Dalam
Keluaran 4:24 ada tertulis demikian:
Tetapi di tengah jalan, di suatu tempat
bermalam, TUHAN bertemu dengan Musa dan berikhtiar untuk membunuhnya.
Ayat
ini cukup mengagetkan serta membingungkan bagi banyak orang. Mengapa? Karena
ayat ini terkesan sangat tidak sesuai dengan karakter Allah yang selama ini
kita percayai. Dalam anggapan kita, Allah adalah kasih, dan jika Allah adalah
kasih, maka bagaimana mungkin Allah melakukan perbuatan yang kejam seperti
pembunuhan semacam ini? Terlebih lagi, pembunuhan itu direncanakan untuk
dilakukan kepada Musa, seorang pribadi yang apabila kita baca di Alkitab
merupakan seorang yang memiliki hubungan atau kisah yang luarbiasa dengan Allah
sendiri. [Baca juga: Musa dan Paulus rela terkutuk demi orang berdosa, mengapa? Klik disini.]
Buku "Hearing God Everyday". Klik disini.
Semenjak
bayi, kisah Musa yang diselamatkan secara ajaib dari pembunuhan terhadap
bayi-bayi yang dilakukan oleh bangsa Mesir sudah menjadi semacam kisah mukjizat
yang amat populer bagi kita bukan? Bagaimana bayi Musa dapat selamat di dalam
keranjang yang dihanyutkan di sungai sudah cukup membuat kita merasa heran
karena keajaibannya. Apalagi setelah kita membaca bagaimana keranjang berisi
bayi Musa tersebut akhirnya sampai ke tangan putri Firaun dan menjadikan bayi
tersebut sebagai bagian dari keluarga kerajaan Mesir. Sungguh ending yang luar biasa dari kisah
seorang bayi yang selamat dari maut. Sulit membayangkan hal tersebut dapat
terjadi tanpa memikirkan adanya campur tangan Tuhan dalam peristiwa tersebut,
bukan? [Baca juga: Bagaimana mendapat kasih dan penghargaan dari Allah? Klik disini.]
Setelah
beranjak dewasa pun, kisah Musa dipenuhi dengan hal-hal luarbiasa yang membuat
kita berdecak kagum. Peristiwa pertemuan Musa dengan semak yang menyala di
padang gurun misalnya, sungguh sebuah mukjizat yang membuat kita penasaran dan
lagi-lagi membuat kita semakin yakin tentang betapa dekatnya mata Allah
memandang kehidupan Musa.
Itu
sebabnya, tidak heran jika kita merasa terkejut dan bahkan bingung setelah
membaca bahwa TUHAN pernah berencana untuk membunuh Musa. Kalimat ini terasa
menghancurkan kepercayaan kita akan sosok Allah yang baik hati dan selalu
bersikap lembut sebagaimana yang kita pikir kita percayai selama ini.
Bagaimana
kita harus mencerna dan memahami kalimat ini?
Pertama-tama,
yang perlu kita lakukan adalah mengingatkan diri kita bahwa Alkitab adalah
dasar dari iman kepercayaan kita. Apa yang Alkitab katakan, itulah yang harus
kita percayai. Kita tidak bisa membangun kepercayaan berdasarkan angan-angan
atau kemauan kita sendiri. Kecenderungan kita adalah membaca Alkitab sebagian
saja, memilih bagian-bagian yang mudah dicerna dan mudah dipahami lalu kita
bersikukuh untuk mempercayai hal-hal itu saja, tanpa membandingkan dengan
bagian-bagian lain dalam keseluruhan Alkitab. Apabila kita tetap melakukan hal
seperti itu, maka pada akhirnya iman kita akan dibangun berdasarkan pengetahuan
yang tidak utuh dari Alkitab. Dan pada akhirnya, kita akan memiliki kepercayaan
yang kurang tepat atau bahkan keliru sama sekali.
Ketika
kita membaca bahwa Allah itu baik, maka dengan mudah kita mempercayainya karena
hal itu terasa menyenangkan di telinga kita. Lalu kita pun membuat anggapan
sendiri tentang apa yang dimaksud dengan baik tersebut tanpa suatu kesetiaan
yang gigih untuk mendalami lebih jauh lagi apa saja yang dilukiskan oleh
Alkitab mengenai Allah yang dikatakan sebagai sosok yang baik tersebut.
Kedua,
kita perlu memahami bahwa Alkitab yang sama yang mengatakan bahwa Allah itu
baik, adalah Alkitab yang sama yang menuliskan bahwa Allah pun melakukan
pembunuhan terhadap pribadi-pribadi tertentu di dalam Alkitab. Bahkan Allah
pernah memerintahkan untuk membasmi suatu suku bangsa hingga tidak ada satupun
yang tersisa. Mengapa Allah yang baik bisa melakukan hal ini?
Satu
hal yang perlu kita pahami bahwa di dalam kebaikan Allah itu ada aspek penting
yang sering kita lupakan yaitu aspek kesucian-Nya. Allah itu baik karena Allah
itu suci dan karena Allah itu suci, bahkan Mahasuci, maka Allah tidak bisa
mentoleransi dosa sekecil apapun.
Bagi
Allah yang Mahabaik dan Mahasuci ini, konsekuensi dosa adalah kematian. Dan karena
dosa manusia itulah, Allah tidak ragu untuk melakukan pembunuhan terhadap
manusia tersebut. Hal semacam ini memang sulit untuk dipahami, sulit diterima
dan sulit dipercayai, tetapi jika kita mau percaya pada Alkitab, maka kita pun
harus belajar untuk memahami, menerima dan mempercayai hal-hal tersebut.
Marilah kita
melihat beberapa ayat berikut ini:
Allah
pernah memperingatkan Adam tentang adanya kematian akibat ketidaktaatan.
“tetapi pohon
pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat o itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari
engkau memakannya, pastilah engkau mati.” (Kejadian 2:17)
Allah
pernah membunuh Uza karena menyentuh tabut Allah
(6) Ketika mereka
sampai ke tempat pengirikan Nakhon, maka Uza mengulurkan tangannya kepada tabut
Allah itu, lalu memegangnya, karena lembu-lembu itu tergelincir.
(7) Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya itu; ia mati di sana dekat tabut Allah itu. (2 Samuel 6:6-7)
(7) Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya itu; ia mati di sana dekat tabut Allah itu. (2 Samuel 6:6-7)
Allah
memerintahkan untuk membunuh suku-suku bangsa di tanah Kanaan
Engkau harus
melenyapkan segala bangsa yang diserahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu;
janganlah engkau merasa sayang kepada mereka dan janganlah beribadah kepada
allah mereka, sebab hal itu akan menjadi jerat bagimu (Ulangan 7:16)
Dari
ayat-ayat di atas kita melihat bahwa Allah yang baik itupun ada kalanya
melakukan tindakan-tindakan yang keras seperti itu. Tentu ada alasan di balik tindakan
tersebut dan alasan utamanya adalah karena dosa manusia yang dipertemukan
dengan kesucian Allah.
Dalam
kasus yang terjadi pada Musa sebagaimana yang kita bahas dalam tulisan ini,
kesalahan Musa yang membuat dirinya hendak dibunuh oleh TUHAN adalah karena
Musa lalai dalam menyunat anaknya. Hal tersebut dapat terlihat pada ayat-ayat
selanjutnya.
“(25) Lalu
Zipora mengambil pisau batu, dipotongnya kulit khatan
anaknya, kemudian disentuhnya dengan kulit itu kaki Musa sambil berkata:
"Sesungguhnya engkau pengantin darah bagiku." (26) Lalu TUHAN
membiarkan Musa. "Pengantin darah," kata Zipora waktu itu, karena
mengingat sunat itu.”
(Keluaran 4:25 dan 26)
Sunat
adalah suatu tanda bahwa seseorang menjadi bagian dari perjanjian keselamatan
antara Allah dan manusia di dalam Perjanjian Lama. Hal itu dapat kita lihat
pada ayat-ayat:
“(9) Lagi firman Allah kepada Abraham:
"Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu
turun-temurun. (10) Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian
antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu
harus disunat; (11) haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda
perjanjian antara Aku dan kamu.” (Kejadian 17:9-11)
Dengan
melalaikan perintah untuk melaksanakan sunat, pada dasarnya Musa telah tidak
menganggap serius anugerah keselamatan yang Tuhan berikan. Itu sebabnya Musa
dapat terkena hukuman mati dari Tuhan.
Dalam
Perjanjian Baru, ada pula ungkapan yang cukup serupa dengan peristiwa yang
berkenaan dengan Musa ini. “(15)Lalu Ia
berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia,
beritakanlah Injil kepada segala makhluk. (16) Siapa
yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya
akan dihukum.” (Markus 16:15 dan 16)
Bandingkan
ayat dalam Markus tersebut, orang yang tidak percaya akan mengalami
penghukuman. Sedangkan ayat dalam Keluaran kita melihat bahwa orang yang tidak
disunat juga akan mengalami penghukuman. Sehingga disini kita bisa melihat
bahwa ada kesejajaran atau konsistensi di dalam pengajaran di PL maupun di PB.
Konsepnya sama, hanya implementasinya atau caranya saja yang berbeda.
Dari peristiwa
yang terjadi pada Musa ini, kita belajar beberapa point atau konsep penting:
1.
|
Manusia
adalah makhluk yang berdosa.
|
2.
|
Di
dalam keberdosaannya itu, Allah sudah pasti akan menghukum mati manusia.
|
3.
|
Allah
menyiapkan jalan agar manusia terhindar dari hukuman melalui perjanjian
|
4.
|
Dalam
Perjanjian Lama, tanda keselamatan diberikan melalui sunat
|
5
|
Dalam
Perjanjian Baru, tanda keselamatan diberikan melalui respon mereka terhadap
Injil
|
Kesimpulan
Musa
hendak dibunuh oleh Allah dalam konteks Musa sebagai orang berdosa yang lalai
dalam memperhatikan tanda keselamatan melalui perjanjian sunat. Kita melihat
betapa seriusnya dosa kita dan betapa pentingnya karya keselamatan Tuhan bagi
kita yang berdosa ini. Tanpa intervensi Tuhan (melalui perjanjian keselamatan),
kita semua pasti akan mengalami kematian kekal.
Meski
Allah berencana membunuh Musa, namun di dalam anugerah-Nya, kita tetap dapat
melihat bahwa Allah menyediakan jalan keluar melalui istri Musa sendiri. Zipora
dengan sigap menyadari kesalahan suaminya dan segera melakukan apa yang diminta
oleh Tuhan untuk menyunatkan anak mereka. Dalam hal ini Zipora adalah seorang
pribadi yang menjadi sarana bagi Allah untuk menyelamatkan Musa yang lalai.
Sungguh
ironis memang bahwa Musa sebagai seorang Israel yang seharusnya mengetahui
tentang perjanjian keselamatan antara Allah dan Abraham, justru melalaikan hal
tersebut sehingga Zipora, seorang Midian, yang akhirnya melaksanakan perintah
Allah tersebut.
Namun
yang terpenting disini adalah bahwa apapun caranya, jika Tuhan berkehendak
untuk menyelamatkan seseorang, Tuhan pasti akan membuka jalan bagi orang itu
untuk mendapatkan keselamatannya. Puji Tuhan.
Amin.
Beberapa pertanyaan untuk direnungkan
Mengapa
Tuhan ingin membunuh Musa?
Mengapa
Tuhan membunuh manusia?
Mengapa
Tuhan yang baik dapat membunuh?
Mengapa
Tuhan mengizinkan pembunuhan?
Mengapa
Tuhan yang baik memerintahkan pembunuhan terhadap suku-suku bangsa?
Apa yang kita pelajari dari Keluaran 4:24?
Konsep
penting apa yang diajarkan oleh Keluaran 4:24?
Betapa
seriusnyakah dosa manusia dihadapan Allah yang Mahasuci? Klik disini
Betapa
berharganyakah janji keselamatan Allah bagi manusia? Klik disini
Apa yang kita pahami dari tanda
keselamatan melalui perjanjian sunat?
Apa yang kita pahami dari tanda
keselamatan melalui respon terhadap berita Injil?
Renungkan Kejadian
2:17
Renungkan 2
Samuel 6:6-7
Renungkan Ulangan
7:16
Baca juga Artikel lainnya:
Apa yang
dimaksud dengan berakar dan berdasar di dalam Efesus 3?
Berakar
dan berdasar di dalam Kristus adalah istilah yang cukup popular bagi kita
orang-orang Kristen, tetapi apakah yang dimaksud dengan kedua istilah tersebut?
Baca penjelasannya disini
Eksposisi Roma
3:23
Roma
3 ayat 23 mengenai semua orang telah berbuat dosa adalah ayat yang sangat
terkenal di antara orang-orang Kristen. Ayat ini berisi pengajaran mendasar
mengenai status kita manusia sebagai orang yang berdosa. Baca penjelasan dan
eksposisi terhadapa ayat ini disini
Apakah Tuhan
mencobai manusia?
Sebagai
manusia kita sering merasakan bagaimana hidup kita dicobai, entah dicobai untuk
berbuat dosa atau dicobai melalui kesulitan hidup yang berat. Siapakah
sebenarnya yang mencobai kita? Apakah Tuhan turut mencobai manusia? Jika bukan
Tuhan, lalu siapa? Baca penjelasannya disini.
Apakah Tuhan
pernah bermusuhan?
Dalam benak kita, Tuhan adalah sosok yang penuh kasih. Namun apakah Tuhan pernah bermusuhan? Jika ya, dengan siapa? Baca penjelasannya disini
Mengapa Tuhan Yesus datang sebagai Manusia?
Ada 8 alasan yang dapat kita gali mengenai alasan mengapa Tuhan Yesus telah rela untuk datang sebagai Manusia demi kita. Baca penjelasannya disini