Ketika seekor ayam lebih setia daripada seorang murid...
Kata Petrus kepada-Nya:
"Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak." Lalu kata Yesus
kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada hari ini, malam ini
juga, sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga
kali." (Markus 14: 29,30)
Rekomendasi Buku
"Mengapa Engkau Meninggalkan Aku"
Petrus belum benar-benar menyadari apa yang
sedang terjadi dengan Yesus Kristus dan ia juga tidak betul-betul memahami apa
yang sedang terjadi pada dirinya sendiri. Itulah sebabnya Petrus merasa sangat
yakin bahwa ia memiliki keberanian untuk mengikut Yesus kemana pun Dia pergi,
bahkan menuju kematian sekalipun.[Baca juga: Perbedaan antara perbuatan daging dan Buah Roh. Klik disini.]
Akan tetapi respon Tuhan Yesus terhadap Petrus
ternyata sangat di luar dugaan. Bahkan Petrus pun tidak mengira akan menerima
tanggapan seperti itu.
Di sini kita belajar bahwa keyakinan
seseorang, betapapun kuatnya, tidak serta merta sama dan sebangun dengan
kenyataan yang ada. Tuhan mengerti isi hati kita jauh lebih dalam daripada diri
kita sendiri. Adakalanya kita begitu confident akan diri kita, iman kita,
keberanian kita, bahkan “keberhasilan” kita di dalam melayani Tuhan. Tetapi
pada akhirnya, hanya Tuhan saja yang benar-benar mengerti apa yang sesungguhnya
terjadi di dalam diri kita. [Baca juga: Mengapa Kekristenan tidak mengakui Apocrypha sebagai Kitab Suci? Klik disini.]
Dari ucapannya Petrus terlihat sangat beriman,
sangat cinta Tuhan, sangat setia dan sangat berlainan dengan murid lain yang
terlihat sebagai penakut. Tetapi apakah Petrus memang seperti apa yang
dipikirkannya sendiri? Tuhan Yesus membuka jati diri Petrus yang bahkan Petrus
sendiri pun sama sekali tidak menyadari.
Bagaimana dengan kita? Ada kalanya kita juga
seperti Petrus. Yang begitu percaya diri, yang merasa lebih baik dari orang
lain, yang merasa sudah sangat memahami Yesus Kristus dan merasa sangat siap
untuk membela Dia. Tetapi jangan-jangan ucapan Tuhan Yesus kepada Petrus pun
ternyata adalah ucapan yang dapat ditujukan pula kepada diri kita.
Sebelum ayam berkokok dua kali
Ada penafsir yang mencoba mencari tahu berapa
kali sebetulnya ayam berkokok sebelum datangnya waktu fajar. Menurut mereka, biasanya
ayam berkokok sebanyak tiga kali, yaitu tengah malam, sekitar jam 3 pagi dan
terakhir sekitar jam 5 pagi yaitu menjelang terbitnya matahari. Sehingga ketika
Yesus mengatakan sebelum ayam berkokok dua kali, maka hal itu dapat disimpulkan
bahwa peristiwa tersebut terjadi sebelum jam 3 pagi. Sudut pandang seperti ini
saya pikir cukup menarik. [Baca juga: Rasa bersalah yang membawa pada pertobatan dan pengampunan. Klik disini.]
Tetapi mengetahui fakta (atau teori) semacam
itu saja barangkali kurang membawa kita kepada suatu kekayaan pengertian
tentang betapa dalamnya Petrus telah jatuh ke dalam dosa. Apalagi catatan
tentang “ayam yang berkokok dua kali” ini ternyata tidak terlalu ditekankan pula
oleh para penulis Injil yang lain. Hanya Markus yang mengutarakan hal
tersebut. Sehingga sepertinya tidak jadi persoalan apakah Petrus menyangkal
sebelum jam 3 pagi atau sebelum jam 5 pagi. Penulis Injil lain malah tidak
membahas hal itu sama sekali.
Jadi apa yang dapat kita pelajari dari
catatan Markus yang cukup unik ini?
Secara umum kita mengetahui bahwa ayam
berkokok karena ia mengenali akan datangnya sang fajar, yaitu terang yang
datang ke dalam dunia yang gelap. Jika ayam saja yang hanya seekor binatang
yang rendah, bisa mengenali terang dunia yang berasal dari matahari, mengapa
Petrus yang adalah seorang manusia yang mulia, tidak bisa mengenali Sang Terang sejati? Petrus menyangkal bahwa ia kenal dengan Tuhan Yesus. Petrus sudah sekian lama
mengikut Yesus, sudah sekian lama melihat perbuatan dan tanda-tanda ajaib Yesus,
tapi ia tetap gagal mengenali Sang Terang sejati itu.
Ayam saja begitu setia menyambut pergantian
hari, begitu konsisten dalam memberitakan datangnya sang terang yang berasal
dari matahari. Mengapa Petrus justru menyangkali Sang Terang itu? Dan jika ayam
saja berkokok hingga dua kali untuk mempermuliakan Tuhan, mengapa Petrus
menyangkal bahkan sampai tiga kali untuk mempermalukan Tuhannya? Betapa
dalamnya kejatuhan Petrus dalam gambaran ini, bukan?
Tentu saja, seorang manusia tidak sepantasnya
disandingkan dengan seekor ayam. Tetapi disini kita melihat suatu ironi yang
besar. Ia yang menyangka bahwa dirinya begitu tinggi, pada akhirnya harus
mendapati bahwa ia telah melakukan perbuatan yang sangat rendah. Ia yang
menyangka bahwa dirinya sangat setia, pada akhirnya harus belajar dari
kesetiaan seekor ayam dalam menjalankan fungsinya di dunia.
Kita tidak lebih baik dari Petrus, oleh karena
itu sangat mungkin kita juga tidak lebih setia dari seekor ayam, ciptaan Tuhan
yang rendah itu. Ada beberapa point yang dapat kita pikirkan.
Pertama
Persoalan manusia di dunia ini adalah bahwa
mereka sering menilai diri mereka terlalu tinggi di hadapan Tuhan. Bagi orang
yang tidak percaya kepada Yesus, mereka merasa bahwa diri mereka cukup baik sehingga
tidak memandang perlunya seorang Juruselamat.
Tetapi sebagai orang yang sudah percaya pun,
janganlah kita merasa terlalu yakin terhadap diri kita sendiri. Kejadian yang
menimpa Petrus hendaklah menjadi peringatan bagi kita. Sudah seberapa jauhkah kita
mengenal Yesus Kristus? Petrus pikir dia sudah mengenal Kristus, tetapi kita
tahu bahwa ternyata ia keliru.
Kedua
Betapa pentingnya memelihara kerendahan hati
di hadapan Tuhan dan di hadapan sesama kita. Ketimbang merasa sudah cukup baik
di hadapan Tuhan dan cukup baik dibandingkan anak Tuhan yang lain, ada baiknya
kita senantiasa melihat diri kita sebagai orang gagal yang senantiasa membutuhkan
pertolongan dan belas kasihan Tuhan.
Ketiga
Orang yang berteriak-teriak bahwa ia sedang
membela Tuhan, belum tentu merupakan tanda atau ciri bahwa ia sudah mengenal
Tuhan.
UNTUK DIRENUNGKAN
Bencana global yang sedang melanda dunia saat
ini setidaknya membantu kita untuk melihat bahwa kita tidak jauh lebih kuat
bahkan dibandingkan dengan organisma yang sangat kecil sekalipun. Sama seperti
Petrus yang ternyata tidak lebih setia daripada seekor ayam. Oleh karena itu,
atas dasar apa kita bisa merasa lebih kuat dari kuasa dosa yang sedang
menggerogoti jiwa kita saat ini?
Jika orang sebesar Petrus saja bisa melakukan
kesalahan yang sedemikian dalam, apalagi kita.
Biarlah momen Paskah yang kita rayakan ini
mengingatkan kita bahwa tidak selamanya kita akan tinggal di dunia ini, bahkan
Yesus pun pada akhirnya pergi dari dunia ini melalui kematian-Nya.
Biarlah momen Paskah yang kita rayakan ini
juga mengingatkan kita bahwa ada suatu pengharapan akan datangnya suatu hidup
baru yang ditawarkan oleh Yesus yang bangkit itu. Apabila Ia datang, jangan
sampai kita gagal mengenal Dia sedemikian rupa hingga kita menyangkali Dia.
Kiranya Tuhan memberkati. Amin.
Beberapa pertanyaan reflektif:
Apa maksud dari perkataan di dalam Markus 14:29,30?
Mengapa Petrus menyangkal Tuhan Yesus?
Mengapa ayam berkokok dua kali?
Apa artinya ayam berkokok dua kali?
Mengapa Petrus semula ingin ikut mati bersama Tuhan Yesus?
Mengapa Tuhan Yesus mengatakan bahwa Petrus akan menyangkal Yesus?