Siapakah
Teofilus?
Injil
Lukas di awali dengan kata-kata “Teofilus yang mulia.” Ini adalah suatu indikasi
mengenai tujuan atau target pembaca, yaitu seseorang kepada siapakah Injil Lukas
ini ditulis.[1]
Pertanyaannya adalah, siapakah Teofilus itu? [Baca juga: Ketika hidup kita sangat kekurangan. Klik disini.]
Buku "Tafsiran Injil Lukas" menurut Matthew Henry.
Sepanjang
sejarah Alkitab Perjanjian Baru, khususnya terkait Injil Lukas, muncul beragam
pendapat mengenai siapakah sosok Teofilus ini. Ada yang mengatakan bahwa ia merupakan
seorang Yahudi yang tinggal di daerah Alexandria. Ada pula yang mengatakan
bahwa ia sebenarnya adalah seorang Romawi yang memiliki kedudukan tinggi di
dalam pemerintahan, sehingga Lukas memberi tambahan kata-kata kratiste yaitu sama
artinya dengan “yang mulia“ atau “optime”
dalam bahasa Latin. Tetapi ada pula yang menganggap bahwa Teofilus ini
sebenarnya adalah seorang ahli hukum (lawyer)
yang mendampingi Paulus selama masa-masa pengadilan yang dihadapi oleh Paulus
di kota Roma.
Apa
pun pendapat yang dilontarkan oleh masing-masing pihak yang saling berbeda itu,
sebenarnya tidak ada satu pun di antara mereka yang dapat memastikan bahwa
pendapat merekalah yang paling benar dan merupakan argumentasi yang tidak
tergoncangkan lagi. [Baca juga: Apakah yang dimaksud dengan iman? Klik disini.]
Agaknya
semua pihak pada akhirnya setuju bahwa mereka sendiri pun tidak dapat
memastikan siapakah Teofilus ini. Semua pendapat yang disampaikan itu hanya
bersifat dugaan atau hipotesa yang tidak mudah juga untuk dibuktikan.
Lalu
bagaimana dengan kita? Apakah istilah “Teofilus” ini kita lewatkan saja tanpa
makna apa-apa? Atau, jangan-jangan, malah lebih baik kata ini kita hapus saja
sekalian dari Alkitab kita?
Tentu
saja hal itu tidak boleh terjadi, sebab Roh Kudus melalui Lukas telah berkenan
untuk menaruh kata tersebut di dalam Alkitab kita. Sekalipun kita tidak (atau
belum) mengenal siapa sebenarnya Teofilus ini, tapi saya pikir ada suatu makna
yang dapat kita gali dari sosok yang misterius tersebut.
Saya
ingin mengajak kita semua untuk kembali melihat baik-baik istilah ini. Dan
tanpa bermaksud membuat sebuah penafsiran yang bersifat alegoris terhadap kata
ini, saya pikir kata ini bukan tidak berbicara apa-apa sama sekali kepada kita.
Orang yang
mengasihi Allah:
Istilah
Teofilus sebenarnya terdiri dari dua kata yaitu Teos, yang berarti Allah dan Phileo,
yang berarti kasih. Sehingga istilah Teofilus ini bisa kita artikan pula
sebagai orang (maskulin, singular) yang mengasihi Allah. Atau ada
pula yang menterjemahkannya sebagai sahabat Allah.
Sehingga
berdasarkan pemahaman ini, ada pula yang berpendapat bahwa Lukas sebenarnya tidak
menulis kepada orang tertentu yang sudah dia kenal, tetapi kepada siapa saja
orang yang membaca Injil ini dan yang mengasihi Allah. Semacam “to whom it may concern” dalam istilah
kita sekarang.
Bagi
saya, terlepas dari berbagai ketidakpastian seputar jati diri Teofilus ini, ada
satu hal yang dapat kita pastikan yaitu bahwa orang yang mengasihi Allah ini (siapa pun dia)
telah menggerakkan orang lain (yaitu Lukas) untuk turut menunjukkan kasihnya
kepada Allah (yaitu dengan menulis Injil ini).
Bukan
suatu kebetulan, saya yakin, jika Tuhan Yesus pun pernah berkata seperti ini: “dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan
menarik semua orang datang kepada-Ku." (Yohanes 12:32)
Maksud
Tuhan Yesus “ditinggikan dari bumi” adalah disalibkan. Melalui kematian Yesus
di atas kayu salib, banyak orang di dunia yang tergerak untuk datang kepada-Nya.
Kasih
Tuhan Yesus kepada Bapa-Nya telah menarik orang lain untuk turut mengasihi Allah.
William
Carey adalah seorang berkebangsaan Inggris yang sungguh-sungguh mengasihi
Tuhan. Ia pergi ke India pada tahun 1793 untuk memperkenalkan Yesus Kristus
kepada orang-orang yang ada di sana.
Upaya
Carey ditempuh dengan cara menterjemahkan Alkitab ke dalam sebanyak mungkin
bahasa suku yang ada di India. Agar orang India dapat mengenal Tuhan Yesus
melalui pembacaan Alkitab dalam bahasa mereka sendiri. Bukan perkara mudah
tentunya bagi Carey, karena bahasa India bukanlah bahasa ibu bagi dirinya.
Dengan
susah payah, didukung oleh mental sekuat baja dan kasihnya yang besar kepada
Yesus Kristus Tuhan kita, akhirnya Carey berhasil membuat berbagai terjemahan Alkitab
ke dalam bahasa suku-suku di India tersebut. Bahkan Carey kemudian berhasil
membangun workshop untuk percetakan
di daerah Serampore yang memproduksi Alkitab dalam bahasa-bahasa suku India
tersebut.
Meskipun
terbilang sederhana untuk ukuran jaman sekarang, namun boleh dikatakan bahwa
inilah pabrik percetakan pertama yang ada di India pada saat itu. Dan bersamaan
dengan itu Carey juga telah membuat berbagai Kamus bahasa India serta berbagai macam
karya tulis yang semuanya ia persembahkan untuk kemuliaan nama Yesus Kristus di
India.
Pada
suatu hari, tepatnya tanggal 11 Maret 1812, ketika William Carey sedang
mengajar Alkitab di daerah Calcuta, terjadilah suatu kebakaran pada lokasi percetakan
yang berada di Serampore tersebut.
Masyarakat
sekitar dan beberapa orang rekan pelayanan Carey berusaha sekuat tenaga untuk
memadamkan api yang menjalar dengan cepat itu, namun tanpa hasil. Workshop percetakan William Carey, yang
dibangun dengan tetesan keringat dan doa penuh air mata itu habis terbakar.
Termasuk berbagai terjemahan, kamus, manuskrip dan buku-buku Kristen yang ia
simpan dalam perpustakaan pribadinya.
Tanpa
mengetahui sedikitpun akan musibah yang telah terjadi, sepulangnya Carey dari
mengajar, ia mendapati bahwa percetakannya tersebut sudah habis terbakar. Semua
Alkitab terjemahan bahasa suku itu, semua kamus, bahan tulisan, bahan riset
yang telah ia kerjakan dengan sepenuh hati dan segenap jiwa itu, lenyap tak
bersisa. Hanya sedikit sekali yang tersisa dari mesin-mesin cetak yang dulu ia
miliki.
Hati
William Carey hancur, ia menangis tersedu-sedu dan bertanya kepada Tuhan
mengapa Ia mengizinkan semua ini terjadi? Bukankah semua ini ia lakukan demi
mempermuliakan nama Tuhan? Tidak adakah yang dapat dilakukan oleh Allah Yang
Mahakuasa untuk sekedar menghentikan api tersebut melalap habis segala jerih
lelahnya selama ini? William Carey terpuruk dalam kesedihan dan nampaknya Tuhan
pun diam seribu bahasa pada saat itu.
Apakah
Tuhan benar-benar tidak perduli pada perjuangan William Carey? Apakah Tuhan
entah kenapa kecewa padanya? Apakah Tuhan adalah sejenis makhluk supranatural
yang berhati dingin, kejam serta tidak
tahu bagaimana menghargai perjuangan orang yang sudah begitu tulus melayani
Dia?
Tuhan
tentu saja sangat mengasihi William Carey. Namun cara Tuhan bekerja, tidak selalu
sama dengan cara berpikir kita. Dalam beberapa waktu kemudian, Carey pun mulai
pulih dan berangsur-angsur bangkit dari kesedihannya. Di sela-sela sisa air
matanya Carey berkata: “Tuhan pernah memimpinku dalam pembuatan Alkitab
terjemahan itu hingga selesai. Biarlah Tuhan memimpinku sekali lagi mulai dari awal
kembali.” Carey belum memahami makna di balik peristiwa ini, tapi ia sudah
bersedia untuk mulai dari awal lagi.
Sementara
itu, tanpa Carey ketahui, kisah kebakaran hebat yang menimpa percetakannya itu,
bergema di seluruh benua Eropa, Inggris, Amerika dan bahkan India sendiri.
Banyak orang turut mencucurkan air mata, terharu akan perjuangan Carey yang
begitu mengasihi Kristus dan mengasihi masyarakat India di Serampore, Calcuta
dan daerah-daerahnya sekitarnya.
Dalam
kurun waktu yang tidak terlalu lama, terkumpullah sejumlah dana yang sangat
besar yang akan dikirimkan oleh masyarakat dunia Barat kepada William Carey untuk
membangun kembali percetakan Alkitabnya. Dana itu begitu besar, sampai kabarnya
Carey beserta rekan-rekan sepelayanannya terpaksa menulis surat memohon agar
jangan dikirimi uang lagi karena mereka agak kewalahan dalam mengelola dana
sebanyak itu.
Dan
bukan itu saja, bersamaan dengan dana bantuan tersebut, kisah kasih William
Carey kepada Kristus dan orang-orang India tersebut akhirnya juga menggerakkan banyak
sekali anak-anak muda Eropa dan Inggris untuk datang mendukung pelayanan
William Carey. Bukan 1 atau 2 orang, tapi banyak sekali.
William
Carey bukan saja berhasil membangun pabrik percetakan Alkitab yang lebih besar
dari sebelumnya. Ia juga bahkan punya modal yang cukup untuk membangun sekolah
dan universitas Kristen di Serampore. Pada tahun 1832, William Carey tercatat telah
menyelesaikan penerjemaham Alkitab ke dalam 44 bahasa dan dialek India.
Cara
Tuhan membalas kesetiaan dan cinta kasih William Carey tidak selalu dapat kita
duga. Tuhan bekerja, dengan cara yang tidak selalu dapat kita pahami. Dan
mungkin, kita semua memang tidak pernah dipanggil untuk senantiasa memahami apa
yang terjadi dalam hidup kita. Melainkan Dia memanggil kita untuk senantiasa
menjadi setia, betapa pun gelapnya jalan yang sedang kita tempuh. Tuhan Yesus
memanggil kita untuk mempercayakan hidup kita ke dalam tangan-Nya, sekalipun
kita tidak selalu mengerti akan rencana-Nya.
Teofilus
telah menggerakkan hati Lukas untuk menulis. Yesus Kristus telah menggerakkan hati
banyak orang untuk datang menyembah Bapa. William Carey telah menggerakkan hati
banyak pemuda menyerahkan diri untuk melayani Tuhan.
Orang
yang mengasihi Allah, akan menggerakkan pula orang lain untuk turut berbagian
dalam mengasihi Allah.
Kiranya
Tuhan memberkati kita dengan pengenalan akan Dia. Amin.
Catatan
[1] Hal ini muncul dalam Alkitab Bahasa Indonesia versi LAI. Dalam Alkitab Bahasa Inggris maupun dalam bahasa Yunani, istilah “Teofilus yang mulia” muncul pada ayat ke 3.
Catatan
[1] Hal ini muncul dalam Alkitab Bahasa Indonesia versi LAI. Dalam Alkitab Bahasa Inggris maupun dalam bahasa Yunani, istilah “Teofilus yang mulia” muncul pada ayat ke 3.
Baca Juga:
Apakah resep kehidupan yang berkelimpahan dan berhasil? Klik disini.
Seperti apakah iman yang sejati itu? Klik disini
Apakah yang dimaksud dengan bersaksi di dalam kuasa Roh Kudus? Klik disini
Karena begitu besar kasih Allah, apa maksud perkataan ini? Klik disini