengenal tokoh Harun dan terutama bagaimana pekerjaan
Tuhan dinyatakan melalui dia. Dan tentu saja tujuan yang paling utama dari
pembacaan Alkitab pada akhirnya adalah bagaimana kita dapat mengenal Pribadi
Allah itu sendiri. [Baca Juga: Mengapa Kekristenan tidak mengakui Apocrypha sebagai Kitab Suci? Klik disini.]
Buku "Mengapa Engkau Meninggalkan Aku"
Klik disini.
Menurut Jerome nama Harun berarti "gunung
kekuatan." Dia merupakan putra tertua dari Amram dan Yokhebed, berasal
dari suku Lewi dan adalah saudara dari Musa dan Miryam. Hal itu tertuang dalam Bilangan 26:59
yang berbunyi: Dan nama isteri Amram ialah Yokhebed, anak perempuan
Lewi, yang dilahirkan bagi Lewi di Mesir; dan bagi Amram perempuan itu
melahirkan Harun dan Musa dan Miryam, saudara mereka yang perempuan.
Kitab Keluaran juga
mencatat tentang hal tersebut, demikian: Dan Amram mengambil Yokhebed, saudara ayahnya, menjadi
isterinya, dan perempuan itu kemudian melahirkan Harun dan Musa baginya. Umur
Amram seratus tiga puluh tujuh tahun (Kel 6:20). Para ahli Perjanjian Lama memperkirakan bahwa
kelahiran Harun itu terjadi pada tahun 1574 SM.
Cukup ironis bahwa nama Harun yang berarti
gunung kekuatan itu, justru sempat memimpin bangsa Israel jatuh ke dalam
penyembahan berhala. Dari Alkitab kita belajar bahwa semua manusia memang
adalah makhluk yang telah jatuh ke dalam dosa. Betapa pun besarnya nama yang
diberikan kepada seorang manusia, tetapi jika tidak ditopang oleh anugerah
pertolongan Allah, maka manusia tidak akan mampu menjaga kelakuan yang berkenan
di hadapan Tuhan.
[Baca juga: Bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus.
Klik disini]
Di sisi lain, kejatuhan Harun di padang gurun
dapat sekaligus mengajar kita akan betapa besar anugerah Tuhan pada manusia.
Meskipun Tuhan tahu bahwa Harun pada suatu saat akan jatuh, tetapi Tuhan tetap
memberi kesempatan dan menyelamatkan Harun dari perbudakan Mesir. Dan bahwa
setelah Harun jatuh ke dalam dosa pun, Tuhan masih menerima dia, mengampuni dia
dan tetap memberi peran pelayanan kepadanya.
Ketika Harun membangun sebuah anak lembu emas
untuk disembah oleh orang Israel sebagaimana yang tercatat pada Keluaran 32, penghakiman
yang berat menimpa orang Israel atas perbuatan mereka, namun sebagaimana yang
dapat kita lihat Harun sendiri tetap melanjutkan pelayanannya sebagai imam bagi
bangsa Israel. Mungkin kita dapat merasakan adanya suatu ketidakadilan ketika
menyadari bahwa Harun seperti diluputkan dari hukuman, sementara orang Israel yang
lainnya diadili, sedangkan kita tahu bahwa dialah yang memimpin Israel dalam pembuatan
berhala itu.
Ada dua kemungkinan dalam memandang peristiwa Harun terkait peristiwa lembu emas tersebut. Cara pandang pertama, seseorang dapat mengatakan bahwa Harun memang pada akhirnya dihukum Tuhan pula oleh sebab perbuatannya membuat anak lembu emas tersebut. Meskipun dia tidak dihukum pada waktu yang tepat dan segera, yaitu ketika peristiwa lembu emas itu terjadi, tetapi kita tahu bahwa Harun kemudian mati di padang gurun dan tidak pernah sempat memasuki Tanah Perjanjian. Selain itu, Harun juga harus menanggung kepedihan karena kehilangan dua orang putranya yang sudah dewasa. dalam penghakiman dari Tuhan. Hal itu tercatat dalam Imamat 10:1 yang berbunyi demikian:
Kemudian anak-anak Harun, Nadab dan Abihu, masing-masing
mengambil perbaraannya, membubuh api ke dalamnya serta menaruh ukupan di atas
api itu. Dengan demikian mereka mempersembahkan ke hadapan TUHAN api yang asing
yang tidak diperintahkan-Nya kepada mereka.
Dan terhadap perbuatan itu, Allah menunjukkan murka-Nya sehingga Nadab dan Abihu pun mati. Alkitab selanjutnya mencatat: Maka keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan keduanya, sehingga mati di hadapan TUHAN. (Imamat 10:2)
Apakah antara peristiwa lembu emas dan peristiwa kematian Nadab dan Abihu sama sekali tidak ada hubungannya? Kita punya alasan untuk percaya bahwa kedua peristiwa itu ada hubungannya. Alkitab sering melukiskan bagaimana suatu dosa yang tidak sungguh-sungguh dibereskan di hadapan Tuhan dapat berkembang menjadi dosa lain yang lebih besar.
[Baca juga: Apakah ciri dari iman yang sejati?
Klik disini]
Cara pandang kedua adalah bahwa Allah tidak
menghukum Harun karena membuat anak lembu emas karena Harun telah dipilih
sebagai imam besar Israel. Terlepas dari dosa Harun, perannya dalam memimpin bangsa
Israel untuk beribadah kepada Tuhan tetaplah penting. Keluaran 28 mengungkapkan
peran penting Harun dan putra-putranya dalam ritual penyembahan Israel. Posisi
imam besar telah dijanjikan oleh Tuhan dalam Keluaran 28, sebelum Harun
membentuk anak lembu emas yang tercatat dalam Keluaran 32. Kegagalan Harun
tidak serta merta membatalkan janji Tuhan.
Memang Alkitab sendiri sering memberi
kesaksian tentang Tuhan yang kerap menggunakan orang-orang yang kelihatannya
paling tidak mungkin atau paling tidak layak untuk melayani Dia. Harun, orang
yang menyesatkan orang Israel untuk menyembah anak lembu emas, adalah orang
yang dipilih Allah untuk memimpin Israel dalam menyembah Tuhan. Tentu saja hal
ini bukan tanpa cerita pertobatan Harun sendiri, sebagaimana yang akan saya
jelaskan kemudian di bawah.
Alkitab mecatat pula beberapa kasus lain
ketika Tuhan menggunakan orang-orang yang paling kecil kemungkinannya untuk
menyelesaikan tugas-tugas tertentu demi kemuliaan-Nya. Contoh lain adalah Daud,
seorang anak gembala yang dipilih menjadi raja; Paulus, seorang penganiaya
gereja yang menjadi martir dan pemimpin misionaris; Petrus, seorang nelayan
yang menjadi penginjil; Maria Magdalena, seorang wanita yang pernah kerasukan
setan namun kemudian menjadi orang pertama yang melihat kebangkitan Yesus; dan masih
banyak lagi. Semua itu mengingatkan kita akan Firman Tuhan yang berkata: Tetapi apa
yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang
berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa
yang kuat, (1
Korintus 1:27).
Terus terang saja, kita semua adalah orang
bodoh dan lemah di hadapan Tuhan. Kita disebut bodoh karena seringkali tidak
tahu apa yang menjadi kehendak Tuhan. Kita disebut lemah karena begitu
rentannya untuk jatuh ke dalam dosa. Jika seseorang memiliki keterbukaan hati
akan jamahan Tuhan, maka kebodohan dan kelemahan kita itu tidak akan
menghalangi Tuhan untuk memakai kita dalam suatu tugas yang dikehendaki-Nya.
Ada dua faktor lain mengenai Harun dan peristiwa
anak lembu emas yang juga penting untuk dipertimbangkan. Faktor pertama, Harun
termasuk di antara mereka yang bertobat dari dosa. Keluaran 32:26 mengatakan, maka berdirilah Musa di pintu gerbang perkemahan itu serta berkata: "Siapa
yang memihak kepada TUHAN datanglah kepadaku!" Lalu berkumpullah kepadanya
seluruh bani Lewi. Sebagai seorang keturunan Lewi, Harun dapat
dipastikan ada di antara mereka yang bertobat, dan kita percaya bahwa kasih
karunia Tuhan pasti diberikan pada mereka semua yang bertobat itu, termasuk
Harun.
Faktor kedua dapat ditemukan dalam Keluaran 32:30 yang
berbunyi: Keesokan harinya berkatalah Musa kepada
bangsa itu: "Kamu ini telah berbuat dosa besar, tetapi sekarang aku akan
naik menghadap TUHAN, mungkin aku akan dapat mengadakan pendamaian karena
dosamu itu."
Apa yang terjadi dalam peristiwa Harun dan
anak lembu emas masih relevan sebagai contoh atau pelajaran yang baik sampai
sekarang. Ada orang berdosa, tapi lalu dipilih oleh Tuhan untuk melakukan
pekerjaan-Nya. Karena kelemahannya ia kemudian terjatuh ke dalam dosa, bahkan
dosa yang memalukan. Tapi karena Allah kita adalah Allah yang penuh cinta
kasih, Ia masih mau memberi ruang pengampunan bagi mereka yang mau bertobat.
Perjanjian Baru pun mengajarkan hal yang
serupa, ketika kita berdosa, Tuhan memanggil kita untuk bertobat dan untuk menerima
pengampunan-Nya melalui Tuhan kita, Tuhan Yesus Kristus. 1 Timotius 2:5 mengatakan: Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang
menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus.
Selain Tuhan Yesus menjadi pengantara kita, Ia
juga bekerja untuk memulihkan keadaan kita yang rusak oleh dosa. Dan ketika kita
dipulihkan, Tuhan pun dapat menggunakan hidup kita secara lebih efektif kembali
di dalam pelayanan-Nya. Inilah karakter Tuhan yang penuh anugerah cinta kasih
itu.
Menurut Bilangan 26:59
Musa dan Harun adalah orang Lewi baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu. Diperkirakan
dia berusia tiga tahun lebih tua daripada Musa (Keluaran 7:7), dan ia
lahir sebelum perintah Firaun untuk membunuh bayi laki-laki Ibrani (Keluaran
1:22). Meskipun demikian Harun bukan anak tertua di dalam keluarga itu,
melainkan Miriam saudara perempuannya. Ketika Musa baru berusia tiga bulan dan
Harun berusia tiga tahun, Miriam sudah lebih dewasa usianya sehingga bisa menawarkan
tenaganya untuk pergi dan memanggil perawat Ibrani bagi putri Firaun, untuk
merawat adik bayinya itu.
Penyebutan pertama tentang Harun tercatat dalam Keluaran 4:14 yang berbunyi: Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Musa dan Ia berfirman: "Bukankah di situ Harun, orang Lewi itu, kakakmu? Aku tahu, bahwa ia pandai bicara; lagipula ia telah berangkat menjumpai engkau, dan apabila ia melihat engkau, ia akan bersukacita dalam hatinya.
Harun digambarkan sebagai
"orang Lewi" agaknya sebagai rujukan bahwa ia adalah seorang imam dan
sebagai imam ia dapat menjalankan peran yang sebagai wakil umat Allah. Tuhan
mengarahkan dia untuk "pergi ke padang gurun menemui Musa" Alkitab
mengatakan: Berfirmanlah TUHAN kepada Harun: "Pergilah ke padang gurun menjumpai
Musa." Ia pergi dan bertemu dengan dia di gunung Allah, lalu menciumnya. (Kel.
4:27).
Dalam ketaatan pada
isyarat itu, setelah empat puluh tahun berpisah, dia bertemu Musa di
"gunung Tuhan", di mana penglihatan tentang semak yang menyala. Harun
kembudian membawa Musa kembali ke Gosyen. Di sana Harun, yang tampaknya sudah
menjadi orang berpengaruh di antara orang Israel, memperkenalkan Musa kepada
para penatua mereka yang berkumpul; dan, sebagai juru bicaranya, menyatakan
kepada mereka amanat Allah yang disampaikan melalui Musa. Dan melalui kemampuan
Harun dalam bersikap persuasif seperti itu, di bawah Roh, orang-orang Israel
pun dapat percaya, bahkan menundukkan kepala, dan menyembah Allah.
Alkitab melukiskan hal
itu demikian: Lalu pergilah
Musa beserta Harun dan mereka mengumpulkan semua tua-tua Israel. Harun mengucapkan segala firman
yang telah diucapkan TUHAN kepada Musa, serta membuat di depan bangsa itu
tanda-tanda mujizat itu. 31
Lalu percayalah bangsa itu, dan ketika mereka mendengar, bahwa TUHAN telah
mengindahkan orang Israel dan telah melihat kesengsaraan mereka, maka
berlututlah mereka dan sujud menyembah (Kel. 4:29-31).
Selama empat puluh tahun
ketidakhadiran Musa di Midian, Harun menikah dengan Elisyeba atau Elisabet,
putri Aminadab, dan saudara perempuan Naason, seorang pangeran dari anak-anak
Yehuda. Alkitab mencatat: Dan Harun mengambil Eliseba, anak perempuan Aminadab,
saudara perempuan Nahason, menjadi isterinya, dan perempuan ini melahirkan
baginya Nadab, Abihu, Eleazar dan Itamar. (Keluaran 6:23). Serta: Ram
memperanakkan Aminadab, dan Aminadab memperanakkan Nahason, pemimpin bani
Yehuda (1 Taw 2:10).
Darinya ia memiliki empat
putra: Nadab, Abihu, Eleazar (ayah Pinehas), dan Itamar. Dari pembicaraan
pertamanya dengan Firaun hingga akhir pertemuannya, Harun selalu mendampingi
saudaranya yang lebih terkenal itu, Harun dengan setia bekerja sama dan
membantu Musa melakukan perintah Allah. Bahkan dalam perjalanan ke Sinai, kita
melihat pertempuran yang terkenal antara Israel dan orang Amalek, dimana Harun
bersama Hur menopang tangan Musa yang lelah. Harun terus menopang hingga Israel
menang.
Musa berkata kepada Yosua: "Pilihlah orang-orang
bagi kita, lalu keluarlah berperang melawan orang Amalek, besok aku akan
berdiri di puncak bukit itu dengan memegang tongkat Allah di
tanganku." Lalu Yosua
melakukan seperti yang dikatakan Musa kepadanya dan berperang melawan orang
Amalek; tetapi Musa, Harun dan Hur telah naik ke puncak bukit. Dan terjadilah, apabila Musa
mengangkat tangannya, lebih kuatlah Israel, tetapi apabila ia menurunkan
tangannya, lebih kuatlah Amalek. Maka penatlah tangan Musa, sebab itu mereka mengambil sebuah batu,
diletakkanlah di bawahnya, supaya ia duduk di atasnya; Harun dan Hur menopang
kedua belah tangannya, seorang di sisi yang satu, seorang di sisi yang lain,
sehingga tangannya tidak bergerak sampai matahari terbenam. Demikianlah Yosua mengalahkan
Amalek dan rakyatnya dengan mata pedang. (Keluaran 17:9-13)
Harun mempunyai peranan yang
tinggi penting pula sebagai penafsir Musa. Bahkan ia dinobatkan menjadi imam
Allah secara turun-temurun, suatu peran yang bahkan tidak dimiliki oleh Musa.
Meskipun demikian ia tidak luput dari rasa iri sehingga bergabung dengan Miriam
untuk menentang Musa. Alkitab mencatat dalam Bilangan 12:1,2 yang berbunyi: Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan
Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan
Kush. Kata mereka:
"Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan
perantaraan kita juga Ia berfirman?" Dan kedengaranlah hal itu kepada
TUHAN.
Ketika Musa naik ke Gunung
Sinai untuk menerima loh batu berisi hukum Taurat secara langsung dari tangan
Tuhan, Harun hanya diperbolehkan untuk mendekat, cukup dekat untuk melihat
kemuliaan Allah, tetapi tidak memiliki akses langsung kepada hadirat-Nya.
Harun memang sepertinya
bukan tokoh yang terkenal. Kita jauh lebih sering berfokus pada Musa ketika
membaca kisah Keluaran. Kita begitu sering berbicara tentang Musa atau
berkhotbah tentang dia. Dan itu mungkin tidak terlalu mengherankan sebab Musa
adalah orang yang mendapat perjumpaan yang sangat khusus dengan Tuhan; Musa
menerima hukum; Musa memimpin bangsa Israel ke Tanah Perjanjian. Bahkan nama Musalah
yang tercantum dalam “Pahlawan iman” pada kitab Ibrani pasal 11.
Sebaliknya, Harun sama sekali tidak ada dalam daftar ini. Harun hanya muncul
sekali-sekali saja dalam ingatan kita, seperti tokoh figuran yang tenggelam di latar
belakang sebuah kisah besar.
Meskipun cukup dapat
dimengerti tetapi mungkin hal ini perlu kita perbaiki. Kita bisa belajar cukup
banyak dari Harun. Ia menemani Musa ke Mesir dan membantu pembebasan Israel.
Harun juga memiliki prestasi iman yang luar biasa, di samping tentu saja
kegagalannya sebagai manusia.
Bukan tanpa sebab jika Tuhan
menempatkan Harun sebagai saudara laki-laki Musa. Ketika Musa ragu kedatangan
Harun membantu Musa menerima amanat dari Allah. Kedatangan kakak laki-lakinya
membuat Musa percaya diri untuk melangkah dengan iman. Mengetahui kakak
laki-lakinya ada di sana untuk mendukungnya, dan berbicara untuknya. Kehadiran
Harun telah berperan dalam membebaskan Musa untuk mengeksplorasi, dan menerima,
panggilan Tuhan.
Selain itu, Harun adalah
Imam Lewi Pertama. Di awal perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir, Harun
adalah pendukung Musa. Namun, di Gunung Sinai, peran Harun bertambah yaitu sebagai
imam Israel. Kita membaca tentang ini dalam Keluaran 28 ketika Allah
memerintahkan Musa “Mintalah Harun, saudaramu, dibawa kepadamu dari antara
orang Israel, bersama dengan putranya Nadab dan Abihu, Eleazar dan Itamar,
sehingga mereka dapat melayani Aku sebagai imam” (Keluaran 28:1 ). Karena
Harun lahir dari suku Lewi, hal itu menjadikan dia sebagai imam Lewi yang pertama
tercatat dalam Alkitab.
Sebagai imam, Harunlah
yang memberi petunjuk kepada Israel tentang bagaimana mereka harus mendekati
Tuhan dalam penyembahan dan doa. Harun mengenakan pakaian imamat yang memuat
nama-nama putra Israel. Harun, secara spiritual, menanggung beban kesalahan orang
Israel di atas bahunya setiap kali dia mempersembahkan korban di hadapan Tuhan (Keluaran 28:12). Dari Harun bangsa
Israel belajar secara mendalam tentang peran imam untuk mempersiapkan bangsa
itu memahami peran Kristus sebagai imam yang Sempurna kelak.
Di sisi lain kita tahu
bahwa Harun juga berjuang dengan perasaan insecurity
(ketidakamanan). Seperti semua karakter lainnya di Alkitab, Harun adalah orang
yang tidak sempurna. Persoalan terkait rasa ketidakamanan dalam dirinya,
seperti sudah disebutkan di atas terlihat ketika ia berbicara menentang Musa.
Tidak dapat dihindarkan bahwa sang kakak laki-laki itu tampak iri dengan
popularitas dan kepemimpinan adiknya.
Kasus lain dari ketidakamanannya
adalah dalam kasus anak lembu emas (Keluaran
32). Dengan adanya situasi dimana Musa belum kembali dari puncak gunung.
Harun seperti didesak untuk menampilkan satu sosok ilahi yang nyata,
menggantikan ketidakhadiran Allah dan Musa. Tanpa ragu Harun menyatakan setuju.
Apa yang mendasari sikap setujunya itu?
Apakah Harun bosan berada
dalam bayang-bayang adiknya? Mungkin saja. Apakah Harun sangat ingin disukai? Bisa
jadi. Apapun alasannya, Harun mendorong Israel membuat anak lembu emas dan
berkata kepada orang-orang “Inilah dewa-dewamu yang memimpin kamu keluar dari
Mesir” (Keluaran 32:4). Selanjutnya iapun
memimpin orang Israel dalam sebuah festival yang mencakup semua jenis pesta
pora.
Mereka yang menerima tugas dan panggilan Ilahi dari Tuhan tidak luput dari kekurangan mereka sebagai manusia. Sebagai orang beriman kita harus terus-menerus memilih untuk menaati Tuhan dan berani melawan suara orang banyak di sekitar kita, bahkan suara hati kita sendiri yang berdosa pun harus secara aktif di lawan. Tokoh Harun di dalam Alkitab, mengingatkan kita bahwa bahkan mereka yang memiliki peran penting dalam rencana keselamatan Allah pun harus senantiasa memiliki sikap kerendahan hati, dan berusaha untuk tetap setia pada panggilan Tuhan. Kiranya Tuhan menolong dan memberkati kita. Amin.
[Baca juga: Perjalanan dua murid Emaus bersama Tuhan. Klik disini.]