Apa yang harus kita pahami dari perkataan Amsal yang berbunyi “Takut akan Tuhan adalah permulaan dari pengetahuan.” tersebut?
Setidaknya ada 3 hal yang dapat kita renungkan, yaitu :
Pertama, bahwa di dalam hidup ini ada Tuhan yang harus ditakuti oleh manusia. Ini bukan sesuatu yang secara otomatis pasti dimiliki oleh semua orang di dunia. Banyak orang memiliki berbagai rasa takut di dalam hidupnya. Ada yang takut pada kematian, ada yang takut miskin, takut sakit, ada pula yang takut dilupakan, takut kepada setan, takut kepada orang-orang jahat dan masih banyak lagi. Tetapi Amsal mengingatkan bahwa ada sebuah rasa takut yang paling utama yang harus dimiliki manusia, yaitu takut kepada Tuhan.
Kedua, bahwa segala sesuatu yang dapat dicapai oleh rasio manusia, seperti intelektualitas, emosi dan kehendak, harus ditundukkan di bawah kuasa Tuhan.
Daya pikir kita (intelektual) harus dikendaikan oleh rasa takut akan Tuhan. Kemampuan kita untuk berlogika seharusnya dipakai untuk mengerti dan mengenal Tuhan, bukan malah dipakai untuk menyerang, mendiskreditkan atau menghina Pribadi Tuhan.
Emosi perasaan kita harus dikendalikan untuk merasa takut kepada Tuhan, yaitu takut mengecewakan-Nya, takut membuat Tuhan sedih, takut membuat Tuhan marah, takut kurang mengasihi Tuhan. Bukankah di dalam hidup ini kita bisa merasa takut kurang berbuat semaksimal mungkin bagi orang yang kita kasihi? Misalnya, orang tua bisa merasa takut kurang memberi anaknya segala sesuatu yang terbaik. Seorang pacar bisa merasa takut kurang menunjukkan cinta kepada pasangannya. Jika kita sebagai manusia bisa merasa takut kurang memberi kepada manusia lainnya, mengapa kita tidak memiliki rasa takut yang sama kepada Tuhan?
Daya kehendak kita (willingness) sepatutnya digerakkan pula oleh rasa takut kepada Tuhan. Kita ingin belajar mengasihi, karena kita ingin menyenangkan Tuhan. Kita mau menjauhkan diri dari dosa karena kita takut menyakiti hati Tuhan.
Ketiga, segala yang dapat dicapai oleh rasio itu, suatu saat akan berhadapan dengan penghakiman Allah, harus dipertangungjawabkan kepada Allah. Pikiran kita akan dihakimi, emosi kita akan dihakimi, kehendak kita pun akan dihakimi oleh Tuhan.
Amsal 1:7 telah memberikan suatu gambaran tentang kondisi normal manusia sebagaimana Tuhan menciptakan kita, yaitu di mana Tuhan menjadi pusat dari kehidupan manusia.
Di sisi lain, aktivitas sehari-hari kita yang telah dipengaruhi oleh sifat berdosa, selalu cenderung mengalihkan perhatian kita dari Tuhan yang sejati, yaitu Tuhan yang harus ditakuti ini. Jangankan merasa takut, memikirkan Tuhan pun jarang, atau bahkan tidak sama sekali. Bagi banyak orang, Tuhan bahkan dianggap tidak ada, atau pun dianggap sebagai yang tidak memiliki keterkaitan dengan kehidupan manusia sehari-hari.
Berita-berita tentang kematian, berita-berita tentang bencana alam atau musibah apapun yang kita dengar atau baca melalui media massa, seringkali membuat kita merasa sangat gentar. Kita bertanya-tanya, bagaimana jika sendainya itu terjadi padaku? Apakah aku siap? Semua itu membuat kita sadar bahwa diri kita ini sangat rapuh.
Melalui berita kematian yang kita dengar sehari-hari, kita menjadi sadar, bahwa segala yang kita miliki selama ini telah membuat kita lupa betapa rapuhnya diri ini apabila dibandingkan dengan kematian itu sendiri. Segala yang kita anggap penting, tiba-tiba tidak ada artinya lagi apabila diperhadapkan dengan kematian.
Sebuah peristiwa kematian membuat kita sadar akan keterbatasan kita. Kita kembali diingatkan bahwa hidup kita sendiri pun suatu saat akan berakhir. Kita sadar bahwa kita sangat tidak berdaya. Ketika segalanya berjalan baik, kita selalu merasa bahwa kesulitan tidak mungkin datang pada kita. Kita selalu merasa bahwa diri kita cukup mampu menghadapi dunia ini. Berita kecelakaan dapat membuat kita menjadi sadar bahwa kita ini hanya manusia biasa, bukan Tuhan yang penuh kuasa.
Itu sebabnya, sangatlah wajar dan masuk akal untuk merasa takut kepada Tuhan. Jangan tunggu hingga bencana datang, untuk kita mulai merasa takut kepada Tuhan. Bacalah Alkitab, kenalilah Tuhan yang sejati itu, dan biarlah rasa takut kita kepada Tuhan menjadikan kita sebagai orang yang semakin hari semakin hidup di dalam perkenanan Tuhan.
Kiranya Tuhan memberkati kita semua. Amin.