Oleh:
Izar Tirta
Pendahuluan:
Dalam
tulisan saya yang berjudul Eksposisi Roma
3:23,
saya telah menyampaikan bahwa yang dimaksud dengan “semua orang” dalam ayat
tersebut adalah “semua orang percaya”
sehingga di dalam tulisan ini kita akan membahas tentang “Semua orang percaya yang
telah kehilangan kemuliaan Allah” tersebut. Saya telah membuat pula tulisan
dari Roma 3:23 ini yang berjudul “Karena
semua orang telah berbuat dosa.”
Implikasi:
Orang
percaya pun berada di dalam kondisi kemerosotan sifat-sifat mulia atau
sifat-sifat Ilahi yang ada pada dirinya. Untuk lebih jelas mengenai kemerosotan
diri kita, silahkah baca penjelasannya secara terperinci dalam tulisan berjudul
Eksposisi Roma
3:23.
Dalam
Kitab Kejadian pasal 1 kita tahu bahwa manusia telah diciptakan menurut gambar
dan rupa Allah. Ini adalah suatu bentuk kemuliaan Ilahi yang ditanamkan di
dalam diri manusia. Saat ini kita sulit melihat kemuliaan Ilahi yang ada dalam
diri manusia, karena kita sekarang hidup di dalam zaman dimana manusia telah
jatuh ke dalam dosa.
Mazmur
8:1-9, mencatat tentang betapa mulianya manusia sebagai ciptaan Allah:
(1) Untuk
pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur Daud. Ya TUHAN, Tuhan kami,
betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! Keagungan-Mu yang mengatasi langit
dinyanyikan. (2) Dari mulut
bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena
lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam. (3) Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang
Kautempatkan: (4) apakah manusia,
sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau
mengindahkannya? (5) Namun Engkau
telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan
kemuliaan dan hormat. (6) Engkau
membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di
bawah kakinya: (7) kambing domba
dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; (8) burung-burung di udara dan ikan-ikan
di laut, dan apa yang melintasi arus lautan. (9) Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!
Ada
beberapa hal atau karakteristik, menurut pemazmur, yang menjadikan manusia
begitu mulia. Kemuliaan manusia menurut Mazmur 8 tersebut, tergambar dari
ciri-ciri sebagai berikut.
- Manusia begitu mulia, karena Allah pun sampai mengingatnya.
- Manusia begitu mulia, karena Allah pun sampai mengindahkannya.
- Manusia dibuat hampir sama seperti Allah.
- Manusia dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat oleh Allah sendiri.
- Manusia diberi kuasa atas buatan tangan Tuhan
- Segala ciptaan lain diletakkan di bawah kaki manusia oleh Tuhan.
Pada
bagian akhir, pemazmur mengembalikan kemuliaan tersebut kepada Tuhan. Sebab di
dalam menciptakan manusia yang mulia inilah, kemuliaan Tuhan juga terlihat semakin
nyata bersinar.
Betapa
luar biasanya kemuliaan seorang manusia itu bukan? Akibat dosa, kemuliaan yang
ditanamkan di dalam diri kita ini semakin lama semakin merosot.
Perbuatan-perbuatan manusia tidak lagi hampir sama seperti Allah, melainkan
justru kebalikannya. Jika Allah adalah Pribadi yang mengasihi, maka manusia
kini menjadi pembenci. Setelah Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, Alkitab
mencatat anak-anak dari Adam dan Hawa mulai saling membunuh. Mereka bersaudara,
namun karena masalah iri hati seorang saudara dapat dengan mudah membunuh
saudaranya yang lain. Tentu saja ini sikap dan perbuatan yang sama sekali tidak
mirip dengan sikap dan perbuatan Allah bukan?
Berdasarkan
analisa terhadap kata “kehilangan” kemuliaan Allah yang telah saya bahas dalam
tulisan Ekposisi Roma
3:23,
kita tahu bahwa kata kehilangan tersebut akan lebih tepat jika diterjemahkan
menjadi “sedang dikurangi” Kekuatan atau daya hancur dosa begitu dahsyat sehingga
kita manusia hanya dapat bersikap pasif saja sementara kemuliaan kita semakin
hari semakin berkurang. Tidak heran jika Tuhan memperingatkan Adam dan Hawa
bahwa “pada saat kamu memakannya (buah dari pohon pengetahuan yang baik dan
yang jahat), kamu akan mati. (Kejadian 2:16). Walaupun manusia tidak segera
mati secara fisik, namun secara rohani, sebagaimana diungkapkan pula dalam Roma
3:23 ini, kita semua sedang menuju pada kematian.
Istilah
mati yang muncul dalam Kejadian 2:16 tersebut diungkapkan dengan istilah
“kehilangan” kemuliaan Allah. Kata kerja yang bersifat present pasive yang dipakai dalam Roma 3:23 itu adalah suatu
gambaran tentang betapa tidak mampunya kita dalam melawan kekuatan dosa yang
sedang bekerja tersebut. Kondisi kemerosotan ini menarik atau menyeret sifat
mulia orang percaya ke dalam kepudaran dengan kekuatan yang lebih besar dari
pada kekuatan untuk melawannya. Ini sejalan dengan pengakuan Rasul Paulus dalam
Roma 7:18-26 yang telah saya bahas dalam tulisan “Karena semua orang percaya
telah berbuat dosa”
Jika
demikian, apakah kita manusia tidak punya harapan lagi? Masih ada. Di dalam
Yesus, masih selalu ada harapan.
Kita
hanya dapat menang melawan kondisi keberdosaan kita jika kita bergantung pada
Yesus. Kita tidak dapat melawan kekuatan dosa yang jelas-jelas lebih besar
daripada kekuatan kita. Tetapi kita punya Tuhan Yesus yang telah menang atas
kuasa dosa. Sehingga hanya di dalam Dia dan oleh Dia lah kita punya harapan
untuk menang atas kondisi keberdosaan tersebut.
Itu sebabnya Yesus berkata diluar Aku kamu
tidak dapat berbuat apa-apa.
Ada
banyak contoh dimana orang Kristen yang sudah percaya pun jatuh ke dalam dosa.
Hal tersebut memalukan memang, namun hal tersebut dalam artian tertentu masih wajar,
karena sekalipun kita sudah dibenarkan, kondisi kerohanian kita sendiri secara
alami sedang berjalan ke arah menurun atau mengalami kemerosotan sebagai akibat
dari kejatuhan ke dalam dosa.
Itu
sebabnya Paulus pernah berkata: Tetap kerjakan keselamatanmu.
Penutup:
Jangankan
orang lain diluar Kristus, orang yang sudah di dalam Kristus pun tidak kebal
terhadap pengaruh dosa yang secara dahsyat menghancurkan diri kita. Orang di
luar Kristus adalah orang yang tidak menyadari keberdosaan dirinya dan
cenderung merasa bahwa mereka dapat menyelamatkan diri melalui keberhasilan
mereka dalam melaksanakan kaidah-kaidah Agama. Dalam Alkitab adalah contoh yang
tepat sekali, yaitu ketika seorang muda yang kaya datang menemui Yesus dan
bertanya tentang bagaimana cara diselamatkan. Orang muda ini tidak menyadari
keberdosaan dalam dirinya dan mengira bahwa ia sudah cukup baik dalam
menjalankan Hukum Taurat. (Untuk lengkapnya silahkan baca tulisan tersebut
dengan klik tulisan saya berjudul “Jika
demikian siapakah yang dapat diselamatkan?”)