Bukti-bukti Eksternal
Ke-Ilahi-an Alkitab
Serie
tulisan: Bukti Alkitab adalah Firman Tuhan
Oleh:
Izar Tirta
Dalam tulisan-tulisan sebelumnya, kita sudah membahas dua point dari bukti eksternal ke-Ilahi-an Alkitab yaitu pertama tentang proses penulisannya yang ajaib dan kedua adalah tentang keakuratan Alkitab sebagai catatan sejarah. Point yang kedua memang tidak punya peranan langsung terhadap pembuktian tersebut, sebagaimana yang telah disebutkan dalam tulisan terdahulu: “Adalah di luar bidang arkeologi untuk membuktikan bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan,” namun bukan berarti sumbangsih arkeologi sama sekali tidak penting bagi ditariknya suatu kesimpulan bahwa apa yang dikatakan oleh Alkitab adalah kebenaran.
Pada
tulisan ini, kita akan melihat bukti atau petunjuk lain yang semakin menguatkan
keyakinan kita bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan, yaitu dalam hal ini adalah
mengenai tidak
pernah melesetnya kata-kata nubuatan yang ada di dalam Alkitab.
Adapun
alasan mengapa saya mengkategorikan point
ini ke dalam bukti eksternal adalah karena bukti yang dibicarakan dalam tulisan
ini berkenaan dengan segala sesuatu yang tidak tercatat secara eksplisit di dalam
Alkitab namun telah ditemukan oleh arkeologi atau oleh ilmu pengetahuan sejarah,
atau pun yang menjadi nyata dengan sendirinya dengan berjalannya waktu.
Apa yang dimaksud dengan Nubuat?
Saya
telah membuat sebuah tulisan yang membahas tentang nubuat. Di mana dalam
tulisan tersebut saya membahas beberapa pertanyaan, seperti:
Apa itu nubuat?
Apa pengertian nubuat di dalam
Perjanjian Lama?
Apa pengertian nubuat di dalam
Perjanjian Baru?
Apakah hingga saat ini kita masih
membutuhkan nubuat yang baru?
Apakah nubuat dan pengajaran itu sama?
Jika tidak sama, maka dimanakah letak
perbedaan antara nubuat dan pengajaran?
Dan jika nubuat itu berbeda dengan
pengajaran, maka yang manakah yang lebih dipentingkan oleh para rasul dan oleh
Tuhan Yesus sendiri?
Untuk
membaca pembahasan tentang nubuat tersebut, silahkan click
di sini
Bagaimana nubuat di dalam Alkitab
dapat membuktikan atau mendukung fakta ke-Ilahi-an Alkitab?
Salah
satu pengertian[1] dari
nubuat adalah pesan yang diberikan oleh Allah kepada seorang nabi tentang suatu
peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang.
Apabila
Alkitab adalah Firman Allah, maka sepatutnya Alkitab tidak akan meleset dalam
menyampaikan berita tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Oleh karena
itu, melalui tulisan ini kita akan melihat apakah ada suatu bukti bahwa apa
yang dikatakan oleh Alkitab ternyata sungguh-sungguh terjadi di masa setelah
Alkitab itu selesai ditulis?
Dari Alkitab kita tahu bahwa
Allah ternyata memang menggunakan nubuat sebagai salah satu bukti kuat bagi
manusia untuk memperlihatkan keaslian karya-Nya. Artinya, serangkaian nubuat
yang terdapat di dalam Alkitab sengaja ditaruh oleh Allah untuk membuktikan
bahwa pernyataan-pernyataan dalam Alkitab memang berasal dari Dia.
Dalam kitab Ulangan ada
tertulis pula:
“Jika sekiranya kamu berkata dalam hatimu:
Bagaimanakah kami mengetahui perkataan yang tidak difirmankan TUHAN? Apabila
seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan
tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN; dengan
terlalu berani nabi itu telah mengatakannya, maka janganlah gentar
kepadanya." (Ulangan
18:21-22)
Di
dalam ayat itu pembuktian yang dilakukan bersifat terbalik, yaitu perkataan
manakah yang tidak di-Firman-kan oleh Tuhan? Jawabnya adalah, perkataan yang
tidak terjadi dan tidak sampai.
Kita
dapat membalik logika kalimat ini menjadi demikian: Perkataan manakah yang di-Firman-kan
Tuhan? Perkataan yang di-Firman-kan Tuhan adalah perkataan yang terjadi dan
sampai. Jelas dan sederhana bukan? Sekarang mari kita lihat dua contoh dari
perkataan Tuhan yang tidak meleset sampai sedetil-detilnya.
Contoh pertama: kehancuran
Babel
Pada
tahun 740 SM Yesaya menubuatkan Babel
akan jatuh, demikian bunyinya:
“Dan Babel,
yang permai di antara kerajaan-kerajaan, perhiasan orang Kasdim yang megah,
akan sama seperti Sodom dan Gomora pada waktu Allah menunggangbalikkannya:
tidak ada penduduk untuk seterusnya, dan tidak ada penghuni turun-temurun;
orang Arab tidak akan berkemah di sana, dan gembala-gembala tidak akan
membiarkan hewannya berbaring di sana; tetapi yang akan berbaring di sana ialah
binatang gurun, dan rumah-rumah mereka akan penuh dengan burung hantu;
burung-burung unta akan diam di sana, dan jin-jin akan melompat-lompat; ..” (Yesaya 13:19-21)
Lalu
pada tahun 627 SM Yeremia juga mengatakan hal tesebut (lihat Yer 50:3,39-40).
Dan ternyata pada tahun 539 SM Babel benar-benar jatuh di tangan bangsa Media-Persia
pimpinan Koresy. Lalu pada abad ke 20 ada seorang misionaris Amerika yang
melayani di Istambul bernama Dr Cyrus Hamlin yang juga melaporkan tentang apa
yang terjadi pada daerah yang dulu dikenal sebagai tempat berdirinya kerajaan
Babel:
“Reruntuhan
kota Babel menimbulkan reaksi kimia pada tanahnya dan tanah yang tadinya subur
berubah menjadi tanah gersang, tepat seperti yang tertulis dalam Yesaya 13.
Pada abad pertama Masehi, Babel menjadi reruntuhan berbau busuk yang hanya
dihuni oleh binatang buas. Pada abad 12 puing istana kota yang terdahulu, sudah
tidak mungkin lagi didekati karena banyaknya ular dan kalajengking berbisa di
daerah itu. Suatu hari saya menggaji seorang syekh beserta kelompoknya untuk
menemani saya berburu selama seminggu di daerah Babel. Menjelang matahari
terbenam orang-orang Arab itu mulai menggulung tenda-tenda mereka dan bersiap-siap
untuk meninggalkan tempat tersebut. Saya segera menjumpai syekh itu untuk
mengajukan protes, namun semua kata-kata saya tidak membawa hasil apa-apa.
Tidak aman katanya. Tidak ada manusia yang berani tinggal di sini sesudah
matahari terbenam. Jin-jin dan setan-setan bermunculan dari lobang-lobang dan
gua-gua setelah hari gelap, dan siapa saja yang tertangkap oleh mereka, akan
menjadi satu dengan mereka. Tidak ada orang Arab yang pernah melihat matahari
tenggelam di Babel.”[2]
Menakutkan
bukan? Jin yang melompat-lompat memang menakutkan, tetapi yang lebih menakutkan
lagi adalah kuasa Firman Tuhan di dalam Alkitab yang begitu tepat dan tidak
pernah meleset. Mungkin kita pernah mendengar bahwa Saddam Hussein pun pernah
berencana membangun kembali sisa-sisa peradaban Babel serta mengembalikan
kejayaannya ketika ia masih memerintah? Namun apa yang terjadi? Di manakah Saddam Hussein sekarang? Bukan saja Babel gagal berdiri kembali, tapi justru kerajaan
Saddam yang ikut hancur.
Contoh ke dua:
kehancuran Tirus
Pada
abad 6 SM, Tuhan pernah berjanji untuk menghancurkan Tirus, kota sombong yang
penuh dosa itu seperti yang tertulis dalam Yehezkiel 26:4,5,12-14.
Mereka akan memusnahkan tembok-tembok Tirus dan meruntuhkan
menara-menaranya, debu tanahnya akan Kubuang sampai bersih dari padanya dan
akan Kujadikan dia gunung batu yang gundul. Ia akan menjadi penjemuran pukat di
tengah lautan, sebab Aku yang mengatakannya, demikianlah firman Tuhan ALLAH; ia
akan menjadi jarahan bagi bangsa-bangsa. (Yehezkiel 26:4 dan 5)
Mereka akan merampas kekayaanmu dan menjarah barang-barang perniagaanmu;
mereka akan meruntuhkan tembok-tembokmu dan merobohkan rumah-rumahmu yang
indah; batumu, kayumu dan tanahmu akan dibuang ke dalam air. Aku akan
mengakhiri keramaian nyanyianmu dan suara kecapimu tidak akan kedengaran lagi.
Aku akan menjadikan engkau gunung batu yang gundul dan dengan demikian engkau
akan menjadi penjemuran pukat, sehingga engkau tidak akan dibangun kembali,
sebab Aku, Tuhanlah yang mengatakannya, demikianlah firman Tuhan ALLAH. (Yehezkiel 26:12-14)
Tirus
akan dihancurkan oleh Babel, warganya dibunuhi, kotanya diratakan dan dibuang
ke laut. Apakah semuanya terjadi persis seperti itu?
Catatan
sejarah mengatakan bahwa beberapa tahun setelah nubuat itu diberikan, Nebukadnezar
membawa pasukannya ke Tirus untuk mengepung kota itu. Tiga belas tahun lamanya
kota itu bertahan sebelum akhirnya hancur dilanda badai pasukan Nebukadnezar
yang kemudian membunuhi siapapun yang ada di dalam kota. Meskipun demikian tidak
semua warga Tirus tewas, sebagian lolos melarikan diri dan akhirnya berhasil
mencapai sebuah pulau kira-kira setengah mil dari garis pantai kota lama (Tirus
adalah kota di pinggir pantai). Dan di pulau itu mereka perlahan-lahan
membangun komunitas dan kota dengan benteng yang baru sehingga untuk sementara
mereka aman. Namun dalam nubuat itu dikatakan bahwa Tirus akan diratakan,
penduduknya dihabisi dan kotanya di buang ke laut? Apakah ini berarti nubuat
Tuhan telah gagal? Tunggu dulu, cerita belum berakhir disini.
Pada
abad 4 SM muncullah seorang penguasa yang sangat besar kuasanya, yaitu Alexander Agung.
Dalam ekspansi besar-besarannya, sampailah ia di Tirus. Ia mengirim utusan ke
seberang pulau dan meminta kota Tirus baru untuk menyerah. Penduduk Tirus,
sadar dengan posisi baru mereka yang sulit ditaklukkan, hanya tertawa mendengar
ancaman tersebut. Tetapi Alexander Agung memerintahkan Diades, insinyur
kepercayaannya, untuk membangun jalan pintas di tengah lautan untuk sampai ke
pulau tempat Tirus baru berdiri. Darimana Diades menemukan segala material
untuk membangun jalan itu? Tembok Tirus lama yang masih berdiri dirontokkan,
batu-batu dan kayu yang ada dicampakkan ke laut untuk membuat jalan bagi
pasukan Alexander.
Lihatlah,
Tirus lama akhirnya dicampakkan ke laut, persis seperti yang dikatakan Tuhan.
Alexander sama sekali tidak menyadari bahwa pada saat itu ia menjadi alat Tuhan
untuk menggenapi nubuatan yang diberikan pada Yehezkiel kira-kira 2 abad sebelumnya.
Bagaimana dengan Tirus baru? Jika ia masih berdiri, maka tentu nubuat Tuhan
belum terpenuhi, apalagi jika dalam nubuat itu disebut secara spesifik bahwa
kota Tirus akan menjadi batu karang tempat nelayan menjemur pukat.
Setelah
jalan lintas lautan rampung, Alexander segera menghabisi seluruh penduduk Tirus
dan meratakan kota baru itu. Lalu di abad 20 M, seorang misionaris Amerika
melaporkan perjalanannya ke daerah di mana Tirus baru dulu berdiri, dan dari
foto-foto perjalanan ia memperhatikan bahwa di pulau itu, tempat di mana Tirus
baru pernah berdiri dengan perasaan aman, terlihat banyak nelayan menjemur
pukat di atas karang. Menakutkan sekali bukan? Setiap detil perkataan Tuhan
terlaksana tanpa seorang pun mampu menahannya.
Orang
percaya maupun tidak percaya telah dijadikan Tuhan sebagai alat untuk
melaksanakan apa yang Ia katakan. Dari sini lagi-lagi kita belajar untuk tidak
sombong dan merasa puas diri dengan pelayananan kita. Jika dalam tulisan
terdahulu kita belajar bahwa Tuhan dapat memakai batu-batu (benda mati) untuk
meneriakkan kemuliaan nama-Nya. Maka dalam tulisan ini kita melihat bahwa orang
tidak percaya pun bisa dipakai Tuhan untuk melaksanakan rencana-Nya. Tidak ada
pekerjaan yang terlalu sulit bagi Tuhan. Oleh karena itu, jika hari ini Ia
mempercayakan suatu pelayanan pada kita, maka itu semata-mata adalah anugerah.
Kita
masih bisa berbicara banyak sekali tentang bukti-bukti semacam yang disebutkan
di atas, tetapi semoga dua contoh kecil ini saja sudah cukup membuat kita bersyukur
atas keberadaan Alkitab yang adalah Firman Tuhan. Apa yang di-Firman-kan oleh
Tuhan pasti terlaksana, sebab Firman Tuhan adalah kebenaran.
Zaman
ini banyak kaum peragu yang berani menghina Alkitab secara terbuka. Zaman ini
orang-orang merasa punya hak untuk memilih percaya atau tidak percaya pada
Alkitab. Namun semoga setelah mempelajari tulisan ini, dari
hati kita tumbuhlah suatu keyakinan, kecintaan dan kegentaran
terhadap Alkitab. Melalui nubuat yang terlaksana secara akurat, terbuktilah
bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan.
Professor Kraemer, seorang ahli dalam Islamologi, mengatakan bahwa tidak
ada kitab suci dari agama apapun yang berisi nubuat yang terperinci seperti
Alkitab (tidak ada satu pun!), apalagi kitab dengan banyak nubuat yang terlaksana
secara akurat. Terus terang, cuma Alkitab yang bisa seperti ini.
Alkitab
adalah Firman Tuhan. Celakalah orang yang menghina Alkitab dan menganggapnya
hanya buku kuno biasa. Jika Babel dikutuk begitu rupa oleh Tuhan, apakah yang
akan terjadi dengan orang-orang berdosa yang begitu sombong menghina Yesus dengan
cerita bohong tentang Dia?
Semua
kisah tentang Yesus yang tidak sesuai dengan Alkitab, pastilah merupakan kebohongan
yang berasal dari si iblis. Jika Tirus dikutuk begitu rupa, bagaimanakah nasib
orang-orang tidak percaya yang merasa puas dengan dirinya sendiri? Mereka berpikir
kebaikan hidup mereka cukup untuk diterima oleh Tuhan, sehingga mereka merasa
tidak membutuhkan Juruselamat. Apakah kiranya yang akan terjadi dengan mereka-mereka
itu? Dan apakah pula yang terjadi dengan kita yang sekalipun mengerti dan
percaya, namun tidak berusaha menghidupinya??
Jika
perkataan dalam Alkitab tidak pernah meleset, dapat dibuktikan oleh penemuan
arkeologi dan sejarah, serta memiliki proses penulisan yang melampaui akal
manusia, maka marilah dengan rendah hati kita terima ajaran Alkitab, karena Alkitab
adalah Firman Tuhan. Marilah dengan kesungguhan hati kita berusaha melakukan ajaran-ajaran
tersebut dalam hidup kita serta berupaya mengajarkannya pula pada orang lain
yang mau membuka hati bagi Tuhan.
Kita
berharap untuk bukan saja mengetahui segala sesuatu yang tertulis dalam artikel
ini, namun kita berharap agar pada suatu saat kita dapat pula mengajarkan
kebenaran ini pada orang lain. Sebab kita semua sepatutnya “dilengkapi untuk
memperlengkapi” orang lain. Sehingga dengan demikian, ajaran Firman Tuhan akan
tersebar luas, keyakinan orang Kristen dapat dikokohkan dan semoga hidup mereka
pun pada akhirnya boleh diubahkan sesuai dengan pengertian yang diterima dari Alkitab.
Mari
kita isi setiap hati yang percaya dengan pengetahuan kebenaran sehingga dari
sana boleh tumbuh pula perbuatan-perbuatan kebenaran. Dan mari kita
sebarluaskan ajaran kebenaran sehingga semakin banyak orang yang memuji serta
mempermuliakan Tuhan.
[1] Bukan
satu-satunya.
[2] Jonathan
Gray, The Forbidden Secret, 126