Tuesday, December 25, 2018

Kisah Yehuda dan Tamar

Kisah Yehuda dan Tamar


Sebuah eksposisi singkat terhadap Kejadian Pasal 38

Banyak pembaca dan penafsir Alkitab yang menganggap bahwa kisah antara Yehuda dan Tamar ini adalah kisah yg seolah-olah keliru dimasukkan ke dalam jalinan kisah utama yang sedang bergulir. Kisah utama yang sedang bergulir pada pasal-pasal sebelum pasal 38 dan sesudah pasal 38 adalah kisah tentang Yusuf. [Baca juga: Pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati. Klik disini.]

 
Buku "Dukacita Sengasara Tuhan kita Yesus Kristus
 
Kisah Yusuf adalah sebuah kisah yang indah, penuh perjuangan, kepedihan tetapi berakhir dengan mulia. Namun kisah yang dituturkan dalam Kejadian pasal 38 ini adalah kisah yang buruk dan memalukan serta jauh dari kesan mulia.

Itu sebabnya, Kejadian pasal 38 ini seolah menjadi sebuah kisah yg salah taruh, keliru disisipkan serta sulit dipahami mengapa kisah ini sampai ada di tempatnya yang sekarang.

Keluarga Yakub
 
Yehuda adalah anak Yakub dari istri pertama yang bernama Lea. Sedangkan Yusuf adalah anak Yakub dari istri kedua yang bernama Rahel. Dan kita tahu bahwa Lea serta Rahel adalah dua orang yang bersaudari.

Akibat suasana keluarga Yakub yang mula-mula dibangun dengan iklim yang penuh tipu menipu serta rasa saling tidak percaya dan curiga, maka keluarga yang dimiliki oleh Yakub ini pun kemudian berkembang secara cukup berantakan. Suasana kebencian dan intrik-intrik seksual tidak luput terjadi di dalam keluarga Yakub tersebut. Ruben misalnya, anak Lea yg tertua meniduri istri Yakub, yaitu Bilha.

Sebagaimana kita tahu dari Alkitab, Yakub memiliki 4 orang istri:
Istri pertama adalah Lea, dan Lea mempunyai seorang budak perempuan yang bernama Zilpa
Istri kedua yaitu Rahel, dan Rahel pun memiliki budak perempuan bernama Bilha.

Pada masa itu, budak dari istri memiliki arti yang sama dengan istri itu sendiri. Sehingga bukanlah suatu hal yang aneh apabila seorang suami tidur dengan budak istrinya tersebut. Hal ini pernah kita temukan pula pada kisah Abraham.

Akibat perbuatan Ruben yang meniduri Bilha, hak kesulungan Ruben kemudian diambil oleh Yakub dan diberikan kepada Yusuf. Alkitab mencatat bahwa Yusuf memang diberi posisi yg penting oleh Yakub yaitu sebagai semacam penguasa bagi saudara-saudaranya. Perlakukan istimewa dari Yakub kepada Yusuf ini tentu bukan tanpa konsekuensi, saudara Yusuf yang lain menjadi amat iri hati kepada Yusuf sehingga mereka sangat membenci dia dan ingin melenyapkan dia dari antara mereka.

Kitab Kejadian berbicara banyak tentang lahirnya sebuah bangsa, yaitu bangsa Israel yang diawali oleh keluarga Yakub. Intrik-intrik seksual yang terjadi dan berkembang di keluarga Yakub berpotensi untuk menghapuskan kemurnian keturunan Yakub.

Itu sebabnya, melalui Yusuf yang dibuang ke Mesir oleh saudara-saudaranya itu, Allah sebetulnya telah bekerja secara misterius untuk mengirim bangsa Israel ke Mesir. Peristiwa Yusuf ke Mesir itu adalah peristiwa yang menyedihkan, namun melalui hal itu, Allah ternyata memelihara bangsa Israel mula-mula ini dari bencana kelaparan.

Dalam waktu-waktu selanjutnya, kita tahu bahwa bangsa Israel justru diperbudak pula di tanah Mesir, sehingga sekali lagi menjadi suatu pengalaman yang buruk bagi bangsa ini. Tetapi apakah hanya keburukan saja yang sedang terjadi? Ternyata tidak. Melalui perbudakan di Mesir itulah, Allah memelihara bangsa itu tetap murni sebagai keturunan Israel, karena dalam isolasi di tanah Mesir itu, bangsa Israel justru terhindar dari kawin campur dengan bangsa-bangsa lain.

Antara Yehuda dan Yusuf
 
Kejadian 38 menceritakan bagaimana Yehuda dapat begitu mudahnya tertarik pada Tamar, yang sebetulnya merupakan mantunya sendiri. Dalam peristiwa itu, sesunguhnya Tamar sendiri tidak sedang dalam upaya untuk menggoda Yehuda. Namun tetap saja Yehuda melakukan dosa seksual terhadap Tamar.

Hal ini amat berbeda apabila dibandingkan dengan Yusuf, yang walaupun digoda secara aktif oleh istri Potifar, Yusuf tetap tidak terjatuh dalam dosa seksual.

Kejadian pasal 38 diawali dengan kata-kata “pada waktu itu,” artinya peristiwa tersebut terjadi dalam waktu yang tidak lama setelah Kejadian pasal 37. Yehuda pergi dari tanah ayahnya. Dan dalam kepergiannya itu, Alkitab mencatat bahwa dosa Yehuda makin lama makin besar.

Dosa pertama, Yehuda menikah dengan orang Kanaan yang tidak percaya pada Yahwe. Keturunannya pun kemudian menjadi keturunan yang tidak kenal dan tidak takut pada Yahwe.

Dosa kedua, Yehuda membatalkan janjinya pada Tamar. Semula Yehuda berjanji untuk memberikan anaknya sebagai suami untuk Tamar, namun janji tersebut tidak pernah menjadi kenyataan. Yehuda ingkar dan tidak pernah memberikan Syela anaknya untuk menjadi suami bagi Tamar.

Dosa ketiga, Semenjak pergi dari Israel, Yehuda sebetulnya sudah melakukan apa yang tidak baik yaitu kawin dengan orang Kanaan. Selain itu, Yehuda rupanya sudah cukup terbiasa utk melakukan seks bebas sedemikian rupa hingga ia bahkan lebih buruk sifatnya dibandingkan orang Kanaan. Ketika Yehuda melihat seorang perempuan di jalan, maka perempuan itu langsung dianggap sebagai pelacur, padahal orang Kanaan sendiri tidak merasa ada pelacur disekitar mereka. Pikiran Yehuda terhadap perempuan sudah begitu kotor sehingga ia keliru menganggap seperti itu. Selain itu, Yehuda juga terlihat mulai suka membakar orang, padahal bagi orang Israel tindakan membakar orang merupakan hal yang asing. Yehuda telah terpengaruh oleh budaya Kanaan dalam hal kebiasaan membakar manusia.

Yesus Kristus adalah keturunan Yehuda
 
Di samping segala keburukan Yehuda yang telah kita lihat di atas, sungguh ajaib bahwa Tuhan tetap memilih untuk menjadi keturunan Yehuda. Mengapa Yesus memilih lahir sebagai keturunan Yehuda? Mengapa Yesus bukan berasal dari keturunan Yusuf yang kisah hidupnya lebih terhormat?

Dari sini mungkin kita dapat belajar beberapa hal mengenai karakter atau cara kerja Tuhan:
  1. Tuhan bekerja bukan tergantung pada siapa diri kita. Di dalam anugerah-Nya dan bijaksana-Nya, Tuhan dapat memilih siapa saja untuk menjalankan kehendak-Nya.
  2. Kisah pemilihan Yehuda mengajarkan pada kita suatu prinsip bagaimana kasih karunia diberikan oleh Allah kepada manusia yang berdosa. Di hadapan Tuhan semua manusia sama berdosanya, sama tidak layaknya dan sama-sama membutuhkan anugerah.
Lebih jauh lagi, Alkitab mencatat bahwa tongkat Yehuda yang pernah diberikan kepada Tamar demi mendapatkan seks itupun, akhirnya dalam anugerah Tuhan dikembalikan ke tangan Yehuda.

Kisah Yehuda dan Tamar menjelaskan pada kita karakter Tuhan yang penuh anugerah pada manusia. Kita ini juga mengajarkan bahwa Tuhan dapat mengubah apa yg hitam dan gelap menjadi sesuatu yang berguna dan berharga.

Tuhan memberkati

Baca Juga:
Apakah semua orang pada dasarnya baik? Klik disini
Jika kita orang percaya, maka kita dipanggil untuk hidup saleh. Klik disini
Apa sajakah janji-janji Tuhan kepada kita? Klik disini


Pokok pikiran dalam tulisan ini:
Yehuda dan Tamar
Eksposisi singkat atas Kejadian Pasal 38
Apa perbandingan antara Yehuda dan Yusuf?
Apa saja dosa-dosa Yehuda?
Mengapa Tuhan Yesus memilih untuk menjadi keturunan dari Yehuda dan bukan dari Yusuf?

Mengapa kisah Yehuda dan Tamar ada di antara kisah Yusuf?
Kisah Yehuda dan Tamar ini sepertinya memang sengaja disisipkan di antara kisah Yusuf karena penulis kitab Kejadian ingin agar orang Israel (para pembaca tulisannya) bisa melihat sendiri bagaimana perbandingan yang kontras antara karakter Yehuda dan karakter Yusuf.

Tuesday, November 13, 2018

Apakah yang lebih penting dari kebijaksanaan, kekuatan dan kekayaan?

Sebuah eksposisi singkat dari Yeremia 9:23-24

Apakah yang lebih penting dari kebijaksanaan kekuatan dan kekayaan



Versi Audio dapat didengarkan melalui Spotify atau Anchor

Apakah ada sesuatu yang lebih penting daripada kekayaan? Ini merupakan pertanyaan yang cukup menantang bukan? Sebab di seluruh dunia kita akan menemukan bahwa mayoritas manusia, jika tidak ingin mengatakan seluruh manusia, akan mengatakan bahwa kekayaan adalah segala-galanya.

Kekayaan adalah faktor yang begitu penting sehingga sangat dikejar oleh kebanyakan manusia. Tetapi sebagai orang Kristen, kita patut bertanya dan merenungkan, apakah ada yang lebih penting daripada kekayaan? Atau bahkan seperti judul dalam tulisan ini, bukan hanya kekayaan yang dibicarakan, melainkan juga kebijaksanaan dan kekuatan.

Betapa dalamnya pertanyaan seperti ini bukan? Apakah di dalam kehidupan ini kita akan menemukan sesuatu yang lebih penting daripada kebijaksanaan, kekuatan dan kekayaan? Mungkinkah kita akan menemukan jawaban atas pertanyaan seperti ini? Jika ya, maka betapa besarnya anugerah yang Tuhan berikan kepada kita sehingga dapat menemukan sesuatu yang tidak pernah dipikirkan dan tidak pernah dicari oleh mayoritas manusia di dunia.

Mari kita melihat suatu bagian dari Alkitab sebagai dasar dari perenungan kita: Beginilah firman TUHAN: "Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN." (Yeremia 9:23 – 24)

Mengapa kita tidak boleh bermegah atas kebijaksanaan, kekuatan dan kekayaan?
Sebab baik kebijaksanaan, kekuatan maupun kekayaan, semua datangnya dari Tuhan juga. Apakah yang dimaksud dengan bermegah? Bermegah di dalam konteks ini maksudnya adalah bangga atau terpuji.


Apa yang dimaksud dengan bijaksana?
Bijaksana adalah orang yang tahu mana yang benar dan mana yang salah. Orang yang bijaksana adalah orang yang mampu memilih untuk melakukan apa yang benar. Seseorang bisa saja pintar tetapi belum tentu dia itu bijaksana. Seorang yang bijaksana, biasanya adalah merupakan orang yang berpengetahuan. Tetapi dapat saja seseorang itu memiliki kebijaksanaan yang berasal dari manusia itu sendiri. Orang yang sudah tua, sudah pengalaman banyak dalam kehidupan, sudah banyak baca buku, sudah pernah melakukan ini dan itu. Bisa saja ia menjadi orang yang dianggap bijaksana. Namun jika kita baca di ayat ini, bukan bijaksana semacam ini yang dimaksud oleh Alkitab. Karena menurut Alkitab, ada sejenis kebijaksanaan yang lebih tinggi lagi, yaitu kebijaksanaan yang tidak mungkin datang dari manusia. Kebijaksanaan semacam itu berasal dari Allah semata-mata. Kita dapat memperoleh kebijaksanaan tersebut melalui pembacaan Alkitab, maupun melalui doa minta petunjuk dan pengarahan dari Tuhan.

Apa yang dimaksud dengan kuat?
Kuat disini bukan semata-mata mengenai kekuatan otot. Kekuatan otot sangat terbatas sifatnya. Ada kekuatan yang lebih besar dari otot yaitu kekuatan mental. Contohnya adalah jendral Sudirman, walaupun sudah sakit, tetapi masih kuat memimpin peperangan. Banyak orang-orang didunia ini yang punya kekuatan yang besar, walaupun secara fisik mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki otot yang besar. Kekuatan sejati yang dimaksud dalam Yeremia ini pasti bukan merupakan kekuatan yang berasal dari manusia itu sendiri. Kekuatan sejati ini adalah kekuatan yang berasal dari Allah saja, yaitu kekuatan untuk menjalani kehidupan yang penuh tantangan ini sambil tetap bergantung kepada Allah.

Apa yang dimaksud dengan kekayaan?
Tentu disini juga bukan berarti kekayaan materi. Kekayaan yang utama adalah perasaan cukup, perasaan syukur dan kemampuan untuk senantiasa berbagi dengan orang lain. Secara natural kita tidak memiliki kekayaan semacam ini. Kita perlu memintanya kepada Allah. Baik kebijaksanaan, maupun kekuatan ataupun kekayaan yang dimaksud oleh Yeremia hanya dapat kita peroleh apabila kita memahami dan mengenal Allah yang sejati. Sebab hanya Allah sejati sajalah yang dapat memberikannya.

Semua hal yang disebutkan di atas adalah hal-hal yang sangat dihargai oleh semua orang di dunia tetapi justru menjadi sesuatu yang harus diwaspadai menurut pandangan Alkitab. Kemegahan, kekuatan dan kekayaan dapat mendorong orang untuk melupakan Tuhan dan larut dalam kesenangannya sendiri. Sebagai akibatnya, orang tersebut dapat gagal dalam mendapatkan sesuatu yang justru terpenting dalam hidup ini, yaitu mengenai Tuhan secara Pribadi.

Perhatikan bahwa istilah yang dipakai adalah TUHAN (ditulis dengan huruf besar semua). Dalam Alkitab LAI, apabila istilah TUHAN dipakai, maka hal itu menunjukkan Nama dari Allah sendiri, dan hal itu mengindikasikan adanya kedekatan secara hubungan pribadi antara seorang manusia dengan Allah.

Allah bukan lagi dilihat sebagai Pribadi yang jauh di atas sana, serta tidak dikenal. Melainkan sebagai Pribadi yang dekat dan bahkan telah memberikan nama diri-Nya.

Jadi menurut Yeremia 9:23-24 ini: Mengenal Allah secara Pribadi jauh lebih penting daripada kebijaksanaan, kekuatan dan kekayaan.

Marilah dalam hidup ini kita berusaha mengejar hal-hal yang sungguh bernilai dan mulai belajar untuk mengesampingkan hal-hal yang dianggap kurang bernilai menurut pandangan Alkitab.

Tuhan memberkati.

Baca juga:
Apakah kekayaan & kesuksesan itu tanda seseorang diberkati Tuhan? Klik disini
Apakah yang lebih penting daripada kekayaan? Klik disini
Apakah arti dari kebebasan di dalam konsep Kristen? Klik disini
Apakah arti penting pekerjaan kita di hadapan Tuhan? Klik disini
Apakah yang menjadi puncak kehidupan orang Kristen? Klik disini


Wednesday, November 7, 2018

Apakah yang dimaksud dengan Hikmat?



Sebuah eksposisi singkat terhadap Amsal 1:1-2a

Oleh: Izar Tirta

Bacaan: Amsal 1:1-2a

Apakah yang dimaksud dengan hikmat?
Apakah perbedaan antara hikmat dan pengetahuan?

Banyak pemimpin negara yang telah memberikan suatu gambaran yang sangat carut marut tentang apa yang benar dan apa yang salah. Korupsi, kebohongan dan rupa-rupa kebobrokan telah menjadi tampilan sehari-hari dari para pemimpin di berbagai belahan dunia. Hal ini membuat banyak orang mulai terbiasa dengan kejahatan dan sedikit banyak memberi pengaruh buruk pula pada pola pikir masyarakat. Parahnya lagi, para pelaku kejahatan itu pun dengan begitu cerdiknya mampu memoles citra mereka begitu rupa sehingga apa yang jahat pun dapat terlihat sebagai sesuatu yang seolah-olah baik dan wajar. Jelas sekali, masyarakat butuh Firman Tuhan, agar orang tahu apa itu hikmat.

Bacaan kita hari ini mengatakan bahwa salah satu kegunaan Amsal adalah untuk mengetahui hikmat. Tetapi apakah hikmat itu? Hikmat, berbeda dengan pengetahuan. Dalam bahasa Ibrani, hikmat adalah חָכְמָ֣ה (dibaca: hokmah), sedangkan pengetahuan adalah דַּ֖עַת  (dibaca: daat). Apa perbedaan di antara keduanya?

Kata daat cukup sering digunakan dalam Alkitab dan dapat diterjemahkan menjadi mengetahui, menyadari, menemukan, mengalami serta memahami. Pengertian yang terkandung di balik kata daat tersebut adalah proses seorang manusia menerima informasi tentang segala sesuatu. Daat merujuk pada pengetahuan seperti pengetahuan tentang segala sesuatu yang terdapat di dalam alam sekitar kita (science) ataupun filsafat, yaitu pengetahuan yang muncul sebagai akibat proses berpikir dan menggunakan rasio.

Berbeda dengan daat, hokma atau hikmat adalah sebuah komitmen untuk memilih apa yang baik dan apa yang benar. Oleh karena itu, hikmat bukan saja tentang mengetahui apa yang baik dan apa yang salah, melainkan juga adalah kemauan untuk memilih apa yang baik.

Seorang yang berpengetahuan belum tentu berhikmat. Sebab belum tentu mereka memakai pengetahuannya untuk melakukan apa yang baik. Tidak sedikit para koruptor atau pun para teroris adalah orang-orang yang pintar, tetapi mereka justru memakai kepintarannya itu untuk melakukan kejahatan yang lebih besar.

Melalui Firman Tuhan sajalah, kita akan mengetahui hikmat. Melalui Firman, kita bukan saja tahu apa yang benar dan apa yang salah, tetapi kita juga akan dimampukan untuk memilih apa yang benar dan menjauh dari apa yang salah.

Bersediakah anda untuk di pimpin oleh Firman? Bersediakah anda untuk belajar mengetahui hikmat? Sudahkah anda sungguh-sungguh berusaha untuk selalu memilih apa yang baik dan apa yang mulia dalam hidup ini?

Kata kunci:
Apakah yang dimaksud dengan hikmat
Apakah yang dimaksud dengan pengetahuan
Apakah perbedaan antara hikmat dan pengetahuan
Eksposisi singkat terhadap Amsal pasal 1
Memilih apa yang benar dan menjauh dari apa yang salah
Perbedaan science dan filsafat

Sunday, March 4, 2018

Karena semua orang telah kehilangan kemuliaan Allah : Renungan dari Roma 3:23 bagian B


 
Oleh: Izar Tirta

Pendahuluan:
Dalam tulisan saya yang berjudul Eksposisi Roma 3:23, saya telah menyampaikan bahwa yang dimaksud dengan “semua orang” dalam ayat tersebut  adalah “semua orang percaya” sehingga di dalam tulisan ini kita akan membahas tentang “Semua orang percaya yang telah kehilangan kemuliaan Allah” tersebut. Saya telah membuat pula tulisan dari Roma 3:23 ini yang berjudul  Karena semua orang telah berbuat dosa.”

Implikasi:
Orang percaya pun berada di dalam kondisi kemerosotan sifat-sifat mulia atau sifat-sifat Ilahi yang ada pada dirinya. Untuk lebih jelas mengenai kemerosotan diri kita, silahkah baca penjelasannya secara terperinci dalam tulisan berjudul Eksposisi Roma 3:23.

Dalam Kitab Kejadian pasal 1 kita tahu bahwa manusia telah diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Ini adalah suatu bentuk kemuliaan Ilahi yang ditanamkan di dalam diri manusia. Saat ini kita sulit melihat kemuliaan Ilahi yang ada dalam diri manusia, karena kita sekarang hidup di dalam zaman dimana manusia telah jatuh ke dalam dosa.

Mazmur 8:1-9, mencatat tentang betapa mulianya manusia sebagai ciptaan Allah:

(1) Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur Daud. Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyanyikan. (2) Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam. (3) Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: (4) apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? (5) Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. (6) Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: (7) kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; (8) burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan. (9) Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!

Ada beberapa hal atau karakteristik, menurut pemazmur, yang menjadikan manusia begitu mulia. Kemuliaan manusia menurut Mazmur 8 tersebut, tergambar dari ciri-ciri sebagai berikut.
  • Manusia begitu mulia, karena Allah pun sampai mengingatnya.
  • Manusia begitu mulia, karena Allah pun sampai mengindahkannya.
  • Manusia dibuat hampir sama seperti Allah.
  • Manusia dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat oleh Allah sendiri.
  • Manusia diberi kuasa atas buatan tangan Tuhan
  • Segala ciptaan lain diletakkan di bawah kaki manusia oleh Tuhan.
Pada bagian akhir, pemazmur mengembalikan kemuliaan tersebut kepada Tuhan. Sebab di dalam menciptakan manusia yang mulia inilah, kemuliaan Tuhan juga terlihat semakin nyata bersinar.

Betapa luar biasanya kemuliaan seorang manusia itu bukan? Akibat dosa, kemuliaan yang ditanamkan di dalam diri kita ini semakin lama semakin merosot. Perbuatan-perbuatan manusia tidak lagi hampir sama seperti Allah, melainkan justru kebalikannya. Jika Allah adalah Pribadi yang mengasihi, maka manusia kini menjadi pembenci. Setelah Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, Alkitab mencatat anak-anak dari Adam dan Hawa mulai saling membunuh. Mereka bersaudara, namun karena masalah iri hati seorang saudara dapat dengan mudah membunuh saudaranya yang lain. Tentu saja ini sikap dan perbuatan yang sama sekali tidak mirip dengan sikap dan perbuatan Allah bukan?

Berdasarkan analisa terhadap kata “kehilangan” kemuliaan Allah yang telah saya bahas dalam tulisan Ekposisi Roma 3:23, kita tahu bahwa kata kehilangan tersebut akan lebih tepat jika diterjemahkan menjadi “sedang dikurangi” Kekuatan atau daya hancur dosa begitu dahsyat sehingga kita manusia hanya dapat bersikap pasif saja sementara kemuliaan kita semakin hari semakin berkurang. Tidak heran jika Tuhan memperingatkan Adam dan Hawa bahwa “pada saat kamu memakannya (buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat), kamu akan mati. (Kejadian 2:16). Walaupun manusia tidak segera mati secara fisik, namun secara rohani, sebagaimana diungkapkan pula dalam Roma 3:23 ini, kita semua sedang menuju pada kematian.

Istilah mati yang muncul dalam Kejadian 2:16 tersebut diungkapkan dengan istilah “kehilangan” kemuliaan Allah. Kata kerja yang bersifat present pasive yang dipakai dalam Roma 3:23 itu adalah suatu gambaran tentang betapa tidak mampunya kita dalam melawan kekuatan dosa yang sedang bekerja tersebut. Kondisi kemerosotan ini menarik atau menyeret sifat mulia orang percaya ke dalam kepudaran dengan kekuatan yang lebih besar dari pada kekuatan untuk melawannya. Ini sejalan dengan pengakuan Rasul Paulus dalam Roma 7:18-26 yang telah saya bahas dalam tulisan “Karena semua orang percaya telah berbuat dosa”

Jika demikian, apakah kita manusia tidak punya harapan lagi? Masih ada. Di dalam Yesus, masih selalu ada harapan.

Kita hanya dapat menang melawan kondisi keberdosaan kita jika kita bergantung pada Yesus. Kita tidak dapat melawan kekuatan dosa yang jelas-jelas lebih besar daripada kekuatan kita. Tetapi kita punya Tuhan Yesus yang telah menang atas kuasa dosa. Sehingga hanya di dalam Dia dan oleh Dia lah kita punya harapan untuk menang atas kondisi keberdosaan tersebut.

 Itu sebabnya Yesus berkata diluar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.

Ada banyak contoh dimana orang Kristen yang sudah percaya pun jatuh ke dalam dosa. Hal tersebut memalukan memang, namun hal tersebut dalam artian tertentu masih wajar, karena sekalipun kita sudah dibenarkan, kondisi kerohanian kita sendiri secara alami sedang berjalan ke arah menurun atau mengalami kemerosotan sebagai akibat dari kejatuhan ke dalam dosa.

Itu sebabnya Paulus pernah berkata: Tetap kerjakan keselamatanmu.

Penutup:
Jangankan orang lain diluar Kristus, orang yang sudah di dalam Kristus pun tidak kebal terhadap pengaruh dosa yang secara dahsyat menghancurkan diri kita. Orang di luar Kristus adalah orang yang tidak menyadari keberdosaan dirinya dan cenderung merasa bahwa mereka dapat menyelamatkan diri melalui keberhasilan mereka dalam melaksanakan kaidah-kaidah Agama. Dalam Alkitab adalah contoh yang tepat sekali, yaitu ketika seorang muda yang kaya datang menemui Yesus dan bertanya tentang bagaimana cara diselamatkan. Orang muda ini tidak menyadari keberdosaan dalam dirinya dan mengira bahwa ia sudah cukup baik dalam menjalankan Hukum Taurat. (Untuk lengkapnya silahkan baca tulisan tersebut dengan klik tulisan saya berjudul “Jika demikian siapakah yang dapat diselamatkan?”)

Bersandar pada Tuhan karena tanpa Dia kita tidak dapat berbuat apa-apa.