Karena Semua Orang Telah Berbuat Dosa (Roma 3:23) |
Oleh:
Izar Tirta
Pendahuluan
Roma 3:20-24
(20)
Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena
melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa. (21)
Tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan, seperti
yang disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi, (22) yaitu
kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya.
Sebab tidak ada perbedaan. (23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah
kehilangan kemuliaan Allah, (24) dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan
cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.
Rekomendasi Buku
"Tafsiran Surat Roma - Matthew Henry"
Dalam
tulisan saya mengenai Eksposisi Roma
3:23
saya sudah membahas bahwa menurut konteksnya ayat ini berbicara tentang semua
orang percaya bukan semua orang secara keseluruhan (universal).
Kitab
Roma memang mengajarkan konsep bahwa semua orang secara keseluruhan (universal)
telah jatuh ke dalam dosa, namun konsep tersebut bukan diutarakan oleh ayat ini
melainkan oleh Roma 5:12. Sedangkan “semua orang” di dalam Roma 3 ayat 23 ini
mengacu kepada semua orang percaya yang telah berdosa namun yang sudah
dibenarkan.
Tulisan
ini mencoba untuk melihat pengertian dari kata “karena semua orang telah
berbuat dosa” dari sudut pandang “semua orang percaya yang sudah dibenarkan”
tersebut.
Semua orang
percaya telah berbuat dosa
Apa
yang dapat kita pahami dari berita Alkitab bahwa “semua orang” yaitu dalam hal
ini “semua orang percaya” berada dalam keadaan yang “telah berbuat dosa” ? Apa
yang harus kita perbuat sehubungan dengan hal tersebut? Sikap seperti apakah
yang harus kita miliki atas berita Allkitab ini? Ada beberapa hal yang dapat
kita renungkan.
Pertama: Kita
berhutang keselamatan pada Yesus Kristus
Sebagai
orang percaya, kita tidak boleh lupa bahwa pada dasarnya kita adalah orang yang
telah berbuat dosa. Kita adalah keturunan umat manusia yang telah jatuh ke
dalam dosa, yaitu melalui persekutuan dengan nenek moyang kita, Adam dan Hawa.
Karena
nenek moyang kita, Adam dan Hawa tersebut telah jatuh ke dalam dosa, maka kita
semua yang menjadi keturunannya menjadi turut terkutuk akibat dosa. Itu
sebabnya di dalam Mazmur 51:7, Raja
Daud mengaku: “Sesungguhnya, dalam
kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.”
Raja Daud juga adalah orang yang percaya, tetapi Raja Daud sadar bahwa dirinya
pun adalah bagian dari umat manusia yang telah jatuh ke dalam dosa. Kesadaran
semacam yang dimiliki oleh Raja Daud ini penting, untuk menjaga kita tetap
rendah hati di hadapan Tuhan dan di hadapan manusia. Kesadaran semacam ini juga
penting untuk senantiasa mengingatkan kita tentang betapa baiknya Tuhan itu,
yang telah berkenan menerima kita sekalipun kita adalah orang yang telah
berbuat dosa.
Namun,
sebagaimana dapat kita baca di dalam ayat 20 hingga 24 tersebut, kita tidak
tinggal selamanya dalam status sebagai orang yang telah berbuat dosa saja,
melainkan kita juga telah dibenarkan secara cuma-cuma karena penebusan dalam
Kristus Yesus. Inilah perbedaan yang luarbiasa di antara kita orang percaya
yang telah jatuh ke dalam dosa dengan orang yang belum percaya, yaitu bahwa
kita telah dibenarkan, dibenarkan secara cuma-cuma. Kita telah mengalami
perubahan status yang luar biasa, dari orang yang patut dimurkai karena dosa,
menjadi orang yang dibenarkan.
Ini
adalah konsep yang hanya dapat ditemukan di dalam Alkitab. Tidak ada ajaran
tentang keselamatan yang seperti ini di dalam agama apa pun. Sementara semua
agama mengajarkan bahwa kita dapat dibenarkan melalui perbuatan baik atau
melalui upaya mengikuti kaidah agama, Alkitab mengajarkan bahwa kita dibenarkan
dengan cuma-cuma oleh Kasih Karunia karena penebusan Yesus Kristus.
Secara
tegas Alkitab, atau Roma 3:20-24 justru mengajarkan bahwa Hukum Taurat, yang
mewakili hukum-hukum keagamaan manusia, tidak dapat menyelamatkan. Ayat (20)
berkata: “Sebab tidak seorangpun yang
dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena
justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.”
Peraturan
agama bukan untuk membawa kita kepada keselamatan dan dibenarkan di hadapan
Tuhan. Peraturan agama justru membawa kita kepada kenyataan bahwa kita
sesungguhnya telah gagal mematuhi peraturan-peraturan tersebut. (Untuk
mengetahui apa kegunaan Hukum Taurat bagi kita, silahkan membaca artikel yang
saya tulis khusus mengenai hal tersebut “Cara mudah
memahami kegunaan Hukum Taurat”)
Jadi,
bagaimanakah kita diselamatkan atau dibenarkan di hadapan Tuhan jika bukan
karena prestasi keberhasilan kita dalam memenuhi hukum-hukum Agama? Alkitab
menjawab: Kita diselamatkan atau dibenarkan di hadapan Tuhan karena Kasih
Karunia oleh pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib.
Kita
lihat disini, bahwa sekalipun kita dibenarkan secara cuma-cuma, namun bukan
berarti tidak ada harga yang harus dibayar demi proses pembenaran tersebut.
Harga itu bahkan sangat mahal, karena demi pembenaran kita tersebut maka Yesus
Kristus telah mengorbankan diri-Nya di atas kayu salib, mati untuk kita. Inilah
harga yang mahal tersebut dan melalui pengorbanan sebesar itu, maka kita pun
dapat membayangkan betapa buruknya kondisi kita sebagai orang-orang yang telah
jatuh ke dalam dosa bukan?
Itu
sebabnya, sebagai orang percaya kita harus senantiasa ingat bahwa kita
berhutang keselamatan kepada Yesus Kristus yang telah mati menebus dosa kita.
Kita tidak dapat mencapai surga melalui kekuatan kita, karena kita pada
dasarnya telah jatuh ke dalam dosa, tetapi Dia, Yesus, mampu memberi
keselamatan bagi kita karena Dia telah bangkit dari kematian mengalahkan maut.
Orang
yang belum percaya justru merasa bahwa dirinya dapat mencapai surga melalui
kebaikannya ataupun melalui keberhasilannya dalam menjalankan perintah agama.
Dan kita tahu bahwa menurut cara pandang Alkitab, hal tersebut sudah pasti akan
sia-sia belaka. Contoh dari orang semacam ini dapat dilihat pada tulisan saya
berjudul: “Jika demikian,
siapakah yang dapat diselamatkan?”
Kedua: Hendaklah
kita semakin merendahkan hati di hadapan Tuhan
Tidak
ada alasan untuk menjadi sombong atau angkuh karena tanpa anugerah dari Tuhan, semua
orang percaya pada dasarnya adalah juga merupakan orang yang patut dimurkai.
Tidak ada seorang pun yang dapat memenuhi standar. Standar Yesus adalah
kesempurnaan. Dalam Matius 5:48,
Tuhan Yesus sendiri pernah mengutarakan sebuah standar bagi kita manusia, Yesus
berkata: Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.
Tidak jarang kita menilai diri kita
sebagai orang Kristen yang sudah cukup baik. Mengapa demikian? Karena kita
membandingkan diri kita dengan orang Kristen lain yang terlihat tidak memiliki
hidup sebaik kita, atau istilah kerennya.. tidak serohani hidup kita. Sehingga
pelan-pelan kita mulai percaya bahwa kita ini memang lebih baik dari dia dimata
Tuhan. Padahal kita lupa bahwa di mata Tuhan, standar kita adalah kesempurnaan,
tidak kurang, tidak lebih.
Apabila umpamakan saja, kita ingin masuk
ke sebuah konser pertunjukkan dengan harga tiket Rp 5 juta per orang. Lalu
kita merogoh kocek kita dan mendapati bahwa uang kita hanya Rp 4.900.000.
Namun alih-alih kita merasa sedih karena tidak mampu masuk ke konser itu, kita
justru melihat ke kanan dan ke kiri, kepada saudara-saudara kita yang uangnya
jauh lebih sedikit. Ada yang hanya punya Rp 1 juta, ada yang punya Rp 500 ribu
dan ada pula yang punya Rp 3,5 juta. Mengetahui hal ini kita pun jadi merasa
lega dan bangga karena merasa lebih baik dari saudara-saudara yang lain, tanpa
kita menyadari bahwa punya Rp 500 ribu maupun punya Rp 4.900.000,
sama-sama tidak mampu masuk ke dalam konser tersebut karena harga tiketnya
adalah Rp 5 juta.
Dari ilustrasi sederhana ini kita
belajar bahwa bukan seberapa banyak yang kita miliki yang penting, tetapi
seberapa banyak yang diminta itulah yang menentukan apakah diri kita akan
diterima atau tidak. Ilustrasi di atas tentu saja hanyalah sebuah gambaran
sederhana apabila dibandingkan dengan gambaran yang diajarkan oleh Alkitab.
Dalam Alkitab yang diminta adalah “kesempurnaan,” namun yang kita miliki
bukanlah “kurang sempurna sedikit” melainkan “jauh dari sempurna” bahkan cenderung
“menjijikan.”
Yesaya 64:6 mengatakan: Demikianlah kami
sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor;
kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami
seperti daun dilenyapkan oleh angin. Yesaya tidak diragukan lagi
adalah seorang Nabi yang saleh. Ia melayani umat Israel dalam masa-masa
menjelang pembuangan ke Babel. Tradisi mengatakan bahwa Yesaya bahkan harus
mati dengan cara yang mengerikan, yaitu tubuhnya digergaji hingga putus,
sungguh amat mengerikan. Namun orang yang setia dan tekun seperti ini dengan
rendah hati mengaku bahwa kesalehannya hanya kain yang kotor di hadapan Allah.
Bukan
Cuma Yesaya yang menyadari keberdosaannya dan ketidaklayakannya di hadapan
Tuhan Yang Mahasuci. Rasul Paulus pun menyuarakan perasaan yang sama.
Bandingkan
dengan orang-orang tidak percaya pada Yesus Kristus dan Alkitab, mereka tidak
pernah mendapat anugerah untuk melihat hal seperti yang dilihat Paulus dan
Yesaya. Itu sebabnya mereka sering salah kaprah, mengira bahwa diri mereka
dapat semakin suci dan baik di hadapan Tuhan sedemikian rupa hingga menganggap
orang lain yang berbeda dengan kepercayaan mereka sebagai orang yang
najis/kafir sehingga layak untuk dilenyapkan. Ini sungguh bertentangan dengan
ajaran Alkitab bukan?
Pada
tahun 55 M, Paulus pernah menulis dalam Surat Korintus yang pertama Pasal 15
ayat 9 bahwa “aku adalah yang paling hina dari semua rasul” Sepintas kita bisa
menganggap bahwa ini adalah ungkapan yang amat rendah hati dari seorang rasul
besar seperti Paulus. Namun kira-kira 5 tahun kemudian, Paulus membuat
pernyataan kembali dalam Efesus 3:8. Paulus mengatakan bahwa dirinya adalah “yang
paling hina di antara semua orang kudus.” Luar biasa bukan? Dalam kurun waktu 5
tahun, Paulus sudah menurunkan cara pandang diri yang jauh lebih rendah hati
lagi. Jika semula ia menganggap dirinya paling hina di antara para rasul, yang
mana rasul adalah jabatan rohani yang luar biasa, kini Paulus mengganggap bahwa
bukan para rasul, melainkan di antara semua orang Kristen dirinyalah yang
paling hina.
Namun
hal tersebut tidak berhenti sampai disitu saja, karena pada tahun 64 Masehi,
yaitu 4 tahun kemudian, Paulus membuat pernyataan yang sangat mencengangkan.
Dalam 1 Timotius 1:15 Paulus berkata: Perkataan ini benar dan patus diterima
sepenuhnya: Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,
dan diantara mereka akulah yang paling berdosa.
Sungguh
mengagumkan bukan, Paulus seorang yang dipakai Tuhan dengan sangat luar biasa
tetapi justru merasa dirinya paling berdosa dari semua orang berdosa. Dengan
bertambahnya usia, dengan bertambahnya pengalaman, Paulus semakin mengenal
siapa dirinya dan siapakah Tuhannya. Dan pengenalan tersebut rupanya bukan
membawa Paulus (dan juga Yesaya) kepada suatu kesadaran bahwa dirinya adalah
orang yang suci. Justru sebaliknya, pengenalan akan diri sendiri dan pengenalan
akan Tuhan yang sejati, justru akan membawa kita pada kesadaran bahwa kita ini
adalah orang yang telah jatuh ke dalam dosa.
Biarlah
kedua tokoh besar dalam Alkitab ini senantiasa mengingatkan kita tentang status
kita sebagai orang yang telah jatuh ke dalam dosa, namun sekaligus juga sebagai
orang yang telah dibenarkan. Kedua status tersebut haruslah selalu menjaga kita
tetap rendah hati di hadapan Allah dan juga di hadapan manusia.
Ketiga: Kita
akan senantiasa bergumul dengan dosa kita
Dalam
bagian ke satu sudah saya sampaikan bahwa standar yang ditetapkan Yesus adalah
kesempurnaan. Namun, natur dosa di dalam diri orang percaya, membuat mereka
tidak mungkin mencapai kesempurnaan hidup. Natur dosa itu akan terus menerus
berperang dengan natur baru yang Tuhan anugerahkan melalui pembenaran.
Semenjak
kita dianugerahkan iman untuk percaya pada Yesus, maka pada saat itu kita
memiliki dua natur. Natur pertama adalah sifat keberdosaan kita yang sangat
mematikan dan senantiasa menyeret kita untuk berbuat dosa. Natur kedua adalah
sebuah natur baru yang dianugerahkan oleh Tuhan melalui Roh Kudus kepada kita
yaitu berupa suatu kemampuan untuk percaya pada Yesus dan kerinduan untuk mulai
taat pada-Nya. Alkitab memakai istilah “manusia baru” untuk natur kita yang
kedua tersebut.
Dalam
Efesus 4:20-24 ada gambaran yang cukup baik mengenai natur pertama dan natur
kedua kita, dimana dalam Efesus tersebut istilah yang dipakai adalah manusia
lama dan manusia baru. Surat Efesus berbunyi demikian:
20 Tetapi
kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. 21 Karena
kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut
kebenaran yang nyata dalam Yesus, 22 yaitu
bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan
manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, 23 supaya kamu dibaharui di dalam roh dan
pikiranmu, 24 dan mengenakan manusia
baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan
kekudusan yang sesungguhnya.
Bukan
suatu hal yang mudah apabila sebagai seorang pribadi kita memiliki dua natur
yang berbeda bukan? Dan bukan saja berbeda, kedua natur tersebut bahkan akan
senantiasa berperang di dalam diri kita. Menarik kita antara sisi yang satu ke
sisi yang lain. Antara ingin melawan Allah dan ingin taat pada-Nya.
Pergumulan
atau peperangan semacam ini adalah pergumulan yang nyata di dalam diri orang
percaya yang telah jatuh ke dalam dosa namun yang telah dibenarkan secara cuma-cuma
oleh penebusan Yesus Kristus. Kita dapat melihat bagaimana kesaksian Rasul Paulus
yang secara jujur telah menuturkan pergumulannya yang terjadi bahkan setelah ia
menjadi orang percaya.
Dalam
surat Roma pasal 7, Paulus menulis demikian:
18 Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu
di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak
memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. 19 Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu
yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang
jahat, yang aku perbuat. 20 Jadi jika
aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang
memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku. 21 Demikianlah
aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat
itu ada padaku. 22 Sebab di dalam
batinku aku suka akan hukum Allah, 23 tetapi
di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan
hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam
anggota-anggota tubuhku. 24 Aku, manusia
celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? 25 Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus,
Tuhan kita. 26 Jadi dengan akal
budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani
hukum dosa.
Demikian
dapat kita lihat betapa sulitnya pergumulan kita sebagai orang yang telah jatuh
ke dalam natur keberdosaan namun yang juga telah dibenarkan di hadapan Allah.
Namun janganlah kita menjadi putus asa, melainkan seperti Rasul Paulus biarlah
kita memandang kepada Yesus dengan penuh rasa syukur karena tanpa pengorbanan
Yesus di atas kayu salib, maka kita tidak mungkin akan dapat diselamatkan.
Keberdosaan telah begitu merusak natur hidup kita sebagai manusia, sedemikian
rupa sehingga kita tidak tahu lagi apa yang baik dan apa yang jahat.
Penutup:
Bersyukur
Kiranya
melalui kesadaran akan kondisi kita yang sekalipun sudah mendapat anugerah
untuk percaya namun tetap terpengaruh oleh natur keberdosaan ini, kita akan
senantiasa terdorong untuk bersyukur kepada Tuhan Yesus yang telah menebus
kita.
Yesus
telah melakukan sebuah pekerjaan luar biasa bagi kita. Suatu pekerjaan yang
kita sendiri tidak akan pernah mampu untuk melakukannya. Bersyukurlah pada
Yesus senantiasa. Amin.
Pokok pikiran
yang terdapat dalam tulisan ini:
Karena
semua orang telah berbuat dosa
Roma
3:20-24
Konteks
dari Roma 3:23
Apa
yang dapat kita pahami dari berita Alkitab semua orang percaya telah berbuat
dosa?
Apa
yang harus kita perbuat sehubungan dengan Roma 3:23?
Sikap
apa yang harus kita miliki sehubungan dengan Roma 3:23?
Kita
menjadi pendosa dalam persekutuan dengan Adam dan Hawa.
Penjelasan
atas Mazmur 51:7 dalam kesalahan dan dosa kita dikandung.
Apa
kegunaan Hukum Taurat?
Apakah
peraturan agama berguna bagi kita?
Kita
telah berhutang keselamatan kepada Yesus Kristus
Apa
perbedaan antara orang percaya dan orang yang tidak percaya?
Bagaimana
pandangan orang tidak percaya Yesus tentang keselamatan?
Hendaklah
kita semakin merendahkan diri di hadapan Tuhan.
Mengapa
kita tidak boleh sombong di hadapan Tuhan?
Apakah
standar untuk masuk surge?
Apakah
standar yang ditetapkan Tuhan bagi kita?
Pengertian
dari Matius 5:48.
Mengapa
kita sering merasa bahwa kita ini lebih baik daripada orang lain?
Pengertian
dari Yesaya 64:6
Mengapa
Yesaya mengatakan bahwa kesalehan kita seperti kain kotor?
Pengertian
1 Korintus 15:9
Pengertian
Efesus 3:8
Pengertian
1 Timotius 1:15
Seperti
apakah seharusnya orang Kristen yang semakin dewasa kerohaniannya itu?
Perbandingan
antara orang yang percaya Yesus dan yang tidak percaya Yesus.
Pengertian
Efesus 4:20-24.
Apa
yang dimaksud dengan manusia lama dan manusia baru?
Pengertian
Roma 7:18-26.
Seperti
apakah pergumulan Rasul Paulus dengan dosa?
Jadi
apakah kesimpulan kita atas ayat Alkitab Roma 3:23.?
Bacaan lainnya:
Dalam
tulisan ini kita melihat bahwa standar untuk dapat masuk ke dalam sorga adalah
standar kesempurnaan (Matius 5:48). Tuhan Yesus pernah menjelaskan sebuah perumpamaan
yang mirip dengan dengan konsep dalam Matius 5:48 ini, yaitu perumpamaan
tentang unta yang melewati lubang jarum. Bacalah pengertian dari Unta melewati
Lubang Jarum tersebut dalam
artikel ini.
Tidak
sedikit orang yang begitu antusias untuk membuktikan bahwa Yesus sebetulnya
tidak bangkit dari kematian. Salah satu berita yang pernah ramai dibicarakan
adalah bahwa Tulang Belulang Yesus telah ditemukan. Benarkah demikian? Temukan
jawabannya dalam artikel ini.
Apakah
langit bisa menceritakan sesuatu? Jika ya, maka apakah yang diceritakannya?
Temukan jawabannya dalam
artikel ini.